Happy Reading~
Joanna menatap pantulan dirinya, raut tak nyaman sangat ketara terpasang diwajah cantiknya. Mata gadis itu sedari tadi tak berhenti menatap tubuhnya dari atas hingga bawah, memberi tatapan penuh miris akan pakaian yang membungkus tubuhnya. Helaan nafas kembali terdengar, Joanna pasrah dengan keadaan.
Dalam dua puluh tahun hidupnya, ini adalah kali pertama Joanna mengenakan pakaian juga riasan semacam ini. Wajah cantik naturalnya dipoles dengan make up matte, sebelas duabelas dengan make up yang dipakai oleh Emma, waria pemilik butik yang dikunjunginya lusa lalu. Terlebih lipstick merah darah yang memenuhi bibirnya, membuat Joanna benar – benar tidak nyaman. Rasanya dengan make up berlebihan seperti ini Joanna seperti merasa air matanya merangsak keluar setiap kali ia berkedip, bukan karena dirinya yang ingin menangis, tapi riasan disekitar matanya terasa berat seolah seperti ada hal yang menancapi matanya dengan samar.
Jangan lupakan outfits yang membalut tubuh indahnya, Joanna sungguh tidak nyaman mengenakan ini. Tubuh bagian atasnya dibalut dengan atasan crop berwarna hitam tanpa satu lengan, juga belahan dada yang terlalu rendah. Sedangkan kaki jenjangnya dibalut dengan celana kulot berwarna putih sepanjang mata kaki dengan sedikit rembean berbentuk segitiga pada bagian sisi bawah kulot tersebut, juga heels kream yang membalut jemari kakinya. Tubuhnya seolah tercetak dengan jelas dengan pakaian seperti ini.
Rambut gadis itu dibuat lurus dan tergerai dibelakang sepenuhnya, menampilkan dengan jelas wajahnya yang sudah dihiasi make up. Ada sebuah kalung mutiara yang menghiasi lehernya. Anting – anting, cincin, dan gelang yang sama juga turut terpasang pada tempatnya. Emma, waria itu benar – benar mendandani Joanna sesuai dengan selera fasionnya.
Cklek!
Pintu terbuka, menampilkan sosok Aldrick yang terlihat sangat tampan dengan balutan kemeja berwarna hitam. Dua kancing teratas kemeja tersebut tidak dikaitkan, sehingga menampilkan sedikit lebih banyak dada bidangnya yang tampak mengkilap. Otot-otot lengan dan bahu pria itu tercetak jelas, tampak sangat seksi dengan lengan kemeja yang digulung sepertiga dibawah siku.
Aldrick tampak sangat berkharisma, hingga mampu membuat Joanna terpaku untuk sesaat. Pria itu menatap penampilan Joanna dengan menilai, mengangguk samar hingga akhirnya berucap. “Kau lumayan juga mengenakan pakaian mewah seperti ini, Anna. Kupikir kau terlalu kampungan dan tidak pantas mengenakannya.” Jadi, apakah itu sebuah pujian atau hinaan? Joanna tidak tahu, tapi yang jelas perkataan Aldrick sedikit menyulut emosinya.
“Ah ya! Lunakan sedikit ekspresi wajahmu, setidaknya jangan membuatku malu dipestaku nanti.” Aldrick tersenyum, senyum yang membuat Joanna ingin meninju wajah angkuhnya saat ini juga.
“Kenapa kau membawaku untuk ikut ke pestamu jika kau sendiri sudah tahu kalau aku terlalu kampungan untuk pestamu yang mewah itu? Bagaimana jika aku melakukan hal yang membuatmu malu nanti? Apa kau tidak takut jika harga dirimu tercoreng dengan membawa gadis kampungan sepertiku?”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDRICK'S
Chick-Lit[REVISI] 21+ Bagi seorang gadis desa seperti Joanna, menginjakkan kaki di tanah kota adalah salah satu hal yang Ia idamkan. Baginya kota sangatlah indah, lengkap dengan tatanannya yang berkelas. Sayangnya hal itu berubah sesaat setelah ia bertemu d...