Ini ada notifikasinya? kok diaku error ya? makanya aku publish ulang
Happy Reading~
DOR! DOR!
Suara tembakan terdengar menggema di dalam sebuah ruangan dengan hawa panas itu. Darah segar terlihat mengalir dengan derasnya dari kepala seorang pria berjas hitam yang kini sudah merenggang nyawa. Aldrick berdiri disana, tepat didepan pria yang sudah sekarat berkat beberapa tembakan dari pistol miliknya.
Pria itu mengusap wajahnya yang terkena noda darah, matanya menatap tajam ke arah mayat tersebut. Tersirat kepuasan disana, Aldrick menyukai pemandangan tragis di depannya. Ia kemudian memasukkan kembali pistolnya ke dalam saku jas yang ia kenakan. "Urus manusia tidak berguna ini. Jika perlu berikan pada hewanku!"
Aldrick berbalik, hendak keluar, namun ia urungkan. Pria Lington itu melirikkan matanya pada Niel. "Aku ingin pemimpinnya! Bukan budaknya!" perintahnya terdengar menggelegar, terucap dingin dan tak terbantah.
"Sesuai perintah, Tuan." Jawaban tersebut terdengar serentak, dijawab oleh para anak buahnya yang tertunduk hormat dengan postur tubuh yang tegap. Mendengar perintah tajam dari Aldrick, membuat mereka semua sadar, bahwa Aldrick masih belum puas. Tuan mereka itu menginginkan sang pawang, bukan ularnya.
Dengan langkah tegas, Aldrick keluar dari ruangan tersebut. Rahangnya yang mengeras terlihat serasi dengan tatapan tajamnya. Aura pekat serupa psikopat menyeruak jelas dalam dirinya. Diri seorang Aldrick D'rail Lington yang ditakuti oleh banyak orang.
Aldrick adalah pembisnis yang terkenal bengis dalam dunia yang digandrunginya, tanpa ragu membunuh sesorang tak pandang bulu. Pria itu tak terbantahkan, apapun yang menjadi keinginannya haruslah terpenuhi. Ia sama sekali tidak peduli dengan orang disekitarnya, entah mereka tersakiti atau tidak, karena yang terpenting adalah, dia merasa puas.
Namun sayangnya, malam ini Aldrick sama sekali tidak puas. Hasratnya sama sekali belum tuntas. Aldrick butuh pelampiasan. Pelampiasan akan sifat tempramentalnya yang kembali mucul kepermukaan.
Langkah tegas Aldrick bergerak lebar menuju mobil, melajukan mobil tersebut dengan kecepatan tinggi menuju mansion, diikuti dengan tiga mobil lain dibelakangnya yang ikut serta meninggalkan kawasan markas yang dikelilingi hutan dan jurang.
***
Aldrick berdiri menatap lurus ke depan, memandang lekat sebuah bingkai foto berukuran besar dengan ukiran emas dan lapisan serbuk berlian pada setiap sisi bingkainya. Pria itu menatap dalam diam, sama sekali tidak ada emosi yang tergambarkan dalam wajahnya, hingga terlalu sulit untuk mengetahui isi hati pria itu.
Mata tajam Aldrick meneliti setiap inci yang tergambar. Ia menghela nafas pelan, lalu beranjak dari ruangan serba cream dan gold tersebut.
Aldrick melangkahkan kaki menuju kamarnya, membuka dengan tak sabaran, kemudian mencari sosok yang kini sudah menjadi istrinya. Tidak ada? "Sial!" Aldrick mendesis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDRICK'S
ChickLit[REVISI] 21+ Bagi seorang gadis desa seperti Joanna, menginjakkan kaki di tanah kota adalah salah satu hal yang Ia idamkan. Baginya kota sangatlah indah, lengkap dengan tatanannya yang berkelas. Sayangnya hal itu berubah sesaat setelah ia bertemu d...