Chapter 12 |Luka Tersirat|

22.7K 1.5K 78
                                    

Happy Reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading~

“Apa ini yang disebut pernikahan?” Joanna bergumam kecil, menatap miris ke arah perataran gereja yang dijaga ketat oleh banyak bodyguard. Dirinya dan Aldrick baru saja selesai melakukan serangkaian ritual pernikahan. Tepat hari ini, keduanya sudah terikat dalam suatu hubungan yang sakral.

Joanna tahu bahwa hal ini akan terjadi kepadanya, Aldrick si pria arogan yang kini sudah berstatus sebagai suaminya itu sampai kapanpun tidak akan menerima sebuah penolakan. Semua usaha Joanna untuk menolak pria itu seolah tidak ada gunanya sama sekali, karena nyatanya dia akan tetap kalah.
Joanna mengangkat tangan kirinya, menatap jemari manisnya yang sudah dihiasi sebuah cincin berlian kecil nan indah. Ia kemudian melirik Aldrick yang berada disampingnya, kenapa sangat mudah bagi pria ini menikahiku?

Jika dihitung, umur keduanya terpaut tujuh tahun. Aldrick sendiri sudah memasuki umur dua puluh tujuh bulan januari lalu, sedangkan Joanna baru saja berumur dua puluh tahun. Sebenarnya masalah umur tidaklah masalah bagi Joanna, hanya saja siapa orang yang dinikahinya inilah yang menjadi masalahnya.

Joanna menghela nafas pelan, dia menatap miris keadaan pernikahannya ini. Bagaimana hanya ada Niel, Emma, Hellen, dan para bodyguard yang menjadi saksi pernikahan ini. Juga seorang pendeta yang memimpin. Dan tentunya dirinya juga Aldrick selaku pasangan mempelai.

Pernikahan manis penuh haru yang sempat Joanna impikan, kini kandas sudah. Aldrick benar – benar menghancurkan semua impiannya dengan begitu mudah. Kekuasaan pria itu berhasil mendominasi Joanna, memberikan gadis itu sederet ancaman bila menolak keinginannya, membuat Joanna tidak bisa berkutik, hingga berakhir selalu tunduk atas keinginannya.

Joanna beralih menatap pergelangan tangannya yang dihiasi bekas luka. Terdapat nama Aldrick disana, menyatakan kepemilikkan seolah Joanna adalah sebuah barang. Hati Joanna tiba – tiba terasa sesak hari ini, gadis itu merasa dipermainkan. Sedari acara dimulai Joanna sudah sibuk menahan air matanya, berusaha bersikap tidak peduli pada pernikahan yang melibatkan masa depannya.

Joanna tersenyum miris. Gadis tidak lagi bisa untuk disandangnya, kini wanita adalah yang paling pantas.

Ia menoleh ke arah Aldrick yang tengah sibuk berbicara dengan Niel, entah apa yang kedua pria itu tengah bicarakan. Tapi yang jelas, wajah Aldrick terlihat lebih serius dari biasanya, aura kepemimpinan pun terasa menguar lebih kuat.

“Nyonya? Mari ikut dengan saya.” Suara Hellen membuat Joanna sedikit tersentak, ia menatap kepala maid tersebut dengan sedikit kerutan pada alisnya. Nyonya? Joanna rasa dirinya harus terbiasa dengan panggilan itu, sebab bagaimanapun statusnya sekarang sudah berbeda. Dia adalah istri dari Aldrick D’rail Lington, nama dari keluarga Lington kini secara otomatis sudah tersemat dibelakang namanya.

Joanna Lington? Terdengar aneh bagi Joanna.

Joanna menoleh ke arah Aldrick, yang ternyata kini tengah menatapnya. Pria Lington itu bergeming sejenak, sebelum akhirnya bersuara. “Kau ikutlah dengan Hellen, ada hal yang harus kuurus. Berhenti bertingkah jika kau tidak ingin merasakan sakit, kau mengerti?”

ALDRICK'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang