Ganti Status

62.2K 4.4K 113
                                    


Hari ini adalah hari pertama ia beraktivitas setelah sebelumnya ia cuti seminggu dari pekerjaannya. Sudah banyak berkas dan kasus yang musti di tangani menggunung di atas mejanya.

Kencana teringat 3 hari yang lalu dimana statusnya berubah. Ia bukan lagi gadis yang bisa seenaknya sendiri pergi kemana saja sekarang. Ia sudah mempunyai tanggung jawab. Statusnya bukan lagi putri bungsu Indra Airlangga, tetapi sudah menjadi nyonya Damar Ganendra Hirawan.

Kencana masih tak menyangka jika ia sudah menikah sekarang. Apalagi pernikahan yang serba mendadak itu sempat menjadi gosip dikalangan teman kerjanya.

"Pagi pengantin baru.."

Seperti biasa, Feri langsung masuk ke ruang kerja Kencana tanpa permisi.

"Gimana rasanya kawin?"

Kencana langsung melempar gulungan kertas yang berada di atas mejanya dan tepat mengenai wajah Feri.

"Sadis amat sih lo? Kurang jatah?"

Kencana kembali ingin melempar buku setebal 500 halaman ke muka Feri lagi, tetapi laki-laki itu buru-buru berdiri dan meminta agar Kencana mengurungkan niatnya untuk melempar Feri dengan buku setebal itu.

Bisa-bisa mukanya bonyok terkena buku satu rim tersebut.

"Setelah lo nikah kayaknya tambah ganas sih Na? Kenapa lo?" Feri mengernyit heran melihat Kencana yang seperti tak bahagia dengan pernikahannya.

Jika biasanya pengantin baru datang ke tempat kerja pertama kali setelah cuti akan menampilkan senyum berseri-seri. Namun, beda dengan Kencana yang menampilkan wajah suram.

Gimana nggak suram? Nikah tanpa cinta itu ibarat makan sayur tanpa garam, hambar!

"Sebaiknya lo balik ke tempat lo deh. Gue males debat sama lo sekarang." Usir Kencana halus.

Feri hendak menyanggah, tetapi melihat wajah Kencana yang tak bersahabat, membuat ia mengurungkannya. Laki-laki itu kemudian memilih pamit.

"Kalau ada apa-apa, lo bisa cerita sama gue, oke?" Kencana hanya membalas dengan anggukan kecil.

Feri tersenyum tipis melihat Kencana yang kurang bersemangat pada pagi hari ini. Ia sudah tau tentang pernikahan Kencana yang seperti apa sebab perempuan itu sempat mengeluh jika ia menikah bukan karena pilihannya sendiri, tetapi atas kehendak para orang tua. Feri sebagai laki-laki dan sudah menganggap Kencana sebagai sahabat dan adiknya itu hanya mampu memberikan semangat dan mengatakan jika semua yang dilakukan oleh para orang tua adalah yang terbaik untuk Kencana.

Lamunannya buyar ketika ponselnya berdering, segera ia mengangkatnya.
"Bisa ke ruangan saya sebentar?"

Kencana hendak mengatakan iya, tetapi telepon itu buru-buru di matikan.
Kencana tak ambil pusing dan segera melangkah menuju ruangan Muria.

Gadis itu mengetuk pintu ruangan Muria dengan sopan. Kemudian terdengar intruksi dari dalam untuk masuk.

Kencana memberi hormat kepada komandannya tersebut dan langsung di persilakan untuk duduk.
"Mengingat kamu sudah cuti seminggu, ada banyak rapat yang kamu lewatkan. Ada beberapa operasi yang akan kita lakukan lusa. Kamu silahkan berdiskusi dengan Feri dan lainnya." Jelas Muria tanpa melihat Kencana sedikitpun.

"Kamu setelah ini langsung ambil berkas di Reserse Kriminal. Minta berkas A5 pada mereka."

"Kalau sudah, silahkan kamu kembali bekerja."

Kencana menatap Muria sebentar. Gadis itu bingung dengan sikap Muria yang tiba-tiba kaku dan formal ketika berbicara dengannya. Padahal kemarin-kemarin jika mereka berbicara tidak se kaku itu dan Muria berbicara sambil menatap lawan bicaranya. Tetapi mendadak hari ini Muria berubah.

Cinta AbdinegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang