TDD1: Trapped

1.8K 86 38
                                    

12.5.19

So, guys, ready for this journey???
Here we go.

*⚠ konten 15+

-----------

1

Kota mati terasa panas seperti biasanya. Sesekali dia mengusapkan lengannya ke keningnya, menyeka keringat yang semakin mebuat tubuhnya kuyup. Di antara terik yang membakar kulit, napasnya menderu, tapi langkahnya mantap meski ransel yang penuh memberi beban cukup berat bagi pundaknya. Dia selalu suka berlari. Dan saat dia berlari, tak ada yang dapat menghentikannya.

"Kelihatannya kamu dapat banyak, Thomas?" seseorang yang muncul dari belokan menunjuk ransel di belakang punggungnya, bergabung dengannya. Sam.

Rupanya, anak itu berbakat menjadi pelari. Thomas akan dengan senang hati merekomendasikan dia jika saja bagian itu masih ada. Pelari tak dibutuhkan sekarang. Namun, tinggal di Safe Haven yang berarti harus memulai segalanya dari nol, mereka membutuhkan beberapa penjarah. Maka, di situlah Thomas ambil bagian.

Dia meninggalkan jabatannya sebagai ketua Pemburu dan menyerahkannya kepada Newt yang tak disangka ternyata sangat baik dalam menggunakan tombak-lemparannya selalu tepat sasaran. Sementara itu, berdasarkan keputusan dari rapat dewan, Thomas dipilih menjadi ketua penjarah. Sam adalah orang kedua yang dia rekrut setelah Gally. Tugas penjarah sebagaimana namanya, menjarah apa pun yang berguna dari Kota Mati.

"Pujianmu itu, apakah maksudmu agar aku mengatakannya kembali padamu?" Thomas bertanya balik dengan nada sarkastisnya yang khas.

Sam menanggapi dengan lebih dulu tertawa pelan, "Kamu memang menyebalkan, Thomas."

Perjalanan mereka diteruskan tanpa percakapan selanjutnya hingga mereka tiba di tepi hutan cemara. Tiga orang telah bergabung dengan mereka. Sonya yang memutuskan bergabung dengan kelompok Pemburu terlihat mendekat, disusul Gally dan Kevin. Mereka bersama-sama menyebrangi hutan yang sejak berminggu lalu tidak lagi bersalju. Kompleks WICKED masih berupa gunungan puing-puing reruntuhan. Kilau abu-abu dari Flat Trans sudah terlihat begitu mereka keluar dari hutan.

Thomas mempersilahkan kelompoknya melompati dinding abu-abu itu. Dia memerhatikan dari belakang, melihat satu per satu teman-temannya menghilang di balik dinding abu-abu itu. Lalu, seperti yang selalu dilakukannya, dia melempar pandangan ke suatu area. Kali ini, dia dapat menatap ke tempat yang dia yakini sebagai lokasi terakhir dia melihat Teresa dengan senyum tipis menyala di bibirnya. Dia tahu, itu yang Teresa inginkan. Teresa menyelamatkannya bukan agar dia merasa bersedih setiap mengingat persitiwa itu. Dia telah memahaminya.

Sepuluh detik cukup bagi Thomas. Dia berjalan menuju Flat Trans. Seperti biasa, tanpa ragu, dia melompat. Detik berikutnya, bukan bangsal berlantai kayu yang dia pijak. Dia bahkan tidak tahu berada di mana. Yang dia tahu, dia berada di tempat yang sangat gelap. Dan dia bagai mendapat hantaman gelombang yang cukup kuat dari berbagai penjuru. Dia mencoba melangkahkan kakinya. Sadarlah dia, kakinya tak lagi berpijak pada permukaan yang keras. Tubuhnya melayang? Entahlah.

Hantaman-hantaman misterius itu selain membuat seluruh tubuhnya terasa sakit, pun menciptakan pening hebat di kepalanya. Dia tidak dapat berpikir dengan benar. Dia mencoba bergerak dengan kedua tangannya tanpa benar-benar tahu pergerakan itu sungguh terjadi atau dia sama sekali berada di titik yang sama. Tapi, dia merasa tubuhnya bergerak. Bukan bergerak oleh dirinya sendiri, melainkan hantaman gelombang itu seakan dengan sangat kuat mendorong tubuhnya.

Sebelum dia memutuskan yang sedang terjadi padanya, energi yang sangat kuat menarik tubuhnya. Seperti ada pusaran angin tak terlihat. Dia terlempar. Lemparan cukup kuat yang dia tahu. Namun, saat tubuhnya keluar dari kegelapan, dia hanya terdorong lemah. Tetap saja dia hilang keseimbangan saat kedua kakinya menapak di atas sebuah permukaan padat. Seseorang menangkapnya sehingga dia tidak terjatuh seketika. Minho.

The Death DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang