Malam berganti terang. Sang surya sekarang sudah meninggi dan memancarkan sinarnya begitu terik siang itu.
Suasana keluarga Alcander dihari minggu itu tampak tak seceria biasanya. Apalagi penyebabnya kalau bukan karena insiden semalam di mana Momy Olin marah pada Vier.
Sejak pagi hingga siang menggantung, Momy Olin masih setia berdiam diri dan tak mau berbicara pada siapapun di rumah terutama pada Vier. Bahkan saat beribadah di gereja pagi tadi, Momy Olin mengambil duduk agak berjauhan dari putra sulungnya itu.
Wajah Momy Olin terbalut sendu, ia lebih banyak diam tak seperti biasanya yang selalu ceria dan cerewet. Berkali-kali Vier mencoba mendekati sang Momy untuk coba berbicara, namun Momy Olin tampak terus menghindar hingga membuat Vier nyaris frustasi.
Bagi Vier lebih baik ia diomeli oleh sang Momy tujuh hari tujuh malam dan dilarang ini itu dibandingkan ia harus diabaikan oleh sang Momy. Melihat si Momy yang diam seribu bahasa dengan sorot mata sendu dan penuh kecewa itu membuat Vier merasa sangat bersalah terlebih 2 adiknya juga jadi terkena imbasnya.
"Bang buruan minta maaf sama Momy. Domdom gak bisa ni dicuekin sama Momy kayak gini," ujar Domi mulai berkeluh sebab hari itu ia jadi tak bisa bermanja ria dengan si Momy seperti biasanya.
Uky yang mendengar keluhan Domi pun merasa sepaham dengan apa yang dirasakan oleh adik bungsunya.
Meski Uky sering kali bertingkah jahil dan tampak cuek, tapi sesungguhnya selama ini dirinyalah yang paling tak bisa jika melihat sang Momy bersedih.Setiap kali Momy Olin dirundung sendu atau rindu pada Daddynya bila melaut, Uky adalah putra yang selalu menyediakan bahunya untuk sang Momy berkeluh dan bersandar.
"Apa mesti gue yang mewakili lu ngomong sama Momy buat minta maaf bang ?" tawar Uky.
"Gak ! Gue sendiri yang akan ngomong dan minta maaf sama Momy !" ujar Vier mantap. Si sulung itu pun langsung beranjak ke lantai bawah untuk mencari keberadaan sang Momy.
"Dad, Momy di mana ?" tanya Vier pada Daddy Dami yang ia temui di ruang keluarga.
"Momy mu lagi di ruang pribadinya," ungkap Daddy Dami yang tampak menghentikan aktivitas membaca korannya karena kedatangan sang putra.
"Kamu mau nemuin Momy ?"
"Iya Dad. Apa bisa ?" tanya Vier ragu.
"Bisa. Temuilah dan bicara pelan-pelan."
Setelah mendapat kekuatan dari ucapan sang Daddy, Vier pun bergegas menemui Momy Olin di ruang pribadianya.
Di rumah keluarga Alcander, Momy Olin memang memiliki satu ruang khusus miliknya. Ruangan itu terletak tepat di samping kamar Momy Olin dan Daddy Dami.
Ruang tersebut dibuat Momy Olin untuk menyimpan semua barang koleksi pribadi miliknya yang ia kumpulkan sejak masih gadis dulu.
Di dalam ruangan itu pun disimpan beberapa koleksi novel favorite Momy Olin, serta ada pula satu tempat yang dikhususkan untuk Momy Olin berdoa.
Vier mengetuk pintu, lalu perlahan masuk ke dalam ruangan tersebut. Dari ambang pintu, ia bisa melihat Momy Olin tampak baru saja selesai berdoa.
"Mom, abang boleh masuk ?" tanya Vier ragu.
"Hhmmm... Silahkan."
Momy Olin tampak mengambil duduk di sopa lalu memfokuskan atensinya pada sebuah buku novel tanpa mengindahkan kedatangan sang putra.
"Mom, abang mau minta maaf," ucap Vier terdengar menyesal. Si sulung itu mengambil duduk di samping Momy Olin, ia menundukkan kepalanya tanpa berani menatap pada sang Momy.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesive Moms [END]
HumorThe amazing cover by @suputri21 Cerita ini belum direvisi. Tanda baca dan typo masih banyak bertebaran 🙏 🌠🌠 Ini adalah cerita tentang kami yang begitu disayangi. Disayangi siapa ??? Disayangi oleh ibu KAMI ! Untuk kalian para Army, Nctzen dan Sta...