Wejangan

57.6K 4.4K 26
                                    


Sehabis pulang dari kerja, Kencana tak langsung pulang ke asrama. Perempuan itu langsung mampir ke rumah mertuanya yang berada di daerah Kuningan. Ia tak bersama dengan Damar karena laki-laki itu katanya masih ada urusan dengan komandannya. Jadilah Kencana memesan ojek online.

Semenjak menikah, Kencana jarang menggunakan sepeda motor karena sudah ada sopir yang siap mengantarkannya kemana saja yaitu si suami. Walaupun Damar itu kaku, tetapi pria itu masih peduli dengan sang istri sehingga sudah mengultimatum sejak awal jika Kencana sudah menjadi tanggung jawabnya sekarang. Termasuk menjadi supir pribadi bagi perempuan cantik itu.

Kencana tersenyum melihat sang Ibu mertua sedang menyiram tanaman. Langsung saja ia menghampiri dan mengucap salam, tak lupa mencium tangan sang ibu.

"Mama sehat kan?" Semenjak menikah dengan Damar, Kencana memanggil Bu Endang dengan sebutan mama, menyamakan panggilan yang biasa Damar gunakan untuk sang ibunda.

"Alhamdulillah baik sayang. Kamu gimana? Sehat kan?" Kencana mengangguk seraya tersenyum lebar. Kemudian Mama menggiring Kencana untuk masuk ke dalam rumah.

"Papa mana ma?" tanya Kencana begitu melihat rumah yang sepi.

"Papa ada lawatan ke Lebanon seminggu. Jadinya Mama sendiri di rumah." Ucap Mama sambil tersenyum. Mama tersenyum seakan menunjukkan kepada Kencana bahwa Mama baik-baik saja ketika dirumah sendiri. Padahal Kencana tahu jika perempuan senja itu tak mau membebani anak-anaknya yang sudah punya kehidupan masing-masing dengan menunjukkan kesedihannya ketika di tinggal sang suami bertugas.

Kencana tersenyum sambil mengusap pelan kedua lengan sang ibu mertua. Perempuan itu tahu kesedihan sang Mama ketika di tinggal tugas oleh sang suami. Ia teringat ibunya juga yang sering ditinggal sang bapak bertugas hingga berhari-hari bahkan berminggu-minggu.

"Mama mau makan apa malam ini? Biar Nana masakin." Untuk mengusir rasa sedih dan rindu mama kepada sang suami, Kencana menawarkan diri membuat makan malam.

Mama tersenyum. Ia bahagia bisa mendapatkan menantu impiannya. Perempuan itu merasa tak salah pilih Kencana sebagai pendamping Damar.

"Masak soto aja gimana? Dikulkas ada bahan-bahannya." Usul Mama. Kencana mengangguk dan segera mengambil bahan-bahan di dapur.

Bu Endang merasa bahagia kali ini. Rasa sepi kini berganti dengan kebahagiaan. Beliau akhirnya bisa merasakan kebersamaan memasak dengan sang menantu. Sejak dulu, perempuan paruh baya itu punya impian bisa memasak bersama dengan sang menantu suatu saat nanti dan sekarang bisa terwujud.

"Na, kamu tau nggak, kalau Mama tuh pengen banget bisa ngrasain masak bareng sama menantu Mama suatu saat nanti dan sekarang keinginan Mama bisa terwujud."
Kencana tersenyum. Ia merasakan keberuntungan karena bisa mendapatkan mertua yang begitu baik dan perhatian padanya. Ia merasakan kasih sayang seorang ibu kandung di dalam diri sang mama mertua.

"Alhamdulillah. Kalau begitu mama sehat-sehat terus ya, biar nanti Nana main kesini dan masak bareng sama mama."

Bu Endang tersenyum dan menatap lembut sang menantu. Rasanya tak rela bila Kencana hanya sehari saja menginap disana. Beliau ingin sekali hidup bersama menantunya tersebut.

Setelah berkutat di dapur sekitar 45 menit, akhirnya masakan mereka siap.
Kemudian terdengar suara salam di depan. Seorang laki-laki, kebanggaan keluarga Hirawan telah sampai.

Damar segera mencium tangan kanan sang mama. "Maaf, baru kesini abang Ma,"

Bu Endang tersenyum memaklumi. "Iya nggak apa-apa. Sekarang kalian mandi dan habis maghrib kita makan bersama."

Kencana dan Damar lantas mengangguk dan masuk ke dalam kamar yang dulunya menjadi kamar Damar. Suara azan telah berkumandang, mereka lalu mengerjakan kewajiban sebagai seorang muslim.

Cinta AbdinegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang