Sura Dira Janingrat, Lebur Dening Pangastuti

52K 3.9K 111
                                    


Kencana berulang kali mendesah kecil sambil menunggu Damar yang tak kunjung menjemputnya hingga hampir pukul sebelas malam. Kantor Polda masih ramai karena memang 24 non stop melayani masyarakat. Namun perempuan itu sudah tak sabar ingin pulang karena merasakan badannya yang pegal-pegal ingin segera rebahan. Ia sudah menelpon suaminya berkali kali tetapi tak ada jawaban sama sekali. Ponselnya aktif tetapi tak diangkat oleh Damar.

Saking bosannya menunggu, Kencana terpaksa memesan ojek online. Tak peduli ia akan di marahi Damar karena pulang dengan ojek online. Kencana lebih baik begitu daripada harus mati berdiri menunggu Damar yang tak kelihatan barang hidungnya.

Sampai di asrama pun gelap, artinya memang laki-laki itu belum pulang ke asrama sejak pagi. Kencana dengan langkah gontai menyalakan listrik. Perempuan itu mendesah panjang melihat rumahnya yang agak berantakan. Memang sejak kemarin perempuan itu tak sempat membereskan rumah di karenakan sangat sibuk mengurusi kasus terbaru. Biasanya jika seperti itu, Damarlah yang akan membersihkan sedikit-sedikit untuk membantu Kencana. Walaupun agak tabu melihat laki-laki mengambil alih pekerjaan perempuan tetapi Damar sudah terbiasa hidup rapi sejak dulu sehingga ia juga tak tahan melihat rumah berantakan.

Tanpa melepas seragamnya Kencana langsung mengambil sapu dan membersihkan asrama yang lumayan berantakan. Setelah setengah jam bersih-bersih, akhirnya Kencana bisa bernafas lega dan segera perempuan itu membersihkan diri.

Kencana berdecak melihat Damar yang masih saja tak bisa dihubungi hingga dini hari. Hatinya gelisah hingga ia tak dapat tidur. Raganya lelah tetapi pikirannya masih bekerja sehingga terpaksa Kencana menunggu kepulangan Damar entah kapan itu.

Hingga pukul setengah 2 Kencana sudah tak tahan dan ingin tidur. Tetapi ia teringat chat tadi siang dimana sang suami menghadiri acara kumpul dengan teman-temannya semasa SMA. Kencana segera menepis pikiran buruknya hingga matanya hampir saja terpejam, tetapi suara notifikasi dari ponselnya berbunyi.

Pesan dari IPDA Laras, teman seperjuangan nya di Akpol yang bekerja di Bareskrim mengirim sebuah gambar.

"Bukannya itu suami lo ya Na? Kok nggak sama elo? Dari Tadi gue belum balik dari mall ini karena penasaran kenapa suami lo datang sama cewek itu. Sorry bukanya gue mau adu domba lo tapi itu faktanya. Semoga kalian baik-baik saja."

Di sana nampak Damar sedang tertawa lepas dengan beberapa temannya dan yang paling mencuri perhatiannya adalah dimana Vidya adalah satu-satunya perempuan di sana dan nampak tak segan berkumpul dengan para lelaki. Batin Kencana segera menyebut nama Tuhan. Pikiran negatif mulai melingkupi perempuan cantik itu. 

Kencana mengusap wajahnya pelan sambil terus menggumamkan nama Tuhan. Ia tak marah dengan Laras yang seperti mengadu domba dirinya. Justru ia sangat berterima kasih kasih pada perempuan itu. Kencana juga sudah tau watak Laras itu bagaimana hingga Kencana yakin jika Laras tak punya niat buruk padanya.

Kini dada Kencana sesak. Mengapa hidupnya begitu dramatis? Padahal baru saja ia merasakan kebahagiaan menjadi seorang wanita sebenarnya. Sambil menahan rasa kecewa sekaligus sesak, Kencana tertidur sambil memegang gawai. 


*****


Kencana tersentak mendengar suara azan yang berasal dari masjid asramanya. Perempuan itu lantas terbangun dan menemukan suaminya sedang siap-siap pergi ke masjid. Seperti biasanya, Damar memang mengusahakan untuk shalat subuh berjamaah.

Kencana berulang kali menenangkan dirinya yang masih dikuasai oleh emosi. Ia akan bersikap biasa saja hingga sang suamilah yang bercerita sendiri kepadanya. Kencana akan berpikir dewasa, ia tak ingin masalah seperti ini menghancurkan rumah tangganya yang ia bangun penuh perjuangan kemarin.

Cinta AbdinegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang