Typo, komentari... Happy Reading...
"Tsh tsh tsh tsh tsh tsh!" terdengar suara seseorang yang tengah berlari didalam hutan, dengan bagian tubuh yang selalu mengenai semak-semak itu. Orang itu tampak begitu semangat berlari mencapai tujuannya itu. Wajahnya selalu mengadah ke atas, ke arah tempat cahaya itu berada. Agar dirinya tidak kehilangan jejak. "Aku tahu itu kamu!" serunya dengan penuh rasa tidak sabar itu.
Tanpa rasa lelah, dia berlari secepat mungkin menuju bukit hutan yang cukup curam itu. Ambisinya karena percaya itu adalah Steny. Hingga akhirnya saat dia mencapai di atas bukit hutan itu. Tampak seorang wanita tengah berdiri memandang langit malam dengan cahaya putih yang keluar dari tubuhnya.
"Steny! Apa itu kamu." Panggilnya dengan berlari itu. Steny yang mendengar suara yang dikenalnya itu, dengan segera membalikkan badannya. "Antha!" panggil Steny yang tiba-tiba langsung berlari ke arah Antha, begitupun dengan sebaliknya. Antha yang kini tengah berlari tampak mengeluarkan sebuah tetesan air dari matanya itu. Namun saat mereka berdua hampir berpelukan, tiba-tiba saja.
"Syushh!" tubuh mereka tidak dapat menyentuh satu sama lain. Mereka berdua yang berlari itu tiba-tiba langsung terjatuh secara berlawanan, "bagaimana bisa?" tanya Antha yang tidak mempercayai apa yang terjadi kepada mereka berdua itu. "Ini." Ujar Steny dengan menatap kedua tangannya itu.
Antha langsung beranjak berdiri dan segera menghampiri Steny yang masih dalam keadaan terjatuh itu. Namun ketika Antha berjalan, tampak sekali kakinya begitu kaku untuk menghampiri Steny, "Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Antha diperjalan menuju Steny itu. Steny pun langsung berbalik ke belakang, dan melihat pria berambut maroon itu mengeluarkan air matanya.
Steny langsung beranjak berdiri, "Maafkan aku Antha." Ujarnya pelan yang kini juga mengeluarkan air matanya itu. Antha langsung menunduk, "Seharusnya aku yang meminta maaf. Aku yang seharusnya menjaga dan melindungimu. Tapi... aku gagal melakukannya." Ujar Antha yang tidak berani menatap Steny itu.
"Maafkan aku, maafkan aku.." ujar Antha dengan tulus serta lemah itu. Steny mendekat ke arah Antha, dan segera menyentuh rambutnya. Namun apa daya, ketika dia mencoba hal itu. Tangannya itu malah menembus dan tidak dapat merasakan indra perabanya itu. "Antha, sudahlah. Aku akan kembali." Ujar pelan Steny.
Antha pun langsung menatap wajah Steny, "maksudmu?" tanya Antha yang tidak mengerti itu. Steny pun langsung tersenyum kecil. "Aku belum mati Antha, kini aku hanya sebatas Roh yang kehilangan raganya." Ujar Steny kepada Antha itu.
"Antha!!" panggil Bryan yang kelelahan setelah lari itu. "Ahh, aku sudah tidak kuat. Bagaimana bisa kita berlari menanjak ke bukit ini." Ujar Steve dari arah belakang. "Aku sudah terbiasa dengan itu." Ujar Cellia disampingnya. Namun saat mereka melihat cahaya didepan Antha.
"Putri Steny!!" seru Bryan dan Steve menatap Roh Steny yang transparan itu. "Putri Steny, apa itu kamu?" tanya Cellia tidak percaya melihat wanita yang pernah menolongnya itu. Antha dan Steny yang mendengar mereka itu tampak terkejut.
"Antha, apa kamu menangis?" tanya Steve yang melihat pipi Antha yang basah itu, "bukan, tadi aku terguyur sisa air hujan dari hutan tadi." Ujar Antha berbohong dengan sedikit menggeleng, sedangkan Steny tersenyum kecil. "Cellia, apa itu kamu?" tanya Steny yang segera menghampirinya. Begitupun dengan Antha yang segera menyusul. Namun saat Steny mendekat ke arah Cellia, cahaya hijau ditangannya itu tiba-tiba menjalar ke segala tubuhnya. Dan itu membuat mereka tampak kaget.
"Ada apa lagi?" tanya Steny yang kini cahaya hijau itu bersinar terang ditubuh Steny, "Apa mungkin ini semua..." ujar Steny yang terpotong itu, namun dirinya mengerti bahwa wanita yang ada dihadapannya itu, adalah pemilik dari cahaya kemampuan yang kini berada didirinya. "Cellia!" seru Steny.
Steny langsung mengadahkan kepalanya dan segera mengeluarkan energi cahaya hijau itu dari tubuhnya, "kembalilah, ke tempat yang seharusnya." Ujar pelan Steny dan tiba-tiba saja. Cahaya hijau itu tiba-tiba bersinar lebih terang dan melepas dari tubuh Steny. Namun cahaya itu masih mengelilingi Steny seperti ular melilit, tetapi tidak lama cahaya itu sepenuhnya pergi mengarah ke atas langit dan langsung menuju Cellia.
"Apa yang terjadi?" tanya Bryan melihat cahaya itu langsung mengeliling tubuh Cellia dan "AAAAAA!" teriak Cellia kesakitan, ketika cahaya hijau itu langsung mengarah ke matanya. "Cellia, terima dengan perlahan. Karena itu milikmu." Ujar Steny. Hingga tidak lama Cellia langsung membuka matanya, dan kini mata hijau kristal berada pada Cellia.
"Kamu! Jadi kamu pemilik mata Kristal Hijau. Kalau begitu kamu juga seorang tuan Putri?" ujar Steve yang tidak percaya ketika melihat hal itu terjadi. Cellia pun hanya terlihat terkejut dengan hal itu. Bahkan dia sendiri tidak percaya apa yang dikatakan oleh Steve.
"Baiklah, Putri Cellia. Jagalah mata itu baik-baik." Ujar Steny dengan tersenyum kecil. Namun disenyum itu tampak sekali dia mengkhawatirkan sesuatu. "Bagaimana bisa aku menjadi seorang Putri jika aku tidak memiliki Istana?" tanya Cellia yang begitu masuk akal.
"Kamu bukan Putri yang tidak memiliki Istana. Hanya saja Istana mu dalam kondisi tersembunyi, karena tujuan kami selanjutnya adalah mencari Istana itu." Ujar Bryan dengan tampang bijak itu, membuat Steve disampingnya begitu terkejut. "Mengagumkan." Ujar Steve dengan mengangkat kedua jempolnya itu.
"Kalau begitu, karena kondisiku seperti ini. Bisakah kalian membantuku untuk mendapatkan tongkat Kristal Hijau." Pinta Steny meminta bantuan karena kondisinya. "Bukankah tongkat itu hanya bisa diambil olehmu?" tanya Antha.
"Tidak, karena sebenarnya tongkat itu hanya bisa diambil oleh para pemiliknya. Bukan hanya aku saja." jelas Steny, dan semua tatapan kini berpindah kepada Cellia. "Baiklah, aku akan mengambilnya." Ujar Cellia dengan tersenyum. Karena kini beban Steny berpindah kepada Cellia.
"Lalu sekarang dimana tubuhku?" tanya Steny. "Kini kamu sedang terbaring di Istana Marvick, Stella, Zeffina dan Lily sedang merawatmu di sana." ujar Bryan. Steny pun kembali tersenyum, "kalau begitu, aku akan kembali kesana. Kalian berempat. Tolong jaga diri kalian baik-baik. Aku akan segera menyusul." Ujar Steny yang bersiap-siap untuk kembali.
"Tapi-" ujar Antha terpotong. Kini tatapan pindah kepada Antha dan Steny.
"Steve, Cellia. Bisa kita ke sana sebentar." Ujar Bryan yang mengerti bahwa Antha ingin berbicara kepada Steny secara Privat itu. "Baiklah, ayo!" ajak Cellia yang masih tersenyum itu. "Cellia, carilah pasangan segera. Dengan begitu kamu bisa merasakannya." Ujar Steve.
"Apa itu maksudnya? Apa kamu mengejekku? Atau kamu mencari masalah denganku?" tanya Cellia yang memahami perkataan Steve itu. "Oh, maaf." Ujar Steve yang tiba-tiba pergi berlari itu, membuat Bryan tersenyum melihat tingkah konyol Steve yang kembali.
Kini dimalam penuh bintang Planet Zaverius, Antha dan Steve mencurahkan semua apa yang mereka pendam setelah peristiwa yang membuat Steny menjadi Roh. Di sisi lain, Bryan dan Steve memberitahu Lily dan Zeffina lewat robot serangga mereka, bahwa Steny akan segera kembali. Di Kerajaan Marvick pun kini tampak ramai, karena para penduduk di sana menunggu Putri Steny untuk sadar, mereka menunggu pahlawan penyelamat Kerajaan mereka kembali.
***
To Be Continued
By. Gentaidenta
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal Eyes [END]
FantasySequel dari ~Amazing Eyes Academy~ peringatan!! Baca terlebih dahulu "Amazing Eyes Academy" sebelum cerita ini. Ketika Keturunan Kristal Hitam mencoba mengahancurkan Kerajaan Lozency, Kerajaan yang masih berdiri di Planet Zaverius. Membuat Steny ha...