38. Trio Gandeng

258 16 0
                                    

Setelah sehari lalu mengungkapkan perasaannya pada sang pujaan hati, kini Tyan pun mulai membicarakan hal tersebut pada sang mami.

Rencananya meminang Tami dua tahun lagi itu disambut baik oleh sang mami. Saking senangnya, mami Nia bahkan segera mengabari suaminya dan merencanakan untuk melangsungkan acara pertunangan lebih dulu.

Sambutan baik pun datang dari papi Abbi. Tyan jadi semakin serius memikirkan semuanya untuk rencana indah dua tahun ke depan.

"Ajak Tami ke sini, Bang. Biar Mami sama Tami jadi semakin dekat," pinta mami Nia

"Ya mulai besok deh ya, Mam, Abang ajak Tami main ke rumah."

"Kita kan juga harus membicarakan acara pertunangan kalian. Aduh...Mami gak sabar banget, Bang!" seru mami Nia antusias.

Tyan sendiri hanya tersenyum lalu berkata, "kita siapin semua pelan-pelan ya Mam, kuliah Tami gak boleh sampai terganggu."

Mami Nia mengangguk dan tersenyum sumringah, ada rasa lega dan bahagia karena melihat Tyan telah mampu bersikap demikian. Meminta seorang gadis untuk dinikahi bukanlah hal mudah tapi Tyan mampu melakukannya, itu berarti ia memiliki sikap tanggung jawab yang tinggi dan tak serta merta membual atas nama cinta.

👣👣👣

Hari berikutnya Tami dan Tyan pun semakin dekat, keduanya saling menunjukkan rasa cinta yang mereka punya. Tak hanya itu Tyan pun semakin giat bekerja untuk mewujudkan rencananya dua tahun ke depan, meski Tyan nampak sudah mengurus segalanya sejak dini bukan berarti Tami berdiam diri. Ia pun ikut membantu Tyan mengumpulkan pundi-pundi materi dengan menjadi penulis freelance di sela kesibukannya menjadi seorang mahasiswi.

Yup! Tami memang gemar menulis dan selama ini tulisan-tulisannya sudah banyak muncul di beberapa surat kabar. Ia pun aktif memberikan berbagai macam informasi dari laman blog pribadinya.

Baik Tyan maupun Tami kini saling bekerja sama untuk mewujudkan rencana mereka kedepannya karena itulah semakin hari mereka semakin dekat dan saling mengerti satu sama lain.

👣👣👣

Hari berganti,siang itu matahari begitu teriknya berpendar ke seluruh belahan bumi Indonesia. Dua remaja tampan tampak keluar dari kelas mereka dengan peluh di kening.

"Ampun deh, neraka bocor kali ya, Dom panas banget ini Ibu Pertiwi!" keluh Unjin sambil melangkah menyamai langkah kaki Domi yang berada di depannya.

"AC di kelas juga pake rusak pula! Pak Gatot tega banget dah sama kita, membiarkan kita kepanasan begini, benerin kek tuh AC !" lanjut Unjin yang ternyata belum selesai mengeluh.

Domi sendiri hanya melirik sekilas lalu menyahuti keluhan Unjin tersebut, "ngeluh mulu lu, udah buruan kita ke kantin tar klo udah minum es teh juga ilang."

Mendapat sanggahan dari sahabatnya, Unjin pun segera menutup mulutnya. Namun harus ia akui apa yang dikatakan Domi benar adanya, mengeluh tak akan mengurangi panasnya terik matahari dan es teh adalah satu-satunya yang bisa ia usahakan untuk melegakan dahaga dan rasa gerah yang tengah menyerangnya saat ini.

Sesampainya mereka di kantin. Seperti biasanya saat jam istirahat seperti ini, kantin tampak penuh sesak oleh para murid-murid yang kini bisa dibilang telah berubah menjadi Zombie. Banyak dari mereka berteriak menyuarakan makanan pesanan mereka. Sebagian lagi bahkan tampak seperti preman yang dengan seenaknya mengusir teman lainnya untuk pindah dari meja yang ditempati.

"Gantian woi!"

Unjin dan Domi sendiri masih menyebarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin guna mencari meja kosong untuk mereka tempati. Tak lama kemudian Domi menyenggol lengan Unjin---Memberitahukan sahabatnya itu bahwa ada meja kosong di sudut kantin. Keduanya pun segera bergegas ke sana berharap tak ada yang lebih dulu mendekat ke meja kosong incaran mereka.

My Posesive Moms [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang