Part 58

15K 1.5K 39
                                    


Happy Reading, Typo Komentari.

Saat Kristal tajam itu akan segera mengenai Multieyes, percikan lava tiba-tiba datang berasal dari atas, dan di sana terlihat Antha dengan mata teranganya itu. Yang tengah melompat dan mengendalikan lava itu. "Apa-apaan kau ini!" decak kesal Pangeran Alran, yang akhirnya mengalihkan Kristalnya untuk berbelok dan mengenai bebatuan di sana.

"Bushhhh!!!" Lava itupun langsung terjun menuju Multieyes, namun Multieyes yang hanya menyeringai melihat itu, hanya terdiam membiarkan dirinya terkena lava itu. "Kena kau!" seru Antha yang sedikit tersenyum senang. Tetapi lava itu malah menghilang saat mengenai tubuh Multieyes.

"Apa-apaan!" ujar Putri Aura yang terkejut melihat hal itu. "Lava itu tidak dapat mengenainya." Ujar Pangeran Alran.

Antha pun melompat kembali menuju sebuah batu yang cukup tinggi. Dia sedikit mengangguk dengan menyiapkan sesuatu yang lain. "Aku tahu itu tidak akan berhasil, karena hanya cara ini yang kemungkinan besar berhasil." Ujar Antha yang tiba-tiba mengeluarkan ketiga bola yang berwarna perak.

"Akan aku gunakan semua." Ujarnya itu yang langsung melompat dari batu itu menuju ke bawah, tepat Pangeran Alran dan Multieyes berada. "Mari kita bertarung!" ajak Antha dengan melemparkan salah satu bola itu ke atas, dan ketika bola itu berubah Antha langsung mengambilnya dan memegangnya dengan erat. Karena itu adalah dua pedang yang dipakainya dulu.

Melihat hal itu, Multieyes kembali menyeringai. Dia langsung menggengam pegangan pedang putihnya itu dengan kedua tangannya. "Tentu!" jawab Multieyes.

"Dua pedang dengan massa ringan dan kecepatan tinggi. Melawan pedang dengan massa yang cukup berat? Apakah itu adil?" tanya Pangeran Alran yang membandingkan pedang itu.

"HYAAA!!!" teriak Antha dan Multieyes, yang dengan segera mengibaskan pedang mereka. Salah satu pedang Antha tertahan oleh pedang lawannya itu, namun dengan segera dia mencoba mengambil kesempatan itu dengan menghunuskan pedangnya ke perut Multieyes. Tetapi Multieyes yang mengetahui hal itu, langsung menghindar mundur. Tetapi Antha yang tidak ingin kehilangannya, segera berlari menuju Multieyes, dan mencoba untuk menyerangnya kembali.

"Seet!" salah satu pedang Antha tiba-tiba terpotong dengan begitu mudahnya. Antha memang cukup terkejut dengan hal itu, "Hm." Gumamnya dan dia pun langsung melemparkan pedangnya itu.

"HA!" teriaknya yang kini dia menggunakan satu pedangnya saja, "Tng! Tng! Sreet! Tng! Sreet!" kedua pedang itu beradu dengan begitu gesitnya. Namun Antha tidak pernah sedikit pun teralihkan oleh hal itu, keduanya sama-sama dalam tatapan yang begitu tajam.

"Pedang mu itu tidak akan kuat melawan pedangku." Ujar Multieyes dengan sedikit tersenyum. "Aku tahu apa yang aku lakukan, lagipula aku tidak akan membiarkanmu lolos dari pedangku ini." Ujar Antha yang segera mencoba mencari celah untuk menghunuskan pedangnya itu ke salah satu anggota tubuh Multieyes.

"Dasar Bodoh!" teriak Multieyes, dan "TANG!" pedang Antha pun tiba-tiba terlepas dari tangannya, karena Multieyes secara cepat membuat pedang Antha terlempar cukup jauh. "Rasakan ini!" Multieyes pun mencoba menyerang Antha.

"TANG!" Namun secara cepat Antha mengeluarkan pedang keduanya. Sebuah pedang yang diberikan oleh Steny, sebagai syarat melakukan perjalanan jauh itu. Pedang yang cukup panjang dan memiliki bagian berwarna Cyan di tengahnya itu.

"Sial!" kesal Multieyes, yang dengan cepat dia tarik kembali pedangnya.

"Bagaimana bisa pedang datang dalam sekejap?" tanya Pangeran Alran yang sedikit kebingungan dengan hal itu.

***

Ruez kembali setelah mengantarkan Pangeran dan Para Putri itu, "Maaf, aku baru kembali." Ujar Ruez dengan sedikit membetulkan posisi kacamatanya itu, "Apa kamu lihat sesuatu di sana?" tanya Zeffina yang penasaran dengan apa yang terjadi di sana.

"Awalnya aku melihat Putri Steny dan Multieyes bertarung, tetapi ketika Putri Cellia memberikan sebuah tongkat dengan bongkahan kristal diatasnya, tiba-tiba saja Putri Steny berubah menjadi normal dan terjauh. Karena hal itu, Pangeran Alran mencoba melawannya. Tetapi seseorang berambut merah Maroon menyerangnya dengan lava." Beritahu Ruez secara mendetail itu.

"Bisa kamu bawa kami semua kesana?" tanya Bryan yang sudah tidak sabar dengan hal itu.

"Maaf, energiku cukup terkuras karena terlalu banyak melakukan teleportasi dengan jarak yang cukup jauh tadi." Ujar Ruez yang memang terlihat kelelahan itu. "Lalu bagaimana kita bisa ke sana?" tanya Steve yang juga sudah tidak sabar itu.

"Tunggu sebentar!" ujar seseorang pemimpin dari kelima orang yang merupakan anak buah Ryzid itu. Ketika dia mengatakan tunggu sebentar, tiba-tiba semua kulit mereka langsung berubah menjadi lebih putih dan sedikit pucat.

"Apa yang terjadi? Kenapa kalian seperti orang mati dan seperti manequin?" tanya Stella yang cukup keheranan dengan hal itu, "Kami keturunan asli dari Ras yang dianggap suci di Kerajaan Wiczy, dimana kami tidak memiliki kemampuan seperti kalian. Kami memiliki mata normal berwarna hitam, dan akan berubah putih jika kami melakukan sebuah ritual." Ujar pria itu yang kini seluruh mata mereka berwarna putih.

"Maksud kalian, ritual?" tanya Lily yang tidak dapat memahami hal itu juga.

"Karena dari salah satu dalam mengendalikan sebuah Roh, jadi kita dapat meminta bantuan dengan memanggil roh suci yang berasal dari Kerajaan Wiczy." Ujar salah satu wanita yang masih mengenakan seragam dari Grinlee Academy itu.

"Bisakah kami meminta bantuanmu?" tanya pemimpin pria dari mereka, dengan sedikit mengarahkan tangannya menuju Zeffina. Melihat hal itu Zeffina hanya tersenyum dan mengangguk. Tiba-tiba mereka berenam langsung duduk dengan melingkar, dan menyuruh Zeffina berada ditengah-tengah mereka.

"Apa aku harus di sini?" tanya Zeffina yang sedikit ragu dengan hal itu.

Pria dari pemimpin itu pun mengangguk, "Jika kamu bertemu para Roh Suci, tolong temui lah Naga Putih. Agar dia datang ke sini." Ujar pria itu kepada Zeffina. Zeffina yang mendengarnya hanya mengangguk, dengan semua orang yang tengah berbisik tentang Naga Putih yang dikatakan oleh pria itu.

"Saatnya mulai!" seru Pria itu dan kelima orang lainnya pun dengan segera mengadah kan kepalanya ke atas, seketika aura yang begitu putih langsung keluar dari tubuh mereka. Seragam yang mereka kenakan pun berubah seutuhnya menjadi berwarna putih bersih. Mereka memejamkan matanya, hingga tidak beberapa lama tubuh Zeffina langsung terselimuti oleh sekumpulan asap putih. Yang kini semua orang tidak dapat melihat keberadaan Zeffina, begitupun dengan orang-orang yang tengah melakukan ritual itu.

"Apakah mereka membunuh kekasihku?" tanya Steve yang terlihat panik dengan hal itu, "Tidak, mereka hanya membersihkannya." Ujar Stella dengan sedikit mengangguk-angguk. "Maksudmu?" tanya tidak mengerti Steve.

"Bukankah itu terlihat seperti busa-busa yang tengah membersihkan sesuatu." Ujar Stella yang melihat asap-asap itu mirip seperti gumpalan busa. "Eish kamu ini!" kesal Steve dengan ucapan Stella tadi.

"Wuhhh!!" tiba-tiba saja asap-asap itu meledak dan pergi secara bebas dengan tekanan angin yang cukup membuat semua orang kaget. "Woh!!" kaget Stella yang rambutnya terpapar angin itu, dengan mulut menganga. Bukan hanya dia saja, semua orang pun langsung terlihat seperti itu.

"Brughh!" seseorang langsung ambruk. Mereka yang menyadari hal itu pun segera melihat hal itu, dan ternyata keenam orang itu secara bersamaan pingsan. Sedangkan Zeffina yang tadinya sendiri itu, kini tengah bergandengan tangan dengan seseorang.

"WAH!!!" seru mereka yang terkejut dengan hal itu.

To Be Continued.

By. Gentaidenta.

Crystal Eyes [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang