Masih Labil

65.7K 4.5K 23
                                    


Weekend ini Kencana habiskan untuk menginap di rumah tantenya yang masih berada di ibu kota. Sudah lama ia tidak sowan ke rumah tantenya itu semenjak ia fokus terhadap pendidikannya.

"Ozan mana tan? Kok nggak kelihatan?" Kencana mencari-cari sepupunya yang bernama Fauzan. Fauzan adalah anak bungsu dari tante Lina dan Om Fajar.

"Biasa Na. Dia ada di kamar." Ucap tante Lina sembari menata makanan untuk makan malam.

"Arin sekarang sudah semester berapa tan?"

Arin adalah kakak perempuan Fauzan yang kini bersekolah di salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Tante Lina hanya mempunyai 2 anak saja yaitu Arin dan Fauzan yang kini masih duduk di kelas 12 SMA.

"Semester 5 Na. Kamu udah lama ya nggak ketemu Arin?"

Kencana mengangguk, "Terakhir ketemu pas aku keluar dari akademi, habis itu paling kita cuma tukar kabar doang tan."

"Beruntung kamu sekarang di Jakarta Na. Tante kadang kasihan sama ibu bapakmu itu. Mereka punya anak 3 tapi nggak ada yang tinggal bersama. Kamu anak bungsu nanti harus merawat ibu bapakmu."

"Kita rawat sama-sama lah tan. Bang Genta sama bang Guntur juga sesekali nengok ibu bapak juga. Tante juga tahulah gimana sikap ibu itu."

Tante Lina tertawa. Ia sudah tau perangai kakak iparnya itu. Risma atau ibu Kencana adalah sosok ibu yang cerewet sehingga anak-anaknya sering kena omel perempuan paruh baya itu. Tak jarang juga Risma sering mengeluh perihal anak-anaknya yang jarang bisa berkumpul pada Lina.

"Mbak Risma itu emang cerewet Na. Tapi tante salut loh dengan dedikasinya. Bisa mengantarkan anaknya menuju kesuksesan kaya kamu dan abang-abangmu."

"Tante juga hebat kok. Kan sekarang Arin sudah semester 5 kedokteran, sebentar lagi Ozan mau lulus juga. Eh Ozan mu nerusin kemana tan?"

Tante Lina yang hendak memanggil Fauzan dan om Fajar mengisyaratkan untuk bertanya nanti saja.

"Loh kapan Mbak Nana ke sini?" Tanya Fauzan bingung. Laki-laki beranjak dewasa itu terlihat lebih tinggi ketimbang terakhir kali Kencana bertemu dengannya.

"Udah dari tadi. Tapi kamunya yang dekem di kamar terus."

Fauzan menyengir lebar. Kemudian ia duduk di samping Kencana.

"Eh Nana apa kabar?" Kencana langsung mencium tangan Om Fajar ketika laki-laki paruh baya itu sampai di meja makan.

"Alhamdulillah baik Om. Om baik juga 'kan?" Om Fajar mengangguk sambil tersenyum ramah.

Kemudian mereka memulai acara makan malamnya. Suasana yang sepi sekarang menjadi ramai setelah Kencana datang dan menginap disana. Beberapa kali mereka tertawa mendengar cerita lucu yang dilontarkan oleh Fauzan, Kencana maupun om Fajar sendiri. Tante Lina senang sebab rumah yang biasanya sepi kini menjadi ramai. Rindu yang beliau rasakan untuk Arin kini terobati dengan datangnya keponakannya itu.

"Kamu mau lanjut kemana, Zan?" Fauzan yang fokus memakan buah apelnya langsung menatap Kencana.

"Masih bingung aku mbak. Masih banyak pertimbangan lagi."

"Kok bingung? Harusnya udah mantap dong. Kan udah mau lulus juga kamu."

"Ozan sebenarnya sih udah ada gambaran. Tetapi nggak tau apa mama sama papa setuju apa nggak."

"Emang kamu mau sekolah dimana Zan?" Tanya tante Lina kepo.

Fauzan terlihat bimbang untuk mengutarakan isi hatinya, tetapi melihat tatapan keyakinan untuk mengungkapkan dari Kencana, membuat Fauzan berani mengungkapkan keinginannya.

Cinta AbdinegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang