Masih di Jogja

59.7K 4.3K 84
                                    


Keadaan sempat canggung ketika Kencana dan Damar berada dalam satu ruangan sama yaitu kamar. Setelah obrolan ringan yang membuat Kencana malu sekaligus di hantui perasaan aneh, mereka berdua lantas pamit untuk istirahat. Acara seharian ini sungguh menguras tenaga mereka berdua.

Kencana berjalan menuju koper kecil yang ia bawa dari Jakarta. Ia ingin berganti dengan pakaian kebesarannya yaitu daster. Ia juga mengabaikan Damar yang sibuk bermain gawai. Belakangan ini ia tau hobi sang suami ketika tidak ada kerjaan. Laki-laki itu suka sekali main game online seperti mobile legends, PUBG, dan FF.

10 menit kemudian Kencana kembali dengan wajah yang lebih segar sehabis mencuci muka. Ia melihat Damar masih di posisi yang sama yaitu bermain game online.

"Mau tidur?

Kencana mengangguk. Ia bersiap membaringkan diri di tempat tidur.

Damar nampak menghentikan permainannya dan meletakkan gawainya ke nakas. Lalu laki-laki itu keluar kamar. Mungkin kamar kecil. Batin Kencana.

Kencana belum bisa menutup matanya. Perempuan itu masih memikirkan ucapan abang dan kakak iparnya tadi. Perasaan bersalah kian mendominasinya hingga tak sadar bahwa Damar telah kembali ke kamar.

"Kok belum tidur?"

Kencana tersentak dari lamunannya. "Mikir apa?"
Entah perasaannya benar apa tidak. Belakangan ini, sikap Damar tidak begitu kaku dan dingin seperti di awal-awal pernikahan mereka. Damar cenderung lebih ekspresif dan sering kali memberikan perhatian berupa bertanya sesuatu kepada Kencana. Kencana tentu senang, tetapi ia masih bimbang dengan perasaannya.

Kencana menggeleng, ia tak mau berkata jujur kepada Damar. Ia merasa jika masalah yang sedang menghantuinya bisa diselesaikan oleh dirinya sendiri.

Lalu Damar bergerak ke arah tempat tidur. Laki-laki duduk di sebelah kanan Kencana. Kencana merasa canggung dalam posisi tersebut. Padahal mereka juga setiap hari tidur dalam ranjang yang sama. Tetapi, malam ini terasa lebih canggung dari biasanya.

"Gimana kalau malam ini kita isi dengan pillow talk? Ya itung-itung aku mau ngenal kamu lebih jauh. Rasanya seperti orang bodoh ketika orang-orang berbicara mengenai kamu sedangkan aku nggak tau apa-apa tentang kamu."

Kencana menatap Damar yang sama menatapnya juga. Laki-laki itu terlihat lebih santai dan tidak dingin seperti kemarin-kemarin. Wajahnya lebih menunjukkan ekspresi bersahabat.

Kencana terdiam. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan. Ia bahkan tak menyangka jika Damar tiba-tiba bersikap seperti ini kepadanya.

"Emm,,, jangan masukin hati ya mas soal ucapan Bang Guntur tadi." Ucap Kencana hati-hati. Ia sebenarnya masih kesal dengan kejujuran Bang Guntur yang tak disangka-sangka olehnya bakal di ucapkan di depan Damar.

"Ucapan yang mana?" Tanya Damar pura-pura lupa. Ia sengaja memancing Kencana untuk berbicara lebih banyak lagi. Sedari tadi hanya ia yang berbicara panjang lebar kepada perempuan itu.

Kencana meringis, ia sebenarnya malu jika mengatakannya lagi.

"Ucapan mengenai anak banyak," Ucap Kencana pelan. Lalu ia memilih menunduk untuk menghindari tatapan Damar yang sedari tadi ditujukan padanya.

Damar tersenyum mendengar ucapan Kencana yang malu-malu kucing. Ia suka sekali melihat wajah Kencana yang menahan malu.

"Kamu nggak perlu malu. Aku juga tadi bercanda kok." Ucapan Damar membuat Kencana mendongak menatap laki-laki itu.

"Eh beneran?"

Damar mengangguk, "Tapi kalo ini aku mau kamu bercerita soal itu. Apa bener kamu pengen punya anak banyak?"

Cinta AbdinegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang