22. Vier Yang Terciduk

377 24 1
                                    

Malam itu di kediaman keluarga Alcander. Momy Olin tampak baru saja keluar dari kamarnya selepas ia selesai mandi. 

Waktu menunjukkan sekitar pukul 8 malam, keluarga Alcander tampak berkumpul bersama di ruang keluarga sambil menonton acara televisi. 

"Daddy, anak kita kok kurang satu ? Abang Vier mana ?" tanya Momy Olin ketika ia baru saja bergabung bersama suami dan para putranya. 

"Abang barusan naik ke atas, kayaknya ada yang nelpon dia tadi," ungkap Daddy Dami tanpa melepas atensinya pada layar kaca yang menayangkan berita pemilu. 

Mendengar penuturan sang suami, Momy Olin tergerak hatinya untuk menyusul sang putra sulung. Ibu tiga anak itu pun beranjak meninggalkan suami dan dua putra lainnya lalu bertolak menemui Vier di lantai 2. 

Melihat pergerakan sang Momy, Domi yang sejak tadi begitu bosan menyaksikan berita pemilu yang tak ia mengerti itu pun ikut beranjak dari duduknya dan pergi mengekori Momy Olin. 

"Mau ke mana lu dek ?" cegat Uky.

"Mau nyusul Momy. Misi dikit gue mau lewat."

"Iihhh dasar anak Momy ! Kerjaannya ngekorin Momy mulu !" ujar Uky mencibir sang adik.

"Biarin ! Sirik aja sih lu !" kesal Domi lalu bergegas melesat menyusul sang Momy setelah berhasil melepaskan diri dari cegatan Uky. 

Sesampainya Momy Olin di lantai 2, tepatnya di depan pintu kamar Vier, Momy Olin melihat si sulung memang sedang menerima telpon dengan begitu seru. Vier terlihat tertawa dan sesekali terdengar menggombali si lawan bicara yang ada di seberang telpon sana. 

Dari apa yang mata dan telinga Momy Olin tangkap, si Momy bisa menebak sepertinya si putra sulung sedang bertelpon ria bersama seorang gadis. Tapi tentang siapa gadis tersebut, Momy Olin pun jadi merasa penasaran. 

"Mom ! Momy ngapain ngintipin bang Vier ?" celetuk Domi secara tiba-tiba dan sontak membuat Momy Olin terkejut sebab ia tak menyadari bahwa sejak tadi putra bungsunya itu membuntutinya. 

"Domdom ngagetin aja ih ! Momy lagi nguping abang telponan sama siapa, kelihatanya seru banget gitu," ungkap Momy Olin dengan raut wajah penasaran. Posisi Momy Olin dan Domi saat ini berada di ambang pintu kamar Vier sambil sedikit mengintip melalui pintu kamar yang terbuka kurang dari 20cm. 

"Palingan abang telponan sama kak Rynda Mom," ungkap Domi.

"Siapa itu Rynda ?"

"Gebetan barunya abang," jawab Domi polos. 

Mendengar penuturan si bungsu membuat rasa penasaran di dalam diri Momy Olin semakin bergejolak. Si Momy pun tak mau tinggal diam dan langsung bergerak masuk ke kamar Vier secara mengejutkan. 

Sontak Vier yang sejak tadi asik mengobrol ria ditelpon jadi terserang panik melihat sang Momy yang tiba-tiba saja muncul di kamarnya. Vier buru-buru memutuskan sambungan telponnya secara sepihak lalu berakting seolah tak terjadi apapun. 

"Ehh, Momy. Abang kaget Momy tiba-tiba muncul," tutur Vier sedikit tergugu. 

"Abang ngapain ? Abis telponan sama siapa ?" tanya Momy Olin tanpa banyak basa-basi. 

"Ng, abang abis telponan sama teman kampus Mom. Lagi tukar-tukar info lowongan kerjaan," ujar Vier berbohong. 

Sejatinya apa yang dikatakan Domi benar, si abang sulungnya itu memang sedang menerima telpon dari Rynda, gadis yang saat ini sedang dalam tahap pendekatan dengan Vier.

"Oh, terus kenapa tiba-tiba dimatiin telponnya ? Momy ke sini itu cuma mau mastiin apa abang udah tidur atau belum ? Soalnya abang gak ikut gabung di bawah," ujar Momy Olin berkilah. 

My Posesive Moms [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang