Salah Paham

55.7K 4.1K 50
                                    

Koreksi kalau typo,

Kencana bersyukur luka sayatannya tidak terlalu dalam. Hanya diperban dan tidak dijahit. Setelah dari TKP, ia langsung di bawa menuju Puskesmas setempat dan langsung dirujuk ke Rumah Sakit Polri untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Beruntung, Kencana hanya mengalami kelelahan dan harus beristirahat untuk memulihkan kondisinya.

Sedari tadi pun Juwita berada di sampingnya. "Kalau kamu mau balik, balik saja tidak apa-apa." Ucap Kencana. Ia juga tak ingin merepotkan orang lain.

Juwita menatap ragu ke arah Kencana. "Saya sudah mendingan. Habis ini suami saya akan kemari. Kamu pulang saja."

Kencana tahu jika ini sudah malam. Lalu dengan berat hati Juwita berpamitan dan meninggalkan Kencana sendiri. Dan mengenai ia akan dijemput oleh Damar itu adalah bohong. Bahkan ia tidak menghubungi suaminya itu sejak tadi siang. Kencana sudah berusaha menghubungi Damar, namun laki-laki itu tak menanggapi pesannya bahkan tak mengangkat telfonnya.

Kencana memejamkan matanya sebentar. Tak mungkin ia pulang sendiri. Ia akan menghubungi Fauzan jika memang itu jalan terakhir. Namun tiba-tiba ponsel yang berada di nakas nya berbunyi. Sebuah panggilan dari sang bapak.

"Halo Assalamu'alaikum,"

Terdengar sahutan dari seberang sana, "Wa'alaikumsalam,"

"Ada apa pak?" sebisa mungkin Kencana bersikap biasa. Tak ada yang tahu Kencana berada di Rumah Sakit sekalipun itu suaminya ataupun keluarganya.

"Kamu gimana kabarnya?"

Kencana tersenyum miris, ia tak bisa jujur kali ini, "Alhamdulillah baik." Beribu maaf ia ucapkan dalam hati karena telah membohongi sang bapak.

"Syukurlah" Lalu bapak terdiam. Kencana juga tak bertanya lebih lanjut. Ia juga sama-sama memilih diam.

"Bapak dapat kabar kalau ada yang nyebarin foto-foto kamu ketika berada di club malam, nduk."

Reflek Kencana menunduk sambil menggigit bibir bawahnya kuat. Ia sudah ingin mengadu kepada sang ayah sambil menangis. Namun, sebisa mungkin ia menahannya.

"Itu kejadian saat Nana tugas Pak. Nana nggak pernah menginjakkan kaki Nana di tempat haram tersebut kecuali pada saat Kencana bertugas. Demi Allah Pak, Nana bukan pelacur yang mereka sangkakan pada Nana."

Kencana sebisa mungkin menahan tangisnya. Air matanya sudah meleleh deras. Ia tak kuat menghadapi permasalahan ini. Sudah pasti orang-orang disana mencap Kencana sebagai wanita nakal dan membuat nama keluarga sekaligus sang suami tercoreng.

"Kamu nangis nduk?" Feeling seorang ayah begitu kuat walaupun Kencana mati-matian menahan isak tangisnya.

Namun, runtuh sudah Kencana menahan isakannya. Ia tak peduli lagi dan kini ia menangis. Ia tak terlihat kuat seperti yang mereka kira. Kencana adalah perempuan pada umumnya yang akan menangis jika memikul beban yang telah terlalu berat.

"Nana nggak salah Pak, hiks. Nana nggak seperti itu. Nana sakit, Pak, hiks." Ia menangis tersedu-sedu. Hal itu membuat hati seoarang Indra Airlangga sakit.

"Sudah nduk jangan menangis lagi. Bapak akan pastikan foto-foto itu akan ditarik dan mencari orang yang berani menyebarkan berita-berita bohong itu."

Cinta AbdinegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang