Mata tajam itu terlihat memicing, meneliti paras cantik yang sarat akan rasa bersalah itu dari balik kaca mobil tempatnya berada. Ada sebuah ketertarikan yang tersirat dari manik hitam kelamnya. Perlahan dan pasti sudut bibirnya tertarik sedikit ke atas, membentuk senyum miring yang terlihat indah bersanding dengan rahang tegasnya.
“Menarik, aku menyukainya. Bawa dia!”
Kalimat tersebut meluncur dengan begitu lugasnya, seolah tanpa beban bibir itu berucap penuh ketegasan, tak terbantahkan. Tatapan matanya masih terfokus pada gadis bersurai legam tersebut, menatap lamat wajah cantik yang terlihat berubah takut ketika sepasang orang mencekal tangannya dan memaksa dirinya memasuki mobil.
“Apa – apaan ini?! Siapa kalian? Lepaskan! Aku sudah meminta maaf.”
Rontaan terdengar jelas mengalun memenuhi mobil hitam yang tadinya sunyi mencekam, sang gadis tampak begitu marah sekaligus takut, terbukti ketika wajahnya yang merah padam dan manik hazelnya yang terlihat berkaca – kaca.
“Lepaskan dia.”
Suara bariton itu seketika membuat seisi mobil menjadi senyap, sang pria yang sejak tadi hanya diam memperhatikan pemberontakan gadis tersebut, akhirnya bersuara. Ia memberi isyarat dengan gerakan dagunya, yang langsung membuat anak buahnya mengangguk dan melepaskan cekalan mereka dari gadis tersebut.
“Tuan, saya sungguh menyesal karena membuat perjalanan anda terganggu akibat kecerobohan saya. Saya mohon maafkan saya untuk itu,”
Gadis itu mengatupkan kedua tangannya di depan dada, meminta maaf dengan penuh penyesalan. Sedangkan pria tersebut hanya menatap dirinya sebentar, tanpa berucap barang sepatah katapun untuk membalas ucapannya.
“Jalankan mobilnya.”
Perintahnya pada sang sopir yang justru membuat gadis tersebut membulatkan kedua matanya.
“T-tapi Tuan…”
Gadis itu tergugu ketika matanya bersitatap dengan manik kelam pria tersebut, aura dominan yang terpancar membuatnya merasa terintimidasi.
“Kau menarik, aku menyukaimu. Jadilah milikku.”
Ucapan pria itu justru semakin membuat gadis tersebut membola akan keterkejutan.
“Tidak!” Jawabnya spontan, gadis tersebut mencoba membuka pintu mobil dengan panik. Setetes air mata bahkan sudah menetes membasahi pipinya.
“Tidak ada pilihan selain ‘ya’. Aku tidak menerima sebuah penolakan.” Balasnya ringan dengan aura penuh intimidasi yang pekat.
“Sialan! Siapa kau?!”
Gadis itu berteriak menantang, matanya memerah dengan air mata yang semakin banyak menetes.
“Aku? Kau tidak mengenalku? Lucu sekali.” Pria itu berdecih, berujar sarkatistik.
“Aku tidak peduli siapapun kau, sialan! Lepaskan aku.”
Dadanya bergemuruh, bahunya terlihat bergerak naik turun mengikuti irama nafasnya yang memburu. Salah satu alis pria didepannya itu terlihat terangkat, memberikan tatapan remeh akan ucapan berani yang sedetik lalu ia ucapkan.
“Mungkin namaku bukanlah sesuatu yang penting bagimu saat ini, tapi setelah malam ini berakhir, kupastikan wajah angkuhmu ini akan tertunduk takut setiap kali mendengar namaku disebutkan.”
Pria tersebut mengelus pelan rahang gadis itu, gerakkan lembut yang perlahan bergerak kasar mencekam kedua sisi rahang sang gadis.
“Tidak ada seorangpun wanita yang berani menolakku, tapi kau,,, kau dengan berani melakukan hal itu. Maka jangan pernah harapkan sebuah kebebasan setelah ini.”
Manik hazel gadis itu meredup takut, genangan air mata memenuhi kedua matanya. Wajahnya dipaksa mendongak, membalas tatapan tajam dan menghunus milik pria tersebut.
“Karena mulai saat ini kau adalah milikku. Milik seorang Aldrick D’rail Lington!”
***
Cerita ini resmi dimulai,
Selasa, 19 Feb 2019Revisi
Denpasar, 03 Januari 2021[ Aldrick D'rail Lington & Joanna Oswald ]
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDRICK'S
ChickLit[REVISI] 21+ Bagi seorang gadis desa seperti Joanna, menginjakkan kaki di tanah kota adalah salah satu hal yang Ia idamkan. Baginya kota sangatlah indah, lengkap dengan tatanannya yang berkelas. Sayangnya hal itu berubah sesaat setelah ia bertemu d...