Awas typo...
Akhir-akhir ini Kencana disibukkan dengan pemantauan target dari kasus narkoba. Ia bahkan harus lembur di kantor hingga malam. Semenjak pulang dari Jogja, Kencana langsung di hadapkan dengan pekerjaan yang padat hingga kadang menguras tenaga dan pikirannya.
Kencana merenggangkan ototnya sebentar sambil melirik jam dinding yang menggantung di ruang khusus rapat untuk membahas kasus yang sedang ia tangani. Pukul 7 pagi sampai 9 malam, sungguh jam kerja yang gila. Ia menghembuskan nafasnya panjang dan kemudian meraih cangkir kopi yang ternyata sudah habis isinya. Kencana berdecak, hendak membuat lagi di pantry tapi ia ingat jika meminum kopi terlalu banyak juga tidak baik untuk kesehatannya. Maka dari itu Kencana lebih memilih meraih botol air mineralnya dan meneguk hingga habis.
"Belum pulang Bu?" Tanya sekarang Polwan muda yang kebetulan bekerja dalam satu kasus dengan dirinya. Akhirnya Kencana mempunyai teman sesama jenis juga setelah lama menjadi anggota tercantik.
"Ini juga mau balik, kamu nggak pulang?"
Perempuan bernama Juwita itu menggeleng, "Kayaknya saya bakal pulang satu jam lagi, nunggu kakak saya jemput."Kencana mengangguk paham lalu mematikan komputernya dan berpamitan pada Juwita dan yang lainnya yang masih bekerja, terutama mereka yang mendapat semacam shift malam.
Kencana merapatkan jaket boombernya. Ia lalu mengecek ponselnya yang sedari tadi ia mode silent. Ia juga sudah mengabari sang suami jika ia akan pulang pukul 9 malam.
Kencana mengerutkan dahinya melihat chat Damar yang ia sematkan di whatsapp. Segera ia membuka pesan tersebut.
'Kamu pulang sendiri bisa? Saya masih ada pekerjaan.'
Kencana tambah mengerutkan dahinya dalam setelah melihat isi pesan tersebut. Tak biasanya Damar membiarkan dirinya pulang sendiri, apalagi ini sudah mulai larut. Namun, bukan itu yang menjadi masalahnya, tetapi gaya bahasa Damar yang kembali seperti awal, cenderung kaku dan dingin. Padahal Damar sudah mulai menghangat akhir-akhir ini tetapi malam ini tiba-tiba kembali seperti dulu.
Diantara perasaan gamang atas sikap Damar, Kencana memilih memesan layanan ojek online. Ia sudah terbiasa pulang malam sehingga ia tak masalah pun jika harus pulang sendiri di tengah malam.
Namun tiba-tiba Kencana mendengus mengingat ucapan Damar yang akan menjadi suami baik dan siap sedia mengantar kemanapun ia pergi. Walaupun Damar sedang sibuk, laki-laki itu berkata bahwa ia akan mengirim supir ataupun ajudannya, tetapi justru malam ini Damar mengirim sebuah pesan jika dirinya tidak di jemput oleh Damar maupun orang suruhan laki-laki tersebut.
Lamunan Kencana tersentak ketika ia melihat ojek online yang ia pesan sudah sampai. Kencana lalu mengenakan helm yang disodorkan oleh abang-abang ojol.
Sekitar 45 menit Kencana sampai di gerbang asrama tempat tinggalnya. Perempuan itu lebih memilih turun disana karena letak gerbang dengan asrama tidaklah jauh. Seperti biasanya ketika masuk sebuah asrama militer akan ada penjaga prajurit disana.
Mereka yang berjaga sudah tahu dengan Kencana yang merupakan istri salah satu komandan mereka. Kencana tersenyum ramah kepada petugas disana.
Sepanjang perjalanan menuju asrama tersebut, Kencana kembali di penuhi berbagai spekulasi tentang sikap Damar yang tiba-tiba berubah. Ia mencoba mengoreksi apakah tadi pagi ia telah membuat kesalahan apa tidak, namun sayang Kencana tak menemukan hal itu. Interaksi mereka tadi pagi pun masih baik-baik saja dan tidak ada masalah.
Tak terasa Kencana sampai di depan asrama. Perempuan itu mengernyit heran melihat lampu ruang tamu yang masih menyala padahal Damar mengatakan masih ada tugas. Namun sayang, ia kembali berpikiran positif jika mungkin Damar sibuk mengerjakan tugasnya di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Abdinegara
Ficción GeneralDi umur 24 tahun, Kencana enggan memikirkan perihal pernikahan. Baginya, umur 24 tahun adalah umur produktif untuk menaikkan karirnya. Tetapi, takdir membawanya bertemu dengan jodohnya. Jodoh yang telah di atur oleh para orang tua. Cerita ini hanyal...