Chapter 32 |Permata Aldrick|

13.2K 999 87
                                    

Jangan Lupa VOTE & KOMEN



Happy Reading 📚
____________________________

JOANNA masih mematung bahkan ketika suara yang sama terus menyapa pendengarannya, merapalkan kata yang sama.

“Mama…”

Untuk kesekian kalinya kata itu kembali tertangkap oleh indera pendengarannya, dan lagi-lagi Joanna hanya mampu bergeming dengan posisinya yang masih membelakangi sosok kecil tersebut. Kondisi ini membuatnya hilang kata sehingga Joanna tidak tahu harus berbuat dan menjawab seperti apa. Dada wanita itu berdesir ketika merasakan eratnya pelukan lengan kecil yang membungkus kaki kanannya.

Tunggu sebentar, Joanna merasa perlu untuk memastikan apakah sosok kecil ini adalah seorang manusia atau makhluk gaib. Okey, sedikit liar.  Namun tentu saja, Joanna dengan pikiran ajaibnya. Kondisi yang menimpanya saat ini tentu saja membuat wanita itu tidak bisa untuk tidak berpikir yang macam-macam mengingat juga bagaimana besarnya rumah Aldrick. Lagi pula, tidak mungkin bukan ada seorang anak kecil sendirian di ruangan bawah tanah yang seolah tak terjamah ini? Dan satu lagi, selama Joanna tinggal di mansion Aldrick, tak pernah sekali pun Joanna mendapati adanya seorang anak kecil di rumah super besar ini.

Joanna menarik nafas pelan, menghalau perasaan takut yang sedang membombardir ketenangan hati dan pikirannya. Mencoba berpikir positif, Joanna menolehkan kepalanya dengan pelan ketika merasakan pelukan pada betisnya berangsur merenggang dan digantikan dengan sebuah tarikan pelan pada ujung pakaian yang Joanna kenakan.

“Mama…Hiks…”

Joanna termangu menatap seorang anak kecil di hadapannya itu, gadis kecil tersebut tampak mulai menitikan air mata sembari terus memanggilnya dengan sebutan ‘Mama’. Tangan lentik Joanna mengudara dan membelai pelan pucuk kepala gadis kecil itu, kemudian dengan pasti beralih ke pipi tembamnya yang berderai air mata.

Joanna perlahan mensejajarkan posisinya dengan gadis kecil tersebut. Ketenangan berangsur menguasai hatinya ketika menyadari bahwa praduga dari pikiran ajaibnya itu tidaklah benar.  Bukan hantu atau semacamnya.

“H-hai…? Namamu siapa gadis manis?”
Walau perasaan canggung menyerang, Joann tetap berusaha sebaik mungkin untuk berinteraksi dengan gadis kecil yang tidak ia ketahui siapa ini. Joanna meneliti setiap inci wajah perempuan kecil di hadapannya itu, wajah bulat dengan mata hitam legam itu tampak tak asing bagi Joanna. 

“Scarletta…” Suara gadis kecil itu terdengar pelan, manik hitamnya yang jernih tampak masih setia memproduksi tetes demi tetes air mata. Sedetik setelah gadis kecil yang Joanna ketahui bernama Scarletta itu berhambur ke pelukan Joanna, tangan mungilnya mengalung disepanjang leher Joanna.

“Hiks…Mama!”

Isakan tangis terdengar semakin jelas di telinga Joanna, wanita itu cukup tekejut dengan gerakan tiba-tiba yang Scarlett lakukan. Ragu-ragu Joanna membalas pelukan gadis itu, tangannya mengusap pelan punggung Scarletta, berusaha menenangkan gadis tersebut.

“Kenapa Mama baru menemui Letta sekarang? Apa urusan Mama sangat banyak? Mama tahu tidak, Letta merindukan Mama setiap hari. Mama tidak rindu Letta ya?”

Joanna dibuat gelagapan ketika dicecar oleh banyak pertanyaan oleh gadis tersebut. Gadis kecil yang Joanna taksir masih berumur sekitar 5 atau 6 tahun itu ternyata pandai berbicara. Cukup mengesankan bagi Joanna.

Joanna mengerjap, membasahi bibirnya yang terasa kering. Ia menarik senyum sebaik mungkin, lalu mengurai pelukan Scarletta. Tangan Joanna menangkup bingkai wajah gadis itu.

ALDRICK'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang