Happy Reading
________________________Setelah aksi nekatnya tempo lalu, hari-hari berikutnya berjalan seperti biasa. Joanna merasa beruntung sebab Aldrick tidak mengetahui fakta bahwa Joanna sudah melanggar perintah pria itu untuk tidak memasuki ruangan yang dengan keras telah dilarang olehnya.
Satu minggu sejak aksinya itu, semua berjalan baik-baik saja. Tak ada yang istimewa, dan tak ada hal yang perlu ia takutkan. Atensi Aldrick di rumah besar ini semakin jarang Joanna lihat, pria Lington tersebut terlihat memiliki banyak pekerjaan dengan bisnisnya dibandingkan menggunakan waktunya untuk mempermainkan kehidupan Joanna sebagaimana yang biasa pria itu lakukan.
Sampai pada kemarin malam sebelum ia menikmati waktu tidurnya, begitulah yang Joanna pikirkan. Sebab pagi ini, Aldrick justru kembali bertingkah mengerikan. Pria Lington itu tampak menakutkan untuk diinterupsi. Suara dingin penuh kemarahan itu tak henti Joanna dengar sejak dirinya keluar dari kamar, beberapa kali suara bentakan pun terdengar hingga membuatnya sedikit terjengkit. Samsak amuknya kali ini adalah Niel dan para kaki tangannya yang lain, Joanna sendiri tak tahu menahu mengenai apa yang sedang terjadi. Wanita itu pun tak ingin mencari tahu sebab menjauhi Aldrick yang sedang dilanda suasana hati yang buruk adalah pilihan terbaik baginya. Ia tidak ingin menjadi samsak amuk kemarahan pria itu.
Ketika berada di meja makan pun pria itu masih saja marah-marah hanya karena perkara sepele. Mulutnya dengan enteng membentak para Chef ketika dirasa makanan yang ia makan terasa hambar, padahal menurut Joanna yang turut memakan hidangan yang sama dengannya, semua makanan itu terasa seperti biasa, sama lezatnya. Dengan suasana hati yang masih buruk pun, Aldrick tetap bersikukuh berangkat ke kantor dengan penampilannya yang tak serapi biasanya. Beruntung pria itu dianugerahi dengan wajah tampan dan aura yang tajam, sehingga bagaimana pun penampilannya, pria itu akan tetap terlihat tidak biasa.
Joanna menatap kepergian mobil hitam yang Aldrick pakai, mobil itu perlahan menjauh dan hilang dari pandangannya. Wanita itu bergumam, "Apa yang salah dengan pria itu?" Sejurus kemudian Joanna mengedikkan bahu, ia tak peduli.
***
"Bukankah sudah aku katakan padamu, Niel Axton. Bunuh saja tua bangka sialan itu. Tapi kau selalu beralasan dan mengulur-ngulur waktu. Sekarang lihat apa yang terjadi?!"
"Bereskan semua kekacauan ini!!"
"Kalian kubayar untuk bekerja! Bukan untuk menghancurkan perusahaanku!"
"Dasar tidak berguna!"
"Jika dalam satu jam semua berkasnya belum siap, kalian akan tahu akibatnya!"
"Arghh! Sialan. Tidak ada yang bisa diandalkan!"
Aldrick berjalan cepat menuju ruangan pribadinya, menjatuhkan tubuh di kursi kebesarannya, satu tangannya ia gunakan untuk memijat pelipisnya yang pening. Sialan. Baru saja ia menginjakkan kakinya di kantor, masalah sudah mengantri untuk diselesaikan. Hal itu membuatnya naik darah, ditambah lagi dengan kepalanya yang terasa seakan ingin pecah karena pusing yang menyerang.
Dalam ruangan itu, ada Niel yang masih setia mendampingi Aldrick walau sejak pagi dirinya sudah kena semprot amarah pria itu untuk hal yang sebenarnya bukan salahnya. Jika bisa, Niel ingin sekali menyelami pikiran Aldrick agar ia bisa mengetahui alasan dari kemarahan pria itu sejak dua hari yang lalu.
Niel sendiri sudah menyarankan agar Aldrick beristirahat untuk beberapa hari ke depan sebab pria bertubuh jangkung itu merasa bahwa Aldrick sedang tidak berada dalam kondisi fitnya. Selain mood Tuannya itu yang tidak menentu sejak lusa kemarin, Aldrick juga memiliki masalah dengan pencernaannya. Beberapa kali kala pria Lington itu menyelesaikan acara santapnya, semenit kemudian Aldrick akan merasa mual dan berakhir memuntahkan seluruh makanan yang sudah masuk ke perutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/176480821-288-k853367.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDRICK'S
ChickLit[REVISI] 21+ Bagi seorang gadis desa seperti Joanna, menginjakkan kaki di tanah kota adalah salah satu hal yang Ia idamkan. Baginya kota sangatlah indah, lengkap dengan tatanannya yang berkelas. Sayangnya hal itu berubah sesaat setelah ia bertemu d...