Happy Reading~
Aldrick kembali menancapkan sebilah belatinya yang berwarna perak mengkilap itu ke dada seorang wanita tanpa busana yang baru saja memuaskan nafsu liarnya. Tanpa rasa belas kasihan barang sedikit pun, pria itu menggoreskan belatinya di paha dan payudara wanita tersebut hingga membuat wanita satu malamnya itu memekik disisa - sisa kesadarannya.
Daging merah terkoyak dengan sedikit warna putih dari tulang wanita itu terlihat jelas, menimbulkan binar kecil pada mata tajam Aldrick yang tampak menantikan aliran darah mengalir darisana. Aldrick kemudian mengambil sebuah tabung kecil yang berisikan cairan putih pucat dari atas nakas, dan meneteskan tetes demi tetes cairan itu tepat pada luka - luka sayatan yang telah dibuatnya.
Teriakan nyaring penuh kesakitan keluar dari mulut wanita dibawah kukungannya itu. Wajahnya berwarna merah padam, bola matanya membulat dengan saraf yang menonjol dibagian leher dan pelipisnya. Bersamaan dengan itu, objek yang menjadi tetesan dari cairan kimia tadi tampak menimbulkan gelembung-gelembung kecil yang terlihat begitu mengerikan.
Teriakan wanita itupun terdengar semakin menjadi-jadi, hingga tak lama teriakan itu perlahan meredup dan terdengar tertahan. Sekujur tubuhnya menjadi kaku, kedua matanya terbuka lebar dengan air mata yang mengalir membasahi pelipis, pun kedua bibirnya yang tampak terluka akibat gigitan dari giginya sendiri. Benar-benar menyedihkan.
Melihat itu, Aldrick pun menyeringai puas. Diseretnya wanita itu kedalam kolong ranjang yang sudah berisi beberapa mayat wanita lain yang bernasib sama.
Pria itu pun menyimpan belatinya diatas nakas, lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran ranjang. Ia mengadahkan tangannya, melihat darah yang melumuri beberapa titik pada bagian telapak tangannya. Bibirnya terukir sebuah seringaian apik, tampak begitu puas. Ia meraih sapu tangannya, menyapukannya pada kedua telapak tangan hingga bersih dari darah.
Cklek!!
Terdengar suara pintu terbuka, Aldrick pun mengalihkan pandangannya menuju pintu. Di depan sana sudah berdiri jalangnya yang lain.
Seorang wanita berpakaian sexy berjalan ke arah Aldrick dengan gaya sensual, suara nyaring dari heels yang ia gunakan menggema memenuhi ruangan VVIP itu. Senyum lebarnya merekah dengan sempurna, wanita itu merasa sangat beruntung karena baru kali ini yang memesan dirinya adalah seorang pria tampan berperawakan bak seorang dewa. Terlebih lagi pelanggannya yang kali ini adalah seorang yang begitu kaya raya, semua itu terbukti dengan nominal digit yang memasuki rekeningnya pagi tadi.
Dengan sangat senang hati ia mau merelakan tubuhnya untuk pria itu, walaupun jika pria itu meminta agar mereka bermain sampai malam selanjutnya pun, dirinya sangatlah rela. Setelah ini dia akan menyombongkan diri pada teman - temannya yang lain, bahwa baru saja dia memenangkan jackpot yang langka.
Dengan langkah pelan dan senyum menggoda yang tak hilang dari wajahnya, wanita itu mendekati ranjang. Tak ada rasa curiga sedikit pun. Bahkan noda darah dilantai yang sempat tertangkap oleh indera penglihatannya, dia hiraukan begitu saja. Yang terpenting dia ingin segera merasakan tangan kekar itu menjelajahi tubuhnya. Membuat dirinya merasakan suatu nikmat tiada tara ketika milik pria itu menghujam dirinya dengan cepat dan membuat dirinya mengalami klimaks yang terasa mampu meledakkan kepala.
Ah! Jika terus memikirkan itu dia bisa gila seketika hahaha.
Aldrick diam memperhatikan wanita itu dengan tangan yang kini menggenggam sloki wine, seutas senyum manis terbit di bibirnya. Melihat itu wanita tersebut bertambah semangat, terlebih lagi melihat otot - otot kekar Aldrick yang tak terbalut kain apapun membuat gairahnya semakin memuncak.
"Selamat malam Tuan, senang berjumpa dengan anda. Perkenalkan saya Alice." Ucap wanita itu dengan nada menggoda yang sengaja dibuat-buat.
"Ingin langsung bermain? Atau sebaiknya kita melakukan sedikit perayaan dengan ini, mungkin?" Tanya Alice sambil mengambil sebotol wine yang berada di nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDRICK'S
ChickLit[REVISI] 21+ Bagi seorang gadis desa seperti Joanna, menginjakkan kaki di tanah kota adalah salah satu hal yang Ia idamkan. Baginya kota sangatlah indah, lengkap dengan tatanannya yang berkelas. Sayangnya hal itu berubah sesaat setelah ia bertemu d...