Berdarah

59.2K 4.4K 38
                                    


Kencana berulang kali mengutuk tempat yang paling ia benci di dunia ini. Gadis itu tetap mempertahankan senyumnya walau hatinya menolak keras. Ia kembali beraksi di salah satu klub malam di Bilangan Jakarta Selatan.

Kencana tak sendiri, ia bersama tim gabungan akan meringkus Anton. Ya! Setelah hampir dua bulan berkutat dengan kasus yang melelahkan tersebut, akhirnya Kencana dan tim mendapat titik terang dan secepatnya bisa melakukan tindakan penangkapan.

Seperti biasa, Kencana selalu tampil sempurna ketika bertugas. Rambut barunya ia buat lebih terlihat seperti perempuan sosialita kebanyakan dan terlihat manis dengan pakaian malam yang terlihat indah dan menggoda.
Berulang kali ia mendapat tatapan menggoda, tetapi dengan gaya anggunnya gadis itu menunjukkan sikap jual mahal.

Tugas kali ini tidak main-main. Mereka akan meringkus Anton yang akan melakukan suap terhadap salah satu hakim yang menaungi sengketa lahan reklamasi miliknya. Mereka mempersiapkan dengan matang agar tidak gagal seperti sebelumnya.
Seperti seorang aktor yang tampil maksimal dalam setiap aktingnya, Kencana juga tampil maksimal malam ini. Jika biasanya ia amat menghindari rokok, kali ini ia berlakon seperti gadis malam yang nakal.

Kencana menyodorkan Anton sebungkus rokok. Lumayan sulit mendekati target sebelumnya. Tetapi dengan kemampuan yang dimilikinya, Kencana berhasil menarik perhatian Anton dengan baik.

Kencana tersenyum tipis menyadari sikap waspada dari Anton. Seorang penjahat akan waspada dalam setiap aksinya, begitu pun Anton malam ini. Anton sedikit curiga dengan Kencana. Tetapi gadis itu dengan gerakan sensual dan meniup asap rokok ke udara, tak lupa dengan senyum menggoda khas kupu-kupu malam perlahan menurunkan tingkat kecurigaan Anton.
Anton tergerak mengambil rokok dan mereka sama-sama melempar senyum. Kencana menyodorkan pemantik dan disambut hangat oleh Anton.

"Mau bersenang-senang dengan saya Tuan?" Sengaja. Kencana sengaja memanggil Anton dengan sebutan Tuan bukan Om. Baginya sebutan tuan terlihat berkelas dan bisa menarik minat lawannya.

Bibir Anton berkedut melihat ia mendapat godaan malam ini. Jika saja ia tidak melakukan misinya, dengan senang hati ia akan menerima ajakan Kencana. Gadis di depannya ini terlalu sayang untuk di lewatkan.

Anton hanya tersenyum sekilas. Lebih memilih menikmati rokok di bawah remang-remang lampu disko dan hentakan musik yang tiada akhir.
Kencana tersenyum. Lebih memilih juga menikmati rokok walau dadanya sudah merasakan sesak akibat tak terbiasa menghirup asap racun itu.

"Kau tidak minum nona?"

Kencana yang sedang mengamati situasi malam ini menoleh ke arah Anton.
"Ah tidak tuan. Lagipula saya sedang mencari pelanggan malam ini. Tidak baik jika saya mabuk duluan, bukan begitu Tuan?" Kencana tersenyum di akhir kalimatnya, kemudian terdengar gelakan tawa dari Anton. Sungguh unik gadis itu. Batinnya.

"Lain kali saya akan memintamu untuk menemani malam saya." Sambung Anton.

Kencana berbinar, "Suatu kebanggaan buat saya Tuan! Tentu saja."

Kemudian dari arah pintu masuk, datang seorang pria setengah baya yang sudah Kencana ketahui sebagai hakim yang akan di suap oleh Anton. Kencana sudah meningkatkan kewaspadaannya dua kali lipat.
Hakim tersebut tersenyum berjabat tangan dengan Anton dan duduk di samping Kencana. Kencana memberikan senyuman manis sebagai topengnya.

Sang hakim sedikit tertarik, namum Anton keburu membisikkan sesuatu di telinga sang hakim itu. Mereka berbisik sebentar kemudian langsung bangkit dari tempatnya.

Kedua laki-laki itu menuju ruangan khusus yang di sediakan di tempat tersebut. Kencana tersenyum tipis menyadari ada banyak mata-mata Anton yang sudah bekerja di dalam klub malam tersebut. Kencana kembali lebih waspada. Ia akan berhati-hati malam ini.

Cinta AbdinegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang