Ada Apa?

57K 4.5K 37
                                    


"Nanti kamu jadi kumpul sama ibu-ibu persit?"

Kencana mengangguk di tempatnya. Perempuan itu sedang sibuk mempelajari kasus walau sedang di hari libur.

Damar kemudian mendekat ke arah istrinya yang duduk di sofa depan televisi. "Jam berapa?"

"Sore, habis ashar." Damar mengangguk kemudian laki-laki itu memilih menyalakan televisi.

Sebuah berita menayangkan tentang narkoba yaitu penangkapan di perairan Batam dengan barang bukti 1 kg jenis sabu dan 100.000 pil ekstasi. Kencana yang fokus mengerjakan tugasnya lantas mendongak dan memperhatikan baik-baik berita tersebut.

"Loh kok tempatnya persis dengan yang mau aku ringkus?" Kencana memperhatikan dengan jeli tempat dan skema penangkapan bandar narkoba tersebut. Kencana lantas mengumpat pelan.

Damar yang berada di sampingnya menatap bingung sekaligus kaget mendengar Kencana yang mengumpat. Tatapannya menyiratkan ketidaksukaan terhadap Kencana yang mengumpat. Jarang sekali pula perempuan cantik itu berkata kasar.

"Ada apa kok kamu misuh gitu?"

Kencana mengusap wajahnya kasar. Ia kesal dengan berita penangkapan bandar narkoba tersebut. "Data Intelegen bocor dan mereka sudah merubah skema penyeludupan. Ck! Kacau!" Kencana di tempatnya frustasi lantaran timnya yang sudah bekerja sama dengan BNN dan Kepolisian Resort Batam malah sudah kecolongan. Beruntung Kepolisian sana bergerak cepat sehingga penyelundupan pancingan tersebut bisa ditangkap.

Lalu ponsel Kencana berbunyi. Ia segera mengangkat.

"Halo Fer. Ada apa?" Tanyanya to the point pada Feri di seberang sana.

Di seberang sana Feri nampak menahan nafasnya, "Gila cuk! Bandar keparat emang semua itu! Bisa-bisanya data bocor dan mereka mengelabuhi Kepolisian. Emang bajingan si Jansen!" Disebarang sana Feri sudah memisuh dengan kesalnya. Ia kesal dan marah karena selama ini Kepolisian bertindak dengan hati-hati nyatanya malah bisa bocor ke bandar narkoba internasional.

Kencana di tempatnya menarik nafasnya pelan, "Sementara kita nunggu perintah dari komandan. Gue akan pelajari datanya lebih dalam lagi. Dugaan sementara dari gue ini adalah ada orang dalam yang sengaja nyadap trus bocorin ke Jansen."

"Jancuk! Siapa yang berani nyadap data kita?! Awas kalau ketangkep gue nggak bakalan kasih ampun sama mereka semua yang udah buat Kepolisian kayak orang bodoh!"

Kencana berdecak, "Lo misuh juga nggak bakalan kasus itu selesai! Mending lo koordinasi sama BNN. Sorry hari ini gue nggak bisa ke kantor."

"Kenapa?"

"Gue ada acara hari ini. Besok gue bakalan nemuin komandan buat kelanjutan kasus ini." Setelah itu mereka mengakhiri percakapannya.

Kencana lalu menyenderkan bahunya di kepala sofa sambil menghembuskan nafasnya perlahan. Hari ini kesabarannya sungguh sangat di uji.

Sedangkan Damar yang tak tahu apa-apa hanya mengernyit heran sembari penasaran dengan apa yang menjadi permasalahan sang istri.

"Loh kamu nggak lari?"
Kencana baru sadar jika Damar masih berada di sisinya. Ia kira laki-laki itu sudah berangkat lari pagi.

"Ini baru mau lari? Ada apa?" Mungkin jika dulu Damar enggan untuk mengurusi urusan orang lain, tetapi kali ini ia sungguh penasaran dengan masalah yang menimpa istrinya.

Kencana menggeleng. Damar kemudian mengangguk mengerti. Mungkin masalah tersebut bersifat rahasia sehingga sang istri enggan berbagi dengannya.

Lalu Kencana memilih mematikan laptopnya dan bergegas untuk memasak. Tak biasanya juga ia pagi-pagi menyalakan laptop, tetapi hari ini bersifat urgent sehingga perempuan itu mengesampingkan pekerjaan rumah, dan Damar pun tidak mempermasalahkan hal itu.

Cinta AbdinegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang