Pagi-pagi sekali Mami Nia terlihat sudah menyiapkan sarapan pagi untuk kedua putranya. Ia pun bahkan sudah membereskan cucian yang menumpuk semalam.
Tepat pukul lima, Mami Nia pun siap untuk berangkat kerja. Mengapa Mami Nia berangkat sepagi itu?
Itu karena jarak rumah dan rumah sakit tempatnya bekerja cukup jauh. Beliau harus berangkat lebih awal agar tak terkena macet akibat pembangunan monorail yang kini tengah dikerjakan di pusat kota tersebut.Tyan yang baru saja pulang dari masjid menunaikan ibadah sholat subuh berjamaah, kini mulai bersiap mengantar Maminya ke halte busway terdekat dari rumah mereka.
" Mami yakin nih gak Abang antar aja sampai rumah sakit?" tawar Tyan lembut.
" Gak usah Bang, Mami naik busway aja, takutnya kalau naik mobil kena macet."
" Kan masih pagi Mi, gak akan kena macetlah."
" Gak usah, Abang urusin kebutuhan Adek Unjin sebelum sekolah aja. Mami gak apa kok naik busway, kan juga udah biasa."
Tyan mengangguk mengerti, Maminya ini memang terlalu mandiri. Ia jarang sekali mau diantar atau dijemput saat bekerja. Ia akan pergi sendiri menuju ke tempat kerjanya dengan angkutan moda. Seperti pagi ini, Mami Nia memang hanya ingin diantar hingga halte busway yang jaraknya tak jauh dari kompleks perumahan mereka.
" Bang, nanti siang Abang gak ada jadwal ketemu sama dosen pembimbingkan?" tanya Mami Nia saat menuju halte busway.
" Gak kok Mi, Abang free hari ini," jawab Tyan sambil fokus pada stir mobilnya.
" Kalau gitu nanti Abang jemput Mbah Kakung ya ke stasiun Gambir, bisa kan Bang?, sekalian jemput Mami. "
" Lho Akung hari ini sampai ya Mi?, bukan rencananya baru besok ya berangkatnya ?"
" Hari ini kok Bang, makanya nanti Abang jemput Akung ya. Ajak Unjin juga ya Bang."
Tyan pun segera mengacungkan ibu jarinya ke arah Mami Nia.
🍁🍁🍁
Sepulang sekolah, Unjin terlihat bermalas-malasan di ruang tengah. Ia belum juga mengganti seragam sekolahnya bahkan sepatunya pun masih dipakai tapi ia sudah asik duduk di depan televisi dan memainkan stik gamesnya.
Tyan yang melihat tingkah adiknya itu mulai melangkah mendekat sambil geleng-geleng kepala.
" Dek cepet ganti baju, kita harus jemput Mbah Kakung sekarang!" perintah Tyan. Seketika itu pula Unjin menoleh dengan wajah terkejut dan ekspresi Unjin itu tentu membuat Tyan mengeryitkan alisnya.
" Kita jemput siapa Bang?, Mbah Kakung?" tanya Unjin memastikan bahwa pendengarannya masih sehat.
Tyan pun mengangguk sambil kembali meminta Adiknya untuk segera bersiap.
" Ini beneran Bang kita jemput Mbah Kakung?" tanya Unjin lagi sebelum menaiki tangga ke kamarnya.
" Iya beneranlah, emang lu gak dengar apa Mami 2 hari lalu ngomong kalau Akung mau ke sini?"
" Denger sih tapi gue pikir gak secepet ini juga Bang ."
" Makanya kalau orang tua ngomong denger baik-baik bukan main game aja!, udah cepet siap-siap, gue tunggu di depan!"
" Uti ikut gak Bang? "tanya Unjin lagi dengan wajah H2C.
" Uti gak ikut, cuma Akung aja yang kesini. Udah buruan!, keburu telat kita! "
Lalu tanpa babibu lagi, Unjin pun melangkah menuju kamarnya dengan langkah lesu, wajahnya pun penuh dengan kegelisahan. Tyan sang kakak terlihat keheranan dengan sikap Adiknya itu, ada hal apa yang membuat adiknya begitu terbebani seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesive Moms [END]
HumorThe amazing cover by @suputri21 Cerita ini belum direvisi. Tanda baca dan typo masih banyak bertebaran 🙏 🌠🌠 Ini adalah cerita tentang kami yang begitu disayangi. Disayangi siapa ??? Disayangi oleh ibu KAMI ! Untuk kalian para Army, Nctzen dan Sta...