Chapter 18 |Kecanggungan|

21.9K 1.3K 95
                                    

haloo readerys!! kabarnya gimana? baik dong pasti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

haloo readerys!!
kabarnya gimana? baik dong pasti.

foto di atas aku nemu di twitter, keren juga ya.

~Happy Reading~

Jenia berjalan dengan angkuh memasuki mansion mewah milik Aldrick. Wajahnya terlihat sombong dengan kepala terangkat angkuh seolah ia adalah ratu dimansion tersebut. Para bodyguard juga maid tidak bisa mengabaikan atensi akan kedatangan dari wanita itu, mereka semua turut memberikan sambutan formal kepada wanita yang mereka ketahui merupakan salah satu ‘orang’ Aldrick.

Para bodyguard dan maid yang ada disana tidak terlalu menyukai Jenia, sifatnya yang sombong dan suka mengatur membuat mereka semua hilang hormat kepada wanita itu. Jika yang mengatur dan memerintahkan mereka adalah Aldrick, tentu dengan senang hati mereka akan melakukannya, karena Aldrick adalah Tuan mereka. Sedangkan Jenia? Wanita itu bukanlah siapa - siapa, tapi dangan angkuh gayanya wanita itu berlagak seperti seorang ratu, membentak dan memerintah sesuka hatinya.

“Dimana Aldrick?” Tanyanya memandang datar seorang bodyguard. “Tuan sedang tidak berada di mansion.”

Alis hitam Jenia menungkik, menatap sangsi pada bodyguard di depannya. “Jangan mencoba mengelabuhiku!”

“Saya tidak berbohong, Nona. Tuan pergi bersama supir pagi ini untuk menghadiri rapat mengenai agenda tahunan.” Jawab bodyguard itu dengan tenang walau sejujurnya ia tidak suka kejujurannya dipertanyakan.

Bibir tebal Jenia yang terpoles lipstick coklat itu terlihat berdecak samar. “Minggir! Biar aku buktikan sendiri!” Ia melangkahkan kaki jenjangnya, hingga, “Awh!” Jenia memekik sakit ketika dirinya tergelincir akibat lantai yang basah, membuat bokongnya dengan sempurna mendarat kasar di atas ubin lantai yang dingin. 

“Kau! Akghh! Sialan, lakukan pekerjaanmu dengan becus! Dasar tidak berguna.” Jenia menodong marah.

“Ma-maafkan saya Nona, saya … saya..” seorang maid yang memiliki tanggung jawab di area tersebut menunduk takut, ia tampak ingin membantu Jenia tapi terlalu ragu untuk melakukan tindakan tersebut.

“Saya apa?! Kau pikir hanya dengan meminta maaf maka semuanya akan baik – baik saja bagimu? Aku tidak akan melepaskanmu.” Jenia bangkit, matanya yang berlensa abu – abu terang itu menyorot tajam, menatap sinis maid di depannya tersebut.

“Ada apa ini?” Suara Joanna yang mengintrupsi tiba – tiba tersebut berhasil menghentikan sejenak prahara yang memanas. Wanita itu tampak muncul dari celah tangga, berjalan pelan menuruni anak tangga tersebut. Matanya menatap penuh tanya pada kedua manusia di lantai bawah tersebut.

ALDRICK'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang