Serangkaian acara Ngunduh Mantu telah di laksanakan. Sekarang tinggal tamu undangan yang menikmati suguhan dalam acara yang rata-rata di hadiri oleh petinggi baik dari TNI maupun POLRI. Acara yang lebih mirip resepsi itu kini berjalan dengan baik. Kencana di balut dengan pakaian adat Jawa terlihat sangat cantik. Berulang kali Damar tersenyum melihat istrinya yang terlihat cantik itu.Setelah perdebatan panjang hingga menguras pikiran baik Kencana maupun Damar sendiri, akhirnya acara dapat terkonsep dengan baik. Walaupun acara ini permintaan kedua orang tua mereka, tapi tetap saja yang mengurusi adalah Damar dan Kencana. Mereka tak setega dengan membiarkan para orang tua sibuk mengurusi acara Ngunduh Mantu tersebut. Akhirnya pada malam ini, acara tersebut dapat berjalan dengan lancar. Bahkan mereka berdua sempat di lingkupi rasa deg-degan ketika hendak keluar menuju para tamu undangan.
Acara ini pun tak luput dari beberapa gunjingan orang-orang. Banyak yang mengatakan jika acara ini hanya untuk menutupi rasa malu keluarga jendral karena tak mampu menyelenggarakan acara pernikahan dengan besar ada pula yang mengatakan jika acara tersebut hanya membuang waktu dan uang saja. Tetapi Damar dan Kencana sama-sama tak peduli. Mereka hanya menjalankan keinginan para orang tua. Selain itu juga mereka menganggap jika acara ini adalah momen yang pas untuk mengundang teman-teman yang tak sempat datang di acara akad nikah Damar dan Kencana yang cukup sederhana dahulu.
"Kamu capek?" Tanya Damar begitu melihat Kencana yang memegang kakinya. Ia tak terbiasa menggunakan high heels tinggi dalam waktu yang lama, apalagi ditambah berdiri sejak tadi sehingga cukup membuat kaki Kencana pegal-pegal.
Kencana tersenyum dan menggeleng, "Nggak kok Mas. Cuma pegal aja kakiku."
Kencana mendesah melihat antrian panjang yang hendak bersalaman dengan mereka. Kencana sangat ingin beristirahat karena entah mengapa akhir-akhir ini sering merasa lelah dan mengantuk.
Kencana tersenyum melihat orang yang ia tunggu-tunggu datang. Namun berbeda dengan Damar yang justru mengerutkan dahinya.
"Mbak Vidya." Sapa Kencana ramah. Sedangkan Vidya tersenyum kecil.
"Selamat ya. Semoga langgeng dan cepat mendapatkan momongan." Ucap Vidya pelan. Kali ini perempuan itu datang sendiri dengan memakai gamis berwarna hitam dengan corak batik di beberapa bagian. Wajahnya tak seceria biasanya dan tak secongkak ketika bertemu Kencana dulu.
Kencana lantas mengamini ucapan Vidya tersebut dan memeluk perempuan yang pernah berusaha merusak rumah tangganya itu. Kencana seperti yakin jika Vidya tak akan menganggu rumah tangganya lagi. Namun dalam hati Kencana berjanji jika suatu saat Vidya maupun orang lain yang mengusik rumah tangganya maka Kencana akan lebih nekat lagi untuk menyadarkan Vidya maupun orang lain atas kesalahan itu dengan cara yang hanya Kencana tahu.
Vidya tersentak ketika Kencana memeluknya. Ia kira akan di tertawakan oleh Kencana karena datang dengan keadaan yang menyedihkan, tetapi Kencana justru menyambutnya dengan ramah bahkan memeluk dirinya. Vidya lantas malu dengan dirinya yang telah berbuat jahat kepada perempuan sebaik Kencana. Memang pantas jika Damar berjodoh dengan Kencana.
"Maaf," Lirih Vidya. Kencana tersenyum, "Mbak nggak perlu meminta maaf dengan saya, Mbak minta maaf saja kepada Tuhan karena mengingkari firmannya."
Vidya mengangguk. Memang benar jika ia seharusnya bertobat kepada Tuhan karena telah berbuat kerusakan.
Kemudian Vidya berpamitan karena antrian masih sangat panjang, "Oh iya, lain kali aku boleh ketemu sama kamu lagi kan?" Tanyanya pada Kencana.
"Boleh banget Mbak, saya akan usahakan itu."
Vidya kembali mengangguk dan langsung turun dari pelaminan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Abdinegara
General FictionDi umur 24 tahun, Kencana enggan memikirkan perihal pernikahan. Baginya, umur 24 tahun adalah umur produktif untuk menaikkan karirnya. Tetapi, takdir membawanya bertemu dengan jodohnya. Jodoh yang telah di atur oleh para orang tua. Cerita ini hanyal...