Chapter 26 |Si Pemenang|

15.3K 1K 147
                                    

Happy Reading~

Entah sudah yang keberapa kalinya helaan nafas gusar itu terdengar. Disebuh single sofa tampak Aldrick yang terus-menerus mengacak rambutnya frustasi, memikirkan tingkah 'yang sangat bukan dirinya' sore hari yang lalu. Cairan beralkohol juga tanpa henti membasahi tenggorokannya, berharap dengan itu ia bisa segera hilang kesadaran dan melupakan hal memalukan tersebut.

Jujur saja, apa yang telah ia lakukan pada Joanna kini terus berputar di kepalanya. Harusnya tidak seperti ini. Aldrick harusnya tidak menyesali sikap kasarnya pada sang istri. Harusnya Ia sama sekali tidak menyesal telah memberikan luka lebam atau semacamnya dibeberapa bagian tubuh wanita itu. Ia juga tidak perlu susah payah menyesal telah memperkosa istrinya sendiri alih-alih melakukan hubungan dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Apa seorang pria penguasa dunia bawah seperti Aldrick memiliki rasa kasihan atau penyesalan? Tidak, tentu saja tidak. Tak ada kata - kata sejenis itu dalam kamus hidupnya.

Hanya saja, pada dasarnya Aldrick bukanlah pria psikopat seperti apa yang terlihat. Kekejaman yang biasa pria itu lakukan hanyalah sebuah topeng untuk menutupi dirinya yang rapuh. Iblis dalam dirinya hanya muncul sebagai bentuk pelampiasan akan masa lalunya yang kelam dan terlalu menyedihkan untuk diingat sekaligus dilupakan begitu saja. Dibalik semua itu, sebenarnya ada sosok Aldrick yang mencoba bersembunyi dari rasa sakit yang masih terasa begitu jelas membekas bagai luka terganga yang mustahil disembuhkan.

Sama seperti hal berbau kekerasan tanpa belas kasihan yang biasa ia lakukan, Aldrick seharusnya tidak perlu merasakan yang namanya penyesalan. Hanya saja, perasaan gusar yang membumbui hatinya sejak semalam terasa begitu mengganggu.

Ini aneh, Aldrick tak pernah mengalami perasaan aneh seperti ini sebelumnya. Justru setiap dia melakukan tindakan penuh kekejaman, dirinya merasa tenang dan puas. Seolah sedikit demi sedikit beban hidupnya lenyap secara perlahan.

Namun, akhir - akhir ini apapun perbuatan buruk yang ia lakukan selalu mengganggu ketenangannya. Terlebih lagi setiap kali ia melakukan hal yang merugikan Joanna hingga wanita itu menangis dan berteriak sakit akibat tindakannya. Akhir-akhir ini, setiap kali Aldrick melakukan hal semacam itu, ada perasaan bersalah mengusiknya.

Sungguh itu semua diluar kendalinya. Kemarin, dirinya dikuasai amarah karena masalah ayah tirinya itu, lalu tiba - tiba saja adik tirinya muncul dan mengirimkan foto yang Aldrick yakini sudah diambil sejak lama. Walau begitu, hal itu tetap sukses membuat emosinya memuncak drastis dan berakhirlah dengan sedikit siksaan yang menurut Aldrick pantas untuk Joanna dapatkan saat itu.

Dari semua tindakan yang ia lakukan pada Joanna kemarin, hal yang paling Aldrick sesali diantara semua itu adalah pernyataan bodoh yang ia ucapkan kepada wanita tersebut. Pernyataan itu awalnya hanya ia simpan dalam benaknya, tanpa ada niat untuk benar-benar mengutarakan hal tersebut pada Joanna. Tapi entah kenapa itu meluncur begitu saja dari mulutnya.

Astaga bodoh sekali. Itu adalah pernyataan paling memalukan yang pernah Aldrick lakukan, saking memalukannya hingga ia ingin sekali memodifikasi memori Joanna agar wanita itu tidak mengingatnya. Ya, andai saja Aldrick bisa melakukan hal tersebut, sudah pasti ia lakukan.

Aldrick sangat ingat, kemarin ia bahkan memberikan ciuman paling lembut yang pernah ia lakukan dengan seorang wanita kepada Joanna, sebelum setelahnya mengucapkan ungkapan cinta dan kembali menyetubuhi wanita itu dengan sama lembutnya seperti ciuman yang ia berikan.

Baiklah, sekarang Aldrick merasa dirinya sudah gila. Apa seorang Aldrick D'rail Lington jatuh cinta? Tidak mungkin. Tujuan hidupnya hanya untuk balas dendam, dalam 5 tahun ini tidak pernah sekalipun Aldrick biarkan perasaan bernama cinta mengusik hidupnya. Cinta hanyalah alasan untuk melakukan balas dendam. Kata cinta sudah terhapus dalam kamus hidupnya. Joanna hanya seorang wanita yang dia temui di tengah jalan dan dirasanya sangat pas untuk ia jadikan sebagai objek pelampiasan.

ALDRICK'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang