Happy Reading.
Typo, mohon komentari.
Matahari memang sudah terlihat, namun keempat orang yang terdiri dari tiga pria dan satu wanita tengah melakukan sesuatu yang begitu penting. Tempat mereka berada hanyalah setumpukan batu dan puing-puing sisa Istana Grinlee yang berada dibawah pohon yang begitu besar. Tetapi anehnya, pohon besar itu tidak dapat dilihat dari kejauhan. Tetapi ketika mereka mendekat ke tempat itu dengan intuisi Putri Cellia, kini mereka berhasil menemukan letak Istana Grinlee.
"Istana ini kondisinya lebih parah daripada Istana sebelum-sebelumnya." Ujar Bryan yang mengamati seluruh keadaan Istana itu. Tetapi Putri Cellia yang begitu fokus itu hanya berjalan sendiran menuju pohon besar itu.
"Putri Cellia!" panggil Steve yang melihat Cellia meninggalkan mereka. "Biarkan saja!" seru Antha, karena dia tahu bahwa Cellia tengah melacak keberadaan tempat khusus itu. Ketika Cellia berjalan lurus dan akan menabrak batang pohon yang ukurannya empat kali lipat dari rumah besar itu, tiba-tiba tubuhnya menembus pohon itu.
"Putri Cellia, dia terhisap oleh pohon itu!" seru Steve yang kaget melihat hal itu terjadi. "Biarkan saja, dia sudah menemukannya." Ujar Antha dengan tenang itu, "Maksudmu?" tanya Bryan sedikit tidak mengerti.
Antha pun hanya berbalik dan anehnya tubuhnya tiba-tiba bersiaga, "Antha, ada apa?" tanya Bryan yang merasa diabaikan. Tetapi ketika Bryan dan Steve mendengar suara gertakkan tanah yang cukup berisik itu, kini mereka berdua mengerti.
"Kalian berdua, bersiap!" seru Antha yang kini mengeluarkan sebuah bola. Ya, itu adalah bola senjata yang dapat berubah menjadi pedang. "Antha, darimana kamu mendapatkannya?" tanya Steve yang sedikit iri melihat Antha memegang sebuah pedang merah terang itu.
"Tentu saja itu dari kekasihnya, sepertinya itu pedang upgrade max." Ujar Bryan yang sepertinya mengetahui tentang pedang itu. "Saat pulang nanti, aku akan memintanya kepada Putri Steny." Decak kesalnya itu.
"Sudahlah, sebaiknya kamu fokus!" bentak Bryan yang tidak tahan dengan sikap Steve itu.
"Putri Cellia!" panggil Antha, ketika ternyata suara itu adalah segerombolan serigala putih, dengan cakar berwarna warni. Matanya begitu putih, dengan taring berwarna hitam pekat. Serigala itu mengeluarkan air liur berlebihan, tetapi ketika air liur itu jatuh ke rerumputan hutan itu. Rumput yang terkena air liur itu seketika membeku, selayaknya es.
"Apa kamu telah mendapatkannya, Putri Cellia?" tanya Bryan yang berada diluar itu, namun anehnya Antha, Steve dan Bryan kini tampak lebih siaga dari sebelumya. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Putri Cellia yang merasa ada hal yang aneh.
"Segerombolan Serigala putih! Apa kamu tahu sesuatu?" tanya Antha yang sigap mengeluarkan lava panasnya, dengan pedangnya yang dia tancapkan ke dalam tanah, "Apa maksudmu?" tanya balik Cellia.
Serigala itu langsung menyerang Antha, dengan menyemburkan air liurnya yang ternyata dalam jumlah banyak itu. "Menghindar!" Seru Antha yang kini dia mengendalikan lava panasnya itu kearah semburan air liur tadi.
"Ini aneh!" Seru Antha yang melihat lavanya itu terkurung oleh air liur serigala tadi, "Itu bukan es, tapi bagaimana bisa lava dikalahkan oleh air liur menjijikkan itu?" tanya Steve yang merasa aneh melihat fakta itu.
"Akan kucoba!" seru Bryan, "HYA!!" teriaknya, dan seketika air yang berasal dari tanah itu langsung membentuk gelombang air besar, yang segera menghanyutkan serigala-serigala putih itu. Antha dan Steve seketika langsung meloncat ke atas pohon terdekat. Bryan yang sedikit terengah itu, tampak telah melampiaskan sedikit energinya, namun anehnya, "Bagaimana bisa!" kaget Steve yang melihat serigala itu berubah menjadi patung dan terdiam kokoh ditanah. Gelombang air yang dilakukan oleh Bryan itu, tidak ada hasilnya.
"Giliranku!" teriak Steve, seketika itu langit langsung begemuruh dengan awan hitam yang menyelimuti tempat itu. "SHAZZZ!" Steve mengendalikan petirnya ke arah serigala putih itu dengan begitu banyaknya, tetapi lagi lagi. "Tidak bisa kupercaya." Gumam Antha, melihat petir-petir itu juga terselimuti oleh air liur serigala putih tadi.
"Apa itu sebenarnya?" tanya Steve yang kini mengembalikan keadaan dengan normal itu, petir-petir yang seperti membeku itu langsung terjatuh ke tanah secara serentak.
"Aku mendapatkannya!" seru Putri Cellia yang keluar dengan wajah yang cukup ceria itu, namun melihat keadaan diluar tidak terduga itu, "YHA!!!" Putri Cellia tiba-tiba saja mengeluarkan banyak kristal hijau kearah segerombolan serigala tadi, yang akhirnya beberapa serigala langsung tertusuk kristal hijau tajam itu.
"Putri Cellia." Ujar Bryan yang cukup dengannya itu, "Bagus!!" Seru Steve melihat hal itu, namun Cellia tampak seperti orang bodoh yang kebingungan. "Apa yang aku lakukan?" tanya Cellia dengan wajahnya yang tiba-tiba polos itu, "Kemampuan mata Kristal memang tidak bisa diremehkan." Ujar Bryan yang tampak senang itu. Putri Cellia yang baru tersadar bahwa beberapa serigala putih itu tertusuk kristal hijau, kini dia sedikit paham.
"Apa aku perlu melakukannya lagi?" tanya Cellia, yang masih ragu dengan kemampuannya itu. "Tentu saja!" teriak Steve yang cukup jauh itu. "Baiklah, akan aku lakukan. HYAAAA!!" teriak Cellia yang membuat sekumpulan Kristal hijau itu kini berterbangan di atasnya. Segerombolan Serigala itu menatap Putri Cellia dengan tajam, dengan segera mereka semua berlari ke arah Cellia dan mencoba untuk menyemburkan air liurnya itu.
"SYUUUU!!" semburan air liur itu kini melebihi yang sebelumnya, Bryan dengan segera berlindung kebelakang Putri Cellia, dengan membuat tameng air. "Tush! Tush! Tush! Tush! Tush!" Kristal-kristal tajam itu segera mengarah ke semburan air liur tadi, tetapi seketika air liur yang terkena Kristal hijau itu tiba-tiba berubah menjadi air biasa, layaknya penyaringan.
"Apa yang terjadi?" tanya Bryan, yang kini mencoba mengendalikan air itu yang segera mengenai Putri Cellia, "Ini air biasa!" Seru Bryan yang sedikit terkejut namun senang itu. "Mungkin ini jawabannya." Gumam Antha yang segera turun dari dahan pohon itu.
Namun ketika Antha turun dari dahan pohon, tiba-tiba serigala itu tampak ketakutan oleh sesuatu dari arah belakang, dan secara spontan, empat makhluk keluar dengan aura yang hitamnya itu.
"Ballack!!!" Seru mereka semua melihat Ballack yang tiba-tiba datang.
***
"Ahh!!" teriak Steny tiba-tiba yang sebelumnya tengah bercakap-cakap dengan Putri Aura dan Violin, "Steny! Putri Steny!" teriak Putri Aura yang langsung cemas itu, "Putri Steny, ada apa?" tanya Putri Violin yang segera memegangi lengannya itu, "Aku tidak apa-apa." Ujar Steny dengan kepalanya yang tidak bisa diam.
"Sepertinya aku akan pergi." Ujar Steny yang tiba-tiba mengeluarkan aura yang bercampur-campur itu, "Apa maksudmu?" tanya Putri Violin yang tidak memahami ucapan Steny itu.
"Para Putri!" panggil seseorang yang datang ke arah mereka, dan ketika orang itu memasuki ruang kamar Steny sebelumnya, "Pangeran Alran!" panggil Putri Aura melihat pria itu, "Apa yang terjadi?" tanya Pangeran Alran yang ikut panik melihat Steny seperti itu.
"Putri Steny! Putri Steny!" Panggil Pangeran Alran, yang kini memegangi kedua bahu Steny dan sedikit menggoyangkannya, "Lepaskan aku!" teriak Steny, namun sepertinya ucapan Steny itu terlambat. Karena ketika dia mengakhiri ucapannya, secara spontan Putri Violin, Putri Aura dan Pangeran Alran ikut menghilang bersamanya.
***
To Be Continued
By. Gentaidenta
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal Eyes [END]
FantasySequel dari ~Amazing Eyes Academy~ peringatan!! Baca terlebih dahulu "Amazing Eyes Academy" sebelum cerita ini. Ketika Keturunan Kristal Hitam mencoba mengahancurkan Kerajaan Lozency, Kerajaan yang masih berdiri di Planet Zaverius. Membuat Steny ha...