24 Tahun

80.7K 5.3K 97
                                    

Happy reading💙



Setelah cuti 3 hari, Kencana kembali menjalani rutinitasnya sehari-hari. Rambutnya yang sempat ia semir, sekarang sudah dipotong lebih pendek. Tidak terlalu pendek, tetapi terlihat sekali jika Kencana habis potong rambut.

"Gimana pulang kampung lo?" Tanya Rika setelah Kencana duduk di kantor.

"Biasa aja. Makan tidur." Jawabnya asal. Ia fokus membaca berkas di mejanya.

"Lo kerja kayak mau ke mall, santai gitu." Celetuk Rika.

Sekarang Kencana hanya menggunakan celana jeans dan kemeja berwarna coklat polos yang lengannya digulung hingga siku. Rambutnya ia cepol asal tapi terlihat rapi.

Kencana menaikkan sebelah alisnya, "Lah emang kerja gue kayak gini, Rik. Kayak lo nggak ngerti aja."

Rika terkekeh pelan, "Tapi keren juga sih jadi lo. Nggak terikat pake seragam dinas kayak gue gini."

Kencana mengangkat kepalanya yang sempat menunduk membaca laporan, "Keren gundulmu! Tiap detik gue pas tugas ketar-ketir asal lo tau pas tugas di lapangan."

Rika meringis, ia juga tak yakin bisa seperti Kencana yang selalu sukses menjalankan misi dari komandan. Gadis muda yang karirnya bagus dan cemerlang di kepolisian.

"Kasus apa yang lo mau tangani selanjutnya?"

"Narkoba."

Kencana masih serius mempelajari kasus yang akan ia tangani. Sesekali alisnya mengerut memahami isi berkas tersebut.

"Good luck ya Na. Gue mau keluar dulu. Ada tugas di Satlantas." Kencana mengangguk dan kembali ke aktivitasnya.

"Selamat pagi ibu Kencanaaa." Sapa seorang polisi laki-laki berpangkat Bripda yang langsung nyelonong masuk ke ruangan Kencana.

Kencana memutar bola matanya malas melihat rekan satu kerjaannya itu. Walau pangkatnya lebih tinggi darinya, tetapi mereka seumuran, jadinya lebih akrab satu sama lain.

Kencana pun tak mempermasalahkan masalah pangkat dalam bergaul. Ia juga tidak merasa tinggi dengan pangkat yang ia sandang sekarang. Baginya keseriusan bekerja lebih penting ketimbang meninggikan masalah status.

"Njirr.. lo ngledek gue ya?" Sinis Kencana.

Tetapi, laki-laki bernama lengkap Kalingga Eka Indrawan justru terkekeh karena berhasil membuat Kencana kesal. Kapan lagi ia bisa mengerjai komandannya kalau bukan sekarang.

"Ampun Inspektur, saya masih kecil." Ucap Lingga terkikik, kemudian dengan gerakan santai, Lingga langsung duduk di sofa ruangan tersebut.

"Kasus kemarin sukses ya bu? Nggak bagi-bagi komisi nih." Celetuk Lingga sambil memainkan bunga yang berada di atas meja.

"Komisi apaan? Makan di kantin kantor udah cukup."

Lingga berdecak, "Masa tiap hari makan pecel sih. Bosen tau."

"Kalo bosen ya makan di luar."

Lingga tersenyum dan menjentikkan jarinya, "Nah ide yang bagus tuh. Tapi lo yang traktir."

Kencana menatap Lingga dengan sebelah alis terangkat, "Dasar muka gratisan. Tanggal tua, belum gajian!" Dumelnya.

Tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke ponsel Kencana. Kencana menginterupsikan agar Lingga diam sebentar.

"Siap. Segera saya akan ke sana."

.......

"Pagi."

Cinta AbdinegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang