Adarma

54K 3.5K 56
                                    


Kabar Kencana yang hamil kini telah menyebar hingga satu asrama. Kencana yang masih di opname akibat kekurangan cairan serta untuk memulihkan keadaannya yang sempat drop membuat beberapa ibu-ibu Persit berbondong-bondong datang menjenguk Kencana. Mbak Ela sekaligus istri dari Danyon datang beserta ibu-ibu lain. Berbagai jenis buah tangan mereka bawa hingga memenuhi ruang rawat Kencana.

"Duh selamat ya dek, semoga adek selalu sehat dan bayinya juga. Mbak ikut seneng akhirnya kamu di beri kepercayaan sama Allah buat menjaga amanahnya." Ucap Mbak Ela sambil tersenyum ramah seperti biasanya.

Kencana yang sudah membaik tersenyum, "Aamiin. Makasih ya Mbak."

Mereka berbincang layaknya perempuan dewasa pada umumnya. Kemudian ibu-ibu tersebut pamit undur diri setelah dirasa cukup lama dan merasa tak enak telah mengganggu waktu istirahat Kencana.

Kemudian Damar dengan masih memakai pakaian dinas datang membawa bungkusan. "Apa itu mas?"

"Ini rujak, Mas tadi beli di depan." Kencana mengernyitkan dahinya heran, sejak kapan Damar doyan dengan makanan asam pedas itu? Bukankah Damar tak terlalu suka?

"Mas pengen makan mbul. Kayaknya seger gitu lihat rujak."

Kencana di tempatnya meringis melihat justru sang suamilah yang ngidam. Justru ia yang tak menginginkan apapun. Kencana sama seperti biasanya, makan apa yang ada dan sekarang lebih banyak memakan buah dan sayuran.

Kencana masih saja melihat sang suami yang begitu khusyuk memakan rujaknya, seakan makanan itu adalah makanan terenak di dunia. Merasa di perhatian, Damar menatap Kencana.
"Kenapa? Kamu mau juga?" Lantas Kencana menggeleng. "Nggak Mas, aku masih kenyang, lagipula Mas doyan banget makannya."

Memang sekarang Kencana sudah tidak muntah lagi. Perempuan itu sudah kembali nafsu makannya, hanya saja setiap pagi pasti ia merasa mual namun habis itu Kencana tidak mual lagi, tetapi perempuan itu sekarang mudah terserang kantuk.

"Tidur lagi?" Tanya Damar begitu melihat Kencana menguap untuk kesekian kalinya.

Kencana hanya menyengir, namun tak ayal Damar membiarkan istrinya itu tidur. Ia juga tak tega melihat Kencana yang beberapa hari kemarin tak ada daya dan harus merasakan tidur di rumah sakit yang tentunya kurang nyaman.

"Eh Mas tadi ketemu dokter Firdaus, katanya besok pagi udah boleh pulang." Kencana yang hendak memejamkan matanya langsung membuka matanya.

"Alhamdulillah Mas. Nana udah pengen pulang."

"Hmm."


*****


Seminggu setelah keluar dari rumah sakit,  Kencana sudah melakukan aktivitas seperti biasanya. Perempuan itu juga sudah kembali bertugas namun segalanya ia perhatian dari makan dan kesibukannya. Kencana juga sudah di wanti-wanti untuk tetap menjaga kandungnya agar tetap sehat dan melarang untuk melakukan pekerjaan yang berat.

Seperti sekarang ini, semua orang di divisinya hampir berteriak melihat Kencana yang tiba-tiba membawa kardus yang berisi berkas-berkas untuk di pindahkan ke gudang sebelah.

"Biar saya saja ndan, anda jangan bawa berat-berat dulu. Anda duduk saja," Ucap Feri sambil menahan nyeri ketika melihat sahabat bar-barnya ity dengan tidak berdosanya mengangkat benda yang berat. Bisa-bisa ia kena hantam Damar yang kemarin sudah menitipkan Kencana kepada Feri agar mengawasi sang istri.

Kencana teringat jika ia membawa nyawa lain sehingga hanya cengiran khasnya yang ia tunjukkan. Kemudian Feri memutar bola matanya malas, ia sudah tau kebiasaan teman kerjanya, beruntung ketika memutar bola matanya, hanya Kencana yang tau. Beruntung hanya Kencana yang tahu sebab jika semua tahu mana Feri akan terkena teguran.

Cinta AbdinegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang