Chapter 23 |Kenangan pahit|

16K 1.1K 123
                                    

Hai haii readeryss, aku update lagi nih 🤩  inget vomentnya yakk ♡

Ok gesss, di chapter ini ada adegan kekerasan dan sedikit 18++ nya.

Happy Reading~

"Anak sialan!"

Pria - pria berbadan kekar itu segera mendekati Aldrick yang kini dalam sikap waspada.

Nafas Aldrick terengah - engah, keringat dingin membasahi pelipisnya. Tidak bisa dipungkiri jantungnya berdegup lebih cepat, walau sebenarnya dia tidak yakin bahwa dia bisa mengalahkan semua pria kekar disini, tapi tekatnya saat ini lebih besar dari keraguan yang ada dibenaknya.

Dia merasa sangat harus melindungi kedua orang yang memiliki posisi berharga dalam hatinya.

Aldrick terus melangkah mundur seiring dengan mendekatnya pria - pria berperawakan sangar itu. Begitu pun dengan Lilia dan ibunya yang berada dibelakangnya.

Dibalik tatapan waspada dan tajam yang Aldrick tampilkan, sebenarnya tersembunyi ketakutan akan hal yang bisa terjadi kedepannya. Dia sadar bahwa dia tidak bisa berbuat banyak, ia sama sekali tidak mempunyai keahlian bela diri apa pun.

Tanpa ditanya pun, ia pasti tidak bisa mengalahkan semua anak buah ayah tirinya ini. Dalam pikiran kalutnya hanya ada satu harapan yang dapat menyelamatkannya.

Pamannya, Gridon 'Vaa Lington. Pemimpin Utama Cryp 5.

Hanya bantuan dari pamannya saja yang bisa menyelamatkannya, ibunya, serta istrinya dari neraka yang siap melahap mereka kapanpun.

Aldrick tersudutkan, tidak ada celah yang membiarkannya kabur. Pria itu menegak ludahnya kasar, berusaha mencari akal agar ia bisa melawan dan bertahan.

Tapi apa? Pikirannya seolah buntu karena ketegangan yang menguasai ruangan ini. Ditambah lagi, suara isakan tertahan yang lolos dari mulut istrinya dan ringisan menahan sakit ibunya.

Ibunya juga terlihat hampir tak sadarkan diri, sedangkan istrinya berusaha sekuat tenaga menahan ibunya agar tidak ambruk.

Tangan Aldrick merambat meraba benda panjang yang bersender di dinding.

Tongkat golf. Apa boleh buat, hanya benda panjang dan pipih ini yang bisa dia jadikan senjata.

Aldrick hendak melayangkan pukulan pada para pria yang ada didepannya, tapi dengan sigap salah satu pria tersebut menangkap tongkat golf itu dan mematahkannya hanya dalam hitungan detik.

Hah! Tidak ada gunanya.

Dua dari pria - pria itu berjalan dengan cepat mendekati Aldrick kemudian kembali mengunci pergerakan pria itu. "Lepaskan brengsek!!" Teriak Aldrick.

Lalu tak lama satu pria berdiri dihadapannya dan memukul Aldrick dengan membabi buta menggunakan kepalan tangannya yang besar.

Bhugh!!
Bhugh!!

"Akhg!!"

"Hikss, kumohon hentikan! Kasihani kami ayah, kumohon biarkan kami pergi." Tangis pilu Lilia yang meminta ampunan dari ayah mertuanya membuat Aldrick yang mendengarnya merasakan sesak didadanya. Dia merasa sangat lemah karena tidak bisa menjaga orang yang disayanginya.

Issak tidak menanggapi tangisan pilu yang justru membuat telinganya panas. Ia hanya memberikan lirikan tajam pada Lilia kemudian kembali beralih pada Aldrick yang masih dihujani pukulan keras oleh para anak buahnya.

ALDRICK'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang