46. Sebuah Perjuangan

274 13 7
                                    

Hari terus berganti, pembukaan pendaftaran mahasiswa baru mulai dekat. Namun Lulu masih juga santai untuk menghadapi ujian masuk tersebut.

Tak seperti Domi yang sudah intens membaca dan mengerjakan soal-soal dari buku ujian SBMPTN, Lulu terlihat asik saja dengan dunianya. Ia malah sibuk ikut lomba menulis cerpen ataupun puisi dari beberapa penerbit buku indie di akun media sosial miliknya.

Malam itu, Lulu tengah mengirimkan sebuah cerpen hasil karyanya ke sebuah penerbit yang tengah melangsungkan kompetisi cerpen berhadiah liburan ke Korea.

Di saat bersamaan, Tian---kakak Lulu meringsek masuk ke kamarnya. Meneriaki adiknya karena seharian ini hanya menekuri diri di depan benda berbentuk segiempat tersebut.

"Ih ... Abang! Kalau mau masuk kamar Lulu ketok pintu dulu kek!" protes Lulu, sambil berkacak pinggang ke arah laki-laki berkulit putih dengan mata minimalisnya itu.

"Gue bahkan udah dari tadi ketok pintu kamar lu! Kuping lu aja gak denger!" sahut Tian pasang wajah geram.

Seketika Lulu terkekeh. "Masa sih? Kok Lulu gak dengar ya?"

"Telinga lu kan emang gak pernah berfungsi buat dengar cuma buat aksesoris aja, nempel di situ!"

Ucapan Tian tersebut sukses membuat Lulu merajuk lalu memutar tubuhnya membelakangi sang kakak.

"Lu," panggil Tian di detik berikutnya.

Lulu menoleh seakan menyahuti panggilan kakaknya tersebut.

"Lu udah siap buat ikut ujian SBMPTN? Udah belajar? Tinggal sehari lagi lho, Lu."

Mendengar pertanyaan dari kakaknya tersebut, Lulu pun menggeleng santai. Kontan manik hitam Tian hampir melucut keluar.

"Lu gak belajar?"

"Belajar kok!"

"Kapan?"

"Besok!"

"Lusa mau ujian,besok baru belajar?"

Tian memastikan dan Lulu mengangguk sambil tersenyum manis.

Tian menepuk keningnya sendiri. Ia sungguh tak habis pikir dengan sikap santai adiknya tersebut. Ia sendiri sudah malas menasihati Lulu. Pasalnya Lulu tak akan mau mendengarkan.

 Pasalnya Lulu tak akan mau mendengarkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


👣👣👣

Di tempat lain, tepatnya di rumah keluarga Nugroho. Malam itu Unjin nampak tengah berbaring di sopa ruang tamu. Matanya menatap ke langit-langit rumah sedangkan pikirannya menerawang jauh entah ke mana.

Saat itu waktu telah menunjuk ke angka 23.00 . Mami Nia sendiri bahkan sudah sejak sejam yang lalu tidur setelah berbincang dengan Tyan---putra sulungnya.

Yujinu alias Unjin tengah meratapi nasibnya yang masih harus menyembunyikan fakta bahwa ia esok hari akan mulai melakukan uji berkas untuk masuk menjadi taruna AAU.

My Posesive Moms [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang