Melihat Typo, langsung komentari
Happy Reading...
Di malam itu, "Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Bryan, melihat pelindung itu seketika menghilang ketika Cellia datang. Antha, Bryan, dan Steve pun hanya menatap meminta penjelasan kepada Cellia yang seketika itu bingung sendiri.
"Ada apa?" tanya Cellia kebingungan, Sang laki-laki tua tadi pun langsung tersenyum.
"Aku tahu ini pasti terjadi," ujar laki-laki tua itu dengan mengangguk-angguk, "karena kamulah jawabannya." Lanjutnya lagi dengan pasti. Antha, Bryan dan Steve malah bertambah penasaran apa yang sebenarnya terjadi.
"Ok, baiklah," ujar Cellia sedikit memahami, "cukup kalian ketahui. Karena aku tidak memiliki mata berkemampuan, aku tidak dapat belajar di Academy ini. Namun saat terjadi pemindah seluruh siswa di sini karena ada desas desus Ryzid. Aku berteman dengan salah satu guru di sini. Jika kalian bagaimana caranya ini terbuka saat aku datang. Tanyalah kepada dia, bukan kepadaku. Ok." Jelas Cellia, membuat ketiga Pria didepannya langsung berpikir keras.
"Lalu dimana guru itu?" tanya Steve kepada Cellia.
"Sudah pasti dia mengorbankan diri untuk Academy ini," ujar Antha, "bukankah kalian sudah mengetahuinya apa yang dikatakan Zeffina tadi." Tambah Antha yang tiba-tiba langsung berjalan masuk ke dalam Academy.
"Apa kamu tidak butuh penerangan?" tanya Cellia menunjukkan sebuah obor. Antha hanya diam, namun tidak beberapa lama. Antha melirik ke arah mereka, dan kini tampaklah matanya yang bersinar, "Apa yang kamu pakai?" tanya Bryan yang tampak penasaran.
"Apakah kamu mendapatkannya dari Tuan Putri?" tanya Steve, "ini tidak adil!" kesal Steve yang tiba-tiba merebut obor dari tangan Cellia.
"Hei, dia itu kekasihnya. Wajar saja jika dia mempunyai barang-barangnya." Ujar Bryan kepada Steve, "Tapi tetap saja." balasnya yang langsung menyusul Antha masuk.
"Sepertinya saya tidak dapat mengikuti kalian, Saya harus kembali ke tempat Kamp." Ujar laki-laki tua tadi, "Baiklah, terima kasih untuk semuanya." Jawab Bryan sedikit tersenyum.
"Oh ya kek, jika ada yang bertanya. Tolong beritahu bahwa aku ada urusan sebentar." Pesan Cellia kepada kakek itu. "Tentu Cellia." Jawabnya dengan tersenyum. Akhirnya Bryan dan Cellia pun ikut masuk ke dalam Rozzy Academy.
***
"Teman-temanku, pasti mereka semua menungguku. Terlebih misiku belum selesai, dan Aku aeperti ini karena?" gumam Steny sendiri. "Ballack, di Kerajaan Marvick!" serunya yang mengingat hal itu, "Apa mungkin aku sudah berada didalam tanah?" tanyanya, yang mengingat dirinya hanya sebatas roh penasaran, mungkin lebih tepatnya arwah penasaran yang hanya bisa berkeliaran tanpa pasti itu.
"Antha tidak akan setega itu padaku!" Teriaknya sendiri, yang tiba-tiba saja angin besar menerpanya, dan secara tidak sadar dirinya terbawa oleh angin itu, "APPAA INI??!!" teriaknya dengan keras, "BAGGGAI MANNA ROOOH BISSSA TERRR BAAWWA ANGGGIN!" teriaknya lagi, padahal suaranya terkalahkan oleh kuatnya angin itu.
Hampir satu jam Steny terbawa oleh angin itu, hingga akhirnya perlahan-lahan angin itu semakin lambat dan lambat yang diakhiri oleh hilangnya angin itu. "Bughh!" terdengar suara seseorang terjatuh, dan siapa lagi kalau bukan Princess yang begitu pemberani, Steny Thygenst Lozency itu.
"Kenapa aku begitu bodoh ketika menjadi arwah?" tanyanya dengan kepala yang terhuyung-huyung. Steny dengan bentuk transparan itu, tampak auranya yang masih bersinar. Pink ketika dia menjaga kewibawaannya, Biru tua ketika dia merasa seperti orang biasa, Cyan ketika dia optimis dengan kecerdasannya. Namun saat terjatuh tampak auranya berhamburan menjadi satu, bahkan warna dari kemampuan yang secara sistem mata para penjaga itu, bahkan termasuk.
"Tapi kenapa rumput ini tampak begitu gelap?" tanyanya yang tanpa sadar menatap rumput dengan warnanya yang menggelap ke hitam, membuatnya berpikir. Dimanakah sebenarnya Dia berada? Namun tidak lama, dengan segera dia beranjak berdiri.
"Ini-hutan Grinlee! Para peri! Dan wanita berambut hitam-Cellia!" serunya sendiri tanpa henti, dia memandang lama hutan itu, yang memang dimalam hari itu suasanya melebihi gelapnya malam. "Sepp!" tiba-tiba saja keningnya seperti terdorong dan suatu cahaya berwarna hijau menyelimuti kepalanya.
"Aughh!" rintihnya seperti orang yang membawa sesuatu yang berat di kepalanya. Namun tanpa dia sadari, Steny langsung terbang ke atas. Awalnya dia hanya berputar-putar, namun dirinya langsung terbang ke arah sebuah bukit yang cukup curam untuk didaki. Bahkan pohon-pohon ditempat itu lebih tinggi dan besar dibandingkan dengan pohon lainnya.
"Bughh!" dia kembali terjatuh, dia langsung memusatkan padangannya kepada sebuah batu yang begitu berlumut. "Apakah ini kuburan?" tanyanya sendiri yang tengah beranjak bangun itu, namun anehnya batu berlumut itu tampak begitu berbeda dari batu berlumut seperti biasanya. Dia pun langsung menyentuh batu itu yang ukurannya tidak terlalu besar, hanya seukuran kepala dewasa.
"Mungkin jika aku pecahkan, ada sesuatu didalamnya." Gumamnya sendiri, dengan niat seperti itu. Tiba-tiba saja batu itu langsung terbelah menjadi empat bagian.
"Ehh!" kagetnya, "kenapa aku jadi lapar?" tanyanya saat melihat batu itu, "kenapa begitu mirip dengan bakso?" tanyanya lagi, "ahh sudahlah, kenapa aku memikirkan perutku. Aku harus mencari tahu apa ini." Ujarnya yang begitu penasaran. Batu itupun segera dia dekati dan mengintip apa yang ada dibagian dalamnya.
"Wushh!" sebuah cahaya hijau langsung meluncur ke atas dengan begitu cepatnya.
"Jika tidak ingin aku sentuh, sebaiknya jangan membawa ku kemari!" seru Steny yang merasa tersinggung itu. Namun Cahaya hijau yang bersumber dari belahan batu itu tampak semakin melebar ukurannya, bahkan Steny mundur beberapa langkah ke belakang.
"Cahaya apa ini sebenarnya?" tanyanya dengan penuh keheranan, setelah beberapa menit cahaya hijau itu langsung menghilang. "Ssttt!" terdengar suara sesuatu yang tengah datang dengan cepatnya, saat dia melirik kedepan tampak sebuah cahaya hijau tengah menuju ke arahnya, namun bukan hanya itu dari arah belakang bahkan samping kiri kanannya, terdapat cahaya yang sama.
"Jangan bilang kalau kalian ingin menyerangku?" tanyanya dengan sedikit panik itu, hingga dia pun sedikit memejamkan matanya, "Syutt! Ha?" tanyanya saat melihat cahaya hijau itu mengelilingnya.
"Bisa kamu berikan kekuatan energi ini kepada seseorang yang berhak mendapatkannya?" tanya seseorang yang tidak ada wujudnya, "ha? Siapa kamu? Dan dimana kamu?" tanya Steny yang sedikit berputar-putar itu dengan keempat cahaya yang tengah mengelilingnya. "Aku yang mengelilingimu." Ujar suara itu.
"Apa mungkin, ini kekuatan dari Crystal hijau?" tanya Steny yang sedikit mencurigai cahaya hijau itu, "benar, tolonglah. Cari penggantiku untuk memiliki kemampuan mata ini, kini aku hanya sebatas penjaga kemampuan mata. Aku mencari seseorang yang cocok untuk mewarisinya." Ujar suara dari keempat cahaya itu.
"Baiklah, akan aku lakukan!" seru Steny dengan sedikit tersenyum, karena merasa ada seseorang yang pantas untuk memiliki kemampuan mata Crystal hijau. Cahaya itu pun langsung menyatu, hingga tersisa cahaya hijau yang cukup besar, dan tidak lama cahaya itu menuju ke telapak tangan kanan Steny, "Aku akan berada di sini." Ujar cahaya itu hingga tidak beberapa lama cahaya itu menyerap ke tangan Steny.
***
"Apa itu?!" tanya seorang wanita berambut pirang, yang tengah menatap bintang diluar Istana Marvick, "hubungkan ke Bryan!" seru wanita itu, hingga tidak beberapa lama seorang pria berambut hitam dengan mata berwarna biru tua itupun langsung meresponnya.
"Bisa kamu lihat di luar? Ada cahaya hijau aneh mengarah ke langit." Ujar Lily dengan menatap cahaya hijau yang cukup besar dan jauh itu. "benarkah?" tanya Bryan yang langsung berlari ke arah luar, membuat Steve dan Cellia sedikit keheranan.
"Ada apa?" tanya Cellia, Bryan pun menatap cahaya itu dan cahaya itu berasal sebuah bukit tertinggi di hutan Grinlee. "Cahaya hijau itu, tampak begitu akrab!" seru Bryan, yang membuat Cellia dan Steve mengikutinya dengan cepat.
"Cahaya apa itu?" tanya kompak Steve dan Cellia saat melihat cahaya itu bersama Bryan. Sedangkan Antha entah hilang kemana di Rozzly Academy itu.
***
To Be Continued
By. Gentaidenta
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal Eyes [END]
FantasySequel dari ~Amazing Eyes Academy~ peringatan!! Baca terlebih dahulu "Amazing Eyes Academy" sebelum cerita ini. Ketika Keturunan Kristal Hitam mencoba mengahancurkan Kerajaan Lozency, Kerajaan yang masih berdiri di Planet Zaverius. Membuat Steny ha...