JIKA ADA TYPO TOLONG KOMENTAR
HAPPY READING
"Brakkk!!" mereka langsung pingsan bersama-sama.
Steny berjalan dengan cepat menuju ke menara paling atas di Academy itu, dia berpikir itu tempat yang bagus untuk membaca buku, setelah dia sampai di menara atas dia langsung membuka bukunya.
"Huruf apa ini?" tanya Steny kebingungan melihat buku itu dengan aksara yang tidak dia mengerti, dia kebingungan melihat aksara itu.
"Bagiamana aku bisa membacanya!" ucap Kesal Steny, wajahnya langsung muram, sepertinya hanya karena tidak bisa membacanya dia langsung kehilangan moodnya dengan cepat.
Tidak lama segerombolan orang tiba-tiba datang, mereka semua adalah murid wanita dengan gaya yang begitu terlihat tidak pantas, "dimana wanita itu?" tanya seseorang wanita berambut kuning dengan wajah yang begitu cantik, tetapi bukan cantik alami sepertinya dia mengenakan sesuatu seperti make up. Steny hanya menatap mereka dari kejauhan, tidak lama seorang wanita datang.
"Wanita itu?" gumam Steny mengingat wanita berambut biru, dengan mata ungu, orang yang dia kenali sebagai teman dari Lucy.
"Lihatlah! Itu dia" ucap seseorang wanita teman dari wanita berambut kuning itu.
"Viviana! Jangan sombong karena kamu dekat dengan nona Lucy, hanya karena kamu berteman dengan bangsawan. Kamu kira aku takut dengamu?" tanya wanita itu menantang wanita tadi yang bernama Viviana.
"Apa maksudmu?" tanya Viviana, "aku tidak pernah menantangmu, dan aku tidak pernah punya masalah denganmu" ucap Viviana tenang.
"Kita memang tidak punya masalah, tetapi karena begitu banyak para pria yang mengagumimu dan nona Lucy, sekarang kita punya masalah!" ucap wanita berambut kuning itu.
"Pria? Apa ini masalah Pria?" tanya Viviana, "ya benar! Apa kamu tahu, pacarku memutuskan hubungannya denganku karena kamu!" ucap tegas wanita itu.
"Benarkah? Sayangnya aku tidak ada urusannya dengan itu, itu salah pacarmu! Bukan aku!" ucap Viviana yang sekarang tegas.
"Tapi ini tidak akan terjadi jika bukan gara-gara kamu!!" ucap tegas wanita berambut kuning itu. Steny yang melihatnya begitu geram, hanya karena pria mereka bisa bertengkar seperti itu, takut mereka bertengkar lebih jauh lagi, dengan segera Steny melerainya.
"Dia tidak salah! Pria itu yang salah, dia tidak bisa menjaga pandangannya" ucap Steny dengan nada mengejek, mereka langsung menatap Steny.
"Jangan ikut campur, ini masalah kami!" tegur wanita berambut kuning itu.
"Bukan seperti itu, aku tidak mau jika ada keributan di sini, sebaiknya kalian belajar saja" ucap Steny yang sekarang sudah berjalan kearah mereka.
"Siapa kamu? Berani-beraninya kamu mencampuri masalahku!" ucap wanita berambut kuning itu, Viviana hanya diam, dia mengingat-ngingat wanita yang kini dekat dengannya, dia menatap Steny dari ujung rambut sampai kakinya, dan akhirnya tatapannya pergi kearah buku yang di pegang Steny, "buku itu, bukannya buku rahasia ya" gumam Viviana dengan ekspresi curiga.
"Sebaiknya kalian bubar, dan kembali ke kelas masing-masing" ucap Steny.
"Siapa kamu? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya?" tanya tiba-tiba Viviana. Karena pertanyaan itu, kini mereka semua menjadi fokus kearah Steny.
"Kalian tidak perlu siapa aku!" ucap tegas Steny. Mereka semua langsung kaget mendengar ucapan Steny yang begitu keras.
"Ada apa ini?" tanya seseorang dari arah belakang, dan ternyata itu adalah Leonard.
"Ah Leonard" ucap Viviana yang sudah mengenal dekat Leonard, "ada apa ini?" tanya seseorang lagi yang sudah datang, dan itu adalah Lucy.
"Nona Lucy" ucap Viviana yang sedikit kaget, "apakah ada masalah?" tanya Lucy kepada mereka semua, sedangkan Steny hanya diam membeku.
"Maaf aku harus pergi" ucap Steny yang beranjak membalikan badan.
"Tunggu! Siapa kamu?" tanya Lucy, tetapi Steny tetap berjalan, "berhentilah, atau aku akan menahanmu" ucap Lucy yang berupa ancaman.
"Maaf aku belum siap" ucap Steny yang masih berjalan menuju ujung yang buntu.
"Apa maksudmu?" tanya Lucy kebingungan. Steny masih tetap berjalan, karena merasa curiga dengan secepat kilat Lucy langsung membuat es di bawah Steny.
"Syetttt..." Steny terpeleset tetapi, "huft" Steny langsung berguling dan kembali berdiri.
"Apa!!" ucap kaget semua orang melihat Steny dapat kembali berdiri dengan sempurna.
"Leonard! Nanti malam ajak Lezzy ke ruangan kamar tamu, tepatnya kamar Lily dan Zeffina" ucap Steny kepada Leonard, dengan cepat Steny langsung berlari dan, "Huft!" Steny langsung melompat dari menara atas tersebut.
"Astaga!!" ucap kaget semua orang terkecuai Leonard, Steny langsung mengeluarkan sebuah papan seluncur untuk meluncur di atap Lozency Academy, "Putri Steny!!" ucap Leonard yang segera melihat Steny meluncur di atap, semua orang langsung kaget mendengar hal itu.
"Kita kalah!" ucap Leonard, "apakah itu benar sepupuku?" tanya Lucy tidak percaya.
"Begitu pemberani!" ucap Viviana yang begitu kagum melihat Steny meluncur. Tiba-tiba Seluncuran Steny dapat terbang, membuat mereka kembali takjub.
"Siapa lagi kalau bukan Putri Steny, dia selalu mempunyai teknologi canggih dan juga begitu pemberani, untungnya saja tadi kita tidak membuatnya marah, kalau dia marah, mungkin menara ini akan hancur" ucap Leonard terkekeh, sedangkan yang lain langsung muram.
"Aku harus meminta maaf" ucap Viviana menyesal, "Viviana, aku minta maaf atas kejadian tadi" ucap wanita berambut kuning dengan wajah ketakutan.
"Kamu tidak perlu meminta maaf kepadaku, minta maaflah kepada Putri Steny yang tadi kamu bentak" ucap Viviana, seketika itupun wanita berambut kuning itu bertambah ketakuan.
"Nona Lucy, maafkan perliaku aku kepada Putri Steny tadi" ucap wanita berambut kuning itu kepada Lucy. "Aku maafkan, tapi aku harap kamu tidak mengulanginya lagi, jika kamu seperti itu, mungkin kamu akan dikeluarkan oleh Putri Steny" ucap Lucy. Wanita berambut kuning itu begitu ketakutan, bahkan dia tidak berani menatap wajah Lucy, badannya gemetaran hebat.
"Aku pergi dulu" ucap Lucy yang langsung beranjak pergi, setelah itu Leonard dan Viviana menyusul pergi, sedangkan si rambut kuning dan teman-temannya semuanya merenung di atas menara Lozency Academy.
"Huft!" Steny sudah mendarat, kini dia berada di depan Lozency Academy, lalu dia berjalan menuju aula, "aku begitu lapar, semoga saja ada makanan di aula" ucap Steny sembari memegang perutnya.
"Apakah ini Aula nya?" tanya Steny melihat sebuah ruangan dengan pintu sedang, dia menengok kearah dalam, di sana hanya ada beberap murid yang kebetulan sedang makan siang.
"Prgg!" secepat kilat Steny langsung duduk di sebuah kursi, dia langsung mengambil makanan yang berada di meja, "Aumm" Steny melahap makanan itu, tetapi, "uhukkk! Uhukkk!" Steny langsung batuk karena rasa makanannya begitu aneh.
"Makanan apa ini!!" Ucap Steny kesal, tanpa disangka Steny membuat para murid melihat kearahnya, "astaga!" ucap malu Steny dilihat oleh para murid dari tiga Academy itu.
"Makanlah ini" terdengar suara seseorang, dia memberikan sekeranjang buah-buahan yang sama persis di bumi, dengan secepat kilat Steny langsung mengambil buah-buahan itu dan memakannya.
"Aumm" Steny melahapnya, "enak!" ucap Steny.
"Terimakasih!" ucap Steny tanpa melihat orang yang memberikannya yang berada dibelakangnya.
"hah!" ucap kaget Steny, dia langsung menengok kearah samping, terlihat para murid dengan tatapan terkejut kerahnya, "eitts! Tunggu, bukan kearahku, tetapi kearah belakangku!" gumam Steny pelan. Dengan rasa penasaran dia mencoba melihat kebelakang.
TERIMAKASIH...
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal Eyes [END]
FantasíaSequel dari ~Amazing Eyes Academy~ peringatan!! Baca terlebih dahulu "Amazing Eyes Academy" sebelum cerita ini. Ketika Keturunan Kristal Hitam mencoba mengahancurkan Kerajaan Lozency, Kerajaan yang masih berdiri di Planet Zaverius. Membuat Steny ha...