Dia Spesial

55.2K 4.1K 49
                                    

Koreksi bila typo 🙃

Setelah seharian melakukan rekontruksi bersama timnya, perempuan cantik berambut sebahu itu masih saja sibuk mengurusi kasus tersebut. Kencana bahkan mengabaikan beberapa kali panggilan entah itu dari siapa. Bisa di hitung jari perempuan itu memegang ponsel karena sedari tadi hanya kertas dan laptop yang ia hadapi.
Merasa terganggu dengan panggilan dari ponselnya, Kencana mengambil asal ponselnya dan ingin memarahi siapa yang berani menerornya hingga menelpon berulang kali.

"Assalamu'alaikum,"

Kencana mengerutkan dahinya dalam setelah mendengar suara yang begitu familiar baginya. Lalu perempuan itu melihat nama yang tertera dan seketika kaget ketika sang suamilah yang menelpon.

"Wa_wa'alaikumussalam Mas,"

Kencana menggigit bibir bawahnya. Ia merasa bersalah ketika berkali-kali mengabaikan panggilan dari suaminya.

"Kamu dimana?" Terdengar suara yang teduh di seberang sana. Tidak seperti yang Kencana kira bakal terkena amarah dari Damar.

"Masih di kantor Mas,"

Terdengar lagi suara helaan nafas di seberang. Damar setidaknya lega ketika sang istri masih dalam jangkauan dan aman. Laki-laki itu sempat frustasi ketika berkali-kali ia menelpon tetapi Kencana tak merespon. Ia takut gagal lagi untuk menjadi imam yang baik.

"Alhamdulillah kalau gitu. Mas kira kamu tersesat atau gimana. Mas udah mau ngerahin satu Batalyon buat cari kamu kalau panggilan Mas yang barusan gak kamu angkat." Damar terkekeh di akhir kalimatnya, membuat Kencana diliputi rasa bersalah. Benarkah sebegitu cemasnya Damar ketika ia tak memberi kabar?

"Maaf mas, aku masih ada tugas." Ucap Kencana pelan. Perempuan itu lalu menarik nafasnya dalam.

"Iya gak papa. Kamu masih lama?"

"Ini sudah selesai." Sebenarnya Kencana masih ada beberapa tugas. Namun melihat jam dinding yang semakin bergerak maju, ia sudahi saja tugasnya. Ia akan mengerjakan besok saja daripada membuat sang suami cemas dan sebagainya.

"Kamu tunggu di sana ya, Mas mau jemput." Tanpa menunggu balasan dari Kencana, Damar langsung bergerak cepat ke kantor Kencana.

Ada perasaan haru sekaligus bimbang disana. Kencana terharu dengan perubahan sikap Damar yang begitu manis, namun di lain sisi ia takut kecewa setelah berharap terlalu banyak pada Damar. Ia takut tersakiti lagi.

Setelah berberes, Kencana langsung ke luar kantornya. Kemudian sebuah Jeep melintas di depannya.

"Maaf ya lama," Kencana terkesiap melihat Damar yang nampak lebih tampan dari biasanya. Kencana menggelengkan kepalanya, mungkin saja ia eror setelah kejadian kemarin hingga memuji sang suami secara berlebihan.

"Hei.. Kenapa nggak masuk?"

Kencana tersentak dan buru-buru masuk. Perempuan itu masih gugup kepergok melamun.
Tanpa di sadari, Damar langsung memasang sabuk pengaman Kencana. Kencana terkesiap dan menatap Damar dengan tampang cengonya.
Damar tersenyum melihat kebingungan dari wajah sang istri. Nampaknya istrinya itu masih saja malu-malu dan sedikit polos.

"Lama-lama kamu gemesin deh. Kenapa Mas baru sadar ya?"

"Hah??"

Kencana bersemu merah mendengar kata-kata Damar yang begitu menggelitik telinganya. Lama-lama jantungnya bakal copot kalau setiap hari mendengar ucapan manis sang suami.

Kemudian Damar menyalakan mobilnya dan bergerak pulang ke asrama. Malam menunjukkan pukul 10 malam, tetapi jalan masih ramai saja.

"Udah makan belum?"

Cinta AbdinegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang