Terlalu Cepat

58.3K 4.2K 25
                                    


Hari ini adalah hari yang lelah bagi Kencana. Setelah sebelumnya ia pergi ke Polda Metro Jaya, ia kembali ke kantornya dan langsung melakukan rapat dadakan yang diadakan oleh Muria sampai menjelang malam.

Belum lagi ibu memintanya untuk segera pulang, terpaksa ia yang ingin rehat sejenak di kantor langsung pulang dengan badan yang lelah dan wajah kuyu.

Kencana mengernyit heran melihat rumahnya yang begitu ramai dengan 2 mobil yang sudah terparkir rapi di depan. Tak biasanya ada tamu yang bertamu ke rumahnya malam-malam. Biasanya hanya tamu penting yang bisa bertamu hingga malam, selebihnya perumahan yang di tempati kedua orang tua Kencana itu hanya menerima tamu ketika pagi hari.

Setelah memarkirkan sepeda motornya di depan garasi. Kencana tak masuk lewat depan. Gadis itu memilih melewati pintu belakang yang kebetulan tidak di kunci. Dengan wajah lelah, ia berjalan gontai ke kamarnya dan membayangkan mandi dengan air hangat akan membuat badannya kembali segar lagi.

"Loh udah pulang kamu?" Tiba-tiba ibu muncul sebelum Kencana masuk ke dalam kamar.

"Cepet mandi habis itu ke ruang tamu."

"Ngapain Bu? Nana capek banget hari ini. Mau tidur." Ucap Kencana sekenanya sebab badannya yang sudah sangat lelah.

Ibu berdecak, "Pokoknya kamu harus ke ruang tamu habis mandi dan pakai pakaian yang ibu belikan bulan lalu."

"Ada apa sih memangnya Bu?" Tanya Kencana penasaran. Pasalnya ibunya mengenakan baju yang sedikit formal malam ini. Kencana yang biasanya cuek dengan urusan ibunya dan jarang ikut acara dengan ibunya tiba-tiba di suruh ikut bergabung oleh ibu.

"Udah kamu mandi terus ke ruang tamu. Ibu sama bapak tunggu di sana. Jangan lama-lama!"

Kencana mendengus pelan sesaat ibunya pergi ke ruang tamu lagi. Ia kesal lantaran ibunya yang selalu memerintah seenaknya tanpa tau jika dirinya itu butuh beristirahat sekarang. Apalagi ia baru sembuh sebulan yang lalu. Terkadang badannya masih merasakan lelah ketika bekerja terlalu intensif. Tidak seperti dulu yang bekerja bagai kuda pun badannya tetap sehat-sehat saja.

Kencana menatap sebentar ke kaca besar yang ada di kamarnya. Gadis itu melihat penampilannya yang sedikit feminim. Biasanya kalau ada acara pertemuan di luar dengan teman-temannya, ia lebih memilih memakai pakaian simple seperti kemeja dan celana jeans. Kali ini ia memakai dress dengan warna peach, membuat ia terlihat cantik dan anggun.

"Masak ini gue sih?" Monolognya tak percaya ketika melihat ia di kaca. Jiwa narsis seorang manusia kini muncul di diri Kencana.

"Kalau gini terus mungkin cowok diluaran sana pasti klepek-klepek deh sama gue." Kencana terkikik di akhir kalimatnya sebab ucapannya yang terlampau percaya diri itu.

Setelah itu, Kencana keluar dan terdengar gelak tawa di depan. Merasa ingin kembali ke kamar saja sebab ia sedikit tak percaya diri karena ia memakai pakaian yang bukan pasion nya. Namun apa daya, ibu sudah lebih dulu melihatnya.

"Nah itu si Nana." Kemudian ia dipersilahkan duduk di sofa sebelah ibunya.

"Baru pulang ya nduk?"

Kencana mengangguk sambil tersenyum sebab dihadapannya ternyata tante Endang.

"Pasti lelah banget ya. Aduh jeng kasihan habis sakit malah kerja sampai malam gini." Ucap tante Endang pada ibu.

Ibu terkekeh, "Ya gimana lagi jeng, sudah tugas Nana juga."

Kemudian mereka terlibat obrolan kecil sampai bapak berdehem sehingga mereka semua mengalihkan perhatiannya ke arah bapak.

Cinta AbdinegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang