Fase

52K 3.4K 118
                                    

Pagi-pagi sehabis subuh, Kencana dan Damar langsung menuju lokasi wisata Candi Gedong Songo. Perkiraan mereka sampai ketika wisata itu baru saja di buka. Mereka memang ingin menikmati suasana pagi yang dingin dan sejuk di Candi Gedong Songo.

Pertama kali yang mereka rasakan ketika sampai disana adalah dingin. Udaranya sangat berbeda ketika di ibu kota. Selain itu suasana sangat mendukung untuk melepas penat sebab melihat ke bawah sana seperti lukisan indah dari Yang Maha Kuasa.

Walaupun matahari masih belum muncul sempurna, tetapi sudah ada beberapa pengunjung yang datang dan naik ke candi tertinggi.

"Jam segini udah rame ya?" Kencana mengangguk mengiyakan. Perempuan itu sudah beberapa kali ke sini. Pertama ketika ia SMP dan terakhir ketika ia menjalani tracking dari organisasi pecinta alam di SMA nya dimana Candi Gedong Songo menjadi pos terakhir dalam trackingnya.

"Dari dulu emang jam segini udah rame. Kebanyakan mereka pada nginep atau nggak emang sengaja nyari suasana pagi disini Mas." Jawab Kencana. Perempuan itu faham tempat tersebut yang juga menyediakan vila ataupun penginapan.

Mereka sudah bergerak naik dan melewati segerombolan remaja yang sedang senam pagi. Kencana teringat ketika waktu SMA dimana ia di bangunkan pagi buta dan melaksanakan senam sambil membawa jaket dan sarung tangan saking dinginnya. Mengingatnya, membuat Kencana rindu dengan masa SMA.

Kemudian mereka juga bertemu segerombolan Perguruan Silat yang Kencana ketahui sebagai salah satu Perguruan Silat terkemuka di Indonesia.
"Kenapa senyum-senyum?" Damar sedari tadi memperhatikan sang istri yang justru senyum-senyum tidak jelas.

"Mas kepo." Jawab Kencana. Hal itu membuat Damar mengerutkan alisnya. Sejak kapan istrinya berubah seperti itu?

Kemudian Kencana memilih mendahului dan berjalan cepat ke depan. Perempuan itu dengan gesit naik ke atas dan nampak tak ada kesulitan disana.

"Ayo kita lomba lari ke atas Mas! Berani nggak?" Tantang perempuan itu.

Damar yang berada dibelakang dengan senang hati menerima tantangan sang istri. Ia juga berpikir tak ada salahnya meladeni tantangan aneh sang istri.

Kemudian Kencana menghitung dan mulai berlari melewati tangga dan tanjakan di sana. Beberapa orang mengernyit aneh.

Kencana tertawa lepas melihat persaingan ketat. Ternyata Damar juga cepat dalam berlari tinggi Damar lah yang memenangkan lombanya.

"Yah aku kalah." Ucap Kencana sambil mengatur nafasnya.

"Yang tadi nantang kok kalah ya?" Sindir Damar. Lantas Kencana terkekeh pelan dan memilih duduk di pinggiran jalan sekitar Candi.

"Yah beda lah Mas. Kamu laki-laki trus aku perempuan. Jelas menang kamu yang setiap pagi sore lari." Ujar Kencana ngeles. Hal itu lantas membuat Damar gemas dan mengacak rambut Kencana.

"Ish! Jangan di berantakin Mas! Jadi rusak kan."
Damar terkekeh dan menyodorkan air mineral ke Kencana. Secepat kilat Kencana menghabiskan air tersebut dalam beberapa tegukan. Hal itu juga membuat Damar melongo. Sejak kapan Kencana berubah bar-bar? Perasaan kemarin perempuan itu terlihat anggun tapi berwibawa.

"Habis dari sini ke mana?" Tanya Damar kepada istrinya. Mereka sebelumnya memang tak mengelist kemana saja mereka pergi. Tujuan mereka hanya satu yaitu ke Candi Gedong Songo.

"Mau ke Bandungan gimana? Beli oleh-oleh buat orang rumah."

"Buat siapa?"

"Buat Budhe, Mama, dan Ibu lah mas." Jawab Kenalan sembari jalan ke atas.

Damar di belakang perempuan itu hanya menggeleng mendengar jawaban istrinya. Memang istrinya itu lebih suka membeli oleh-oleh untuk di bagikan ke orang lain ketimbang belanja untuk dirinya sendiri.

Cinta AbdinegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang