Hai sayang *wajah Patrick* (。O ω O。)
Yosh, kali ini ceritanya terinspirasi dari kisahnya author~ ya walaupun gak terlalu sama persis :v
Well, semoga kalian suka sama ceritanya~.
.
Aku menyukainya..
Walaupun mungkin dia berkata sebaliknya
Tapi kenapa...?
Saat dia membicarakan orang lain,
Kenapa dadaku terasa sesak?.
.
Ah, sudah pagi.
Tapi mungkin sudah dibilang terlalu siang untuk dikatakan pagi.
"Mafumafu! Bangun! Kau mau terlambat pergi ke sekolah lagi?!" Sang ibu sudah memakai berbagai cara untuk membangunkan anaknya itu, tapi tampaknya tidak ada yang berhasil.
Perlahan bocah bersurai albino bernama Mafumafu itu terbangun.
"Waaaa! Aku terlambat! Kaa-san, kenapa tidak membangunkan Mafu?! Hari ini upacara tauuuuu!" Ujar bocah itu sambil sempat-sempatnya memanyunkan bibirnya sebelum bergegas menuju kamar mandi.
"Kaa-san sudah membangunkanmu daritadi, tapi kau tidak bangun juga! Yasudah, mandinya jangan lama-lama. Dan jangan lupa sarapan" Ujar ibu dari bocah albino itu sebelum kembali melanjutkan kegiatannya..
"Mafumafu, sarapan dulu!" Perintah sang ibu.
"Tapi kaa-san, Mafu sudah terlambat..."
"Sarapan dulu! Kau kan sering pingsan saat upacara!"
"Salahkan pembina upacaranya yang terlalu banyak menyampaikan pesan dong! Lagipula Mafu gak pingsan, cuman pusing doang!" Sang ibu hanya bisa menghela nafas. Kenapa anaknya ini begitu keras kepala?
"Yasudah, tapi kau harus bawa bekal"
"Gak mau! Nanti tas ku berat!" Lagi-lagi sang ibu menghela nafas.
"Mafu berangkat dulu, udah siang nih! Ittekimasu~" Dan bocah albino itu berlari menuju sekolahnya. Sekolahnya memang tidak terlalu jauh dari rumahnya, hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk tiba di sekolah..
"Yokatta.... Untung gerbangnya belum ditutup...." Mafu langsung menaruh tas nya sembarangan. Mustahil kalau ia menaruh tas nya di kelas. Karena upacara sudah dimulai, jadi ia kesulitan untuk menyimpan tas nya di kelas.
Mafu langsung masuk ke barisan, paling belakang. Dengan Amatsuki yang berada di depannya..
Beberapa menit telah berlalu.
Wajah Mafu pucat.
Tapi upacara masih belum selesai.
Teman di depan Mafu, Amatsuki, berulang kali menoleh ke arah Mafu dan bertanya dengan pertanyaan yang sama.
"Mafu-kun, wajahmu pucat. Mau ku antar ke UKS?" Tanya Amatsuki dan Mafu hanya menggeleng setiap Amatsuki menanyakan pertanyaan yang sama. Amatsuki sedikit tidak yakin, tapi ia kembali menghadap ke depan, mendengarkan pembina upacara yang sedang menyampaikan informasi dan pesan.
Tapi beberapa saat kemudian-...Bruukk!!
"Mafu-kun?!" Amatsuki langsung berbalik badan. Siswa lain juga ikut menoleh kebelakang untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.
"Ada ribut-ribut apa di belakang?" Tanya sang pembina upacara.
"Mafumafu, kelas 2-A pingsan, sensei!" Ujar Amatsuki dengan keras agar dapat di dengar.
"Kalau begitu, tolong kau bawa Mafu-kun ke UKS, Amatsuki-kun.."
Dan Amatsuki bergegas membawa Mafu menuju ke UKS dibantu teman-temannya yang lain.
.
"Mafu-kun, jadi tadi sebebalum berangkat kau tidak sarapan?" Tanya Amatsuki pada Mafu yang kini telah sadar namun masih berbaring di kasur UKS.
"Un... Habisnya tadi aku buru-buru"
"Harusnya tadi kau sarapan dulu." Ujar Amatsuki sambil menyentil dahi Mafu.
"I-ittai.."
"Upacara sudah selesai tuh. Mau ke kelas sekarang?" Mafu hanya mengangguk.
"Yasudah, yuk.." Ujar Amatsuki sambil membantu Mafu berdiri.