Dara, seorang gadis yang bekerja sebagai asisten Manager grup EXO menjalin cinta dengan salah satu personilnya. Namun sayang, takdir berkata lain. Dia tidak hanya kehilangan cintanya namun juga nyawanya. Ini adalah kisah yang salah.
Setelah pulang dari hotel, Dara tidak pulang ke unit Lay. Dia langsung menuju unit Adit.
TITT!!
Terlihat Suho di balik pintu, "Kamu darimana aja, Na?" tanya Suho yang heran melihat muka sembab Dara. Dara tidak menjawab apapun, ia langsung menuju ke ruang tengah.
Disana sudah ada Adit, orangtua Adit, dan juga Lay. Lay segera menghampiri Dara dan memeluknya, "Kamu dari mana aja, sayang?", Dara tak membalas pelukan Lay.
Dara melihat kedua orangtua angkatnya di ruang tengah, langsung menghampiri keduanya.
"Yah, Bun, Diana nggak jadi nikah sama Mas Lay." Adit dan kedua orangtuanya terkejut, begitu juga dengan Lay. "Yah, Bun, boleh nggak Lay sama Diana ngobrol berdua?" ijin Lay sambil menarik tangan Dara. dan membawanya ke kamar.
"Karena Diana udah balik, aku balik yaa, Dit, Om, Te," pamit Suho.
"Sayang, maaf, kemarin aku pergi ninggalin kamu gitu aja," sedangkan Dara tidak menggubris sama sekali. "Diana, dengerin aku dulu, aku bakal jelasin semuanya," Lay duduk berlutut di depan Dara. "Bagus, karena aku juga punya banyak pertanyaan,"
"Mas kemana aja, kemarin?" tanya Dara datar. "Aku ada urusan mendadak sayang, maaf" "Kerja? Atau apa? Ada urusan lain lagi yang lebih penting?" sindir Dara.
"Siapa jennie, Mas?" tanya Dara. Lay terkejut, "kamu tau Jennie?". Dara tersenyum sinis. "Jennie mantan aku," tutur Lay, "yang sedang hamil dan keguguran, lebih tepatnya," sambung Dara. "Iya, tapi bukan anak aku, Na." lanjut Lay.
"Gimana aku bisa percaya?" Dara memiringkan bibirnya. "Kamu bisa tanya sama Suho, aku udah putus sama dia bahkan sebelum kita ketemu untuk pertama kalinya," jelas Lay.
"Trus kenapa Mas khawatir banget sama dia waktu dia keguguran?" "Aku udah nganggep dia kayak sahabat aku, Na. Sama halnya kayak Hanbin ke kamu." "Sahabat? Mas, aku tau semua temen, sahabat, bahkan rival Mas ya! Kenapa ini aku nggak tau, aku nggak bisa percaya ini semua, Mas!"
"Na, dengerin aku du ..." "Aku mau, mas pergi dari sini, keluar!" usir Dara.
Seperginya Lay, Dara menangis sekencang-kencangnya di kamar.
Kemudian ia turun untuk bertemu orangtuanya, namun hanya ada Adit di ruang tengah. "Na, kamu gapapa?" tanya Adit sambil menghampiri. Dara hanya menangis.
"Sini cerita, ada apa kamu sama Lay," tanya Adit kalem. Tidak biasanya Adit bersikap kalem apabila melihat Dara menangis.
Dara menceritakan semuanya, tentang keraguannya, dan juga tentang Jennie. "Kurang ajar!" Adit marah karena Adit menganggap Lay selama ini pria yang baik dan tidak suka macam-macam.
"Kamu istirahat aja, Na." titah Adit, "Ayah sama Bunda kemana, Dit?"
"Mereka lagi ngobrol di unit Lay,"
Dara pun masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Namun, dia tidak bisa tidur sama sekali. Dia memikirkan bagaimana kalau Lay ternyata benar? Bagaimana kalau Lay memang tidak mengkhianatinya? Bukankah disini Dara yang berarti mengkhianati Lay karena bersama Sehun?
Dara merasa benar-benar bersalah. Akhirnya Dara menangis lagi hingga tertidur.
Keesokan harinya Dara berniat mendatangi Lay di kantor. "Mau kemana, Na? Kok rapi banget?" tanya Adit. "Ke kantor," "Nggak sarapan dulu?" Dara menggeleng, "Aku mau sarapan di kantor aja," jawab Dara sambil tersenyum usil.
"Ada, Bu, tapi lagi ada tamu." "Siapa?" Dara yang perasaannya tak enak langsung membuka pintu.
Dara melihat Lay memeluk Jennie yang sedang menangis.
"Diana," Lay dan Jennie terkejut lalu melepaskan pelukan. "Nah, kebetulan tersangkanya ada disini," sindir Dara.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mbak, tolong kamu jelasin kenapa kamu peluk-peluk calon suami aku?" ketus Dara. " Ca .. Calon suami?" tanya Jennie. "Loh? Kamu belum bilang sayang kalau kita mau nikah?" tanya Dara pada Lay.
"Oke. Sekarang jelasin kenapa kamu tempo hari ke tempat kita nangis-nangis, trus sekarang meluk calon suami orang di kantornya. Mbak, asal mbak tau ya, perusahaan ini punyaku. Kalau mau aku bisa panggilin satpam buat nyeret kamu keluar." tunjuk Dara.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lay yang melihat sikap Dara merasa ngeri dan juga kagum karena Dara terlihat keren saat posesif seperti ini.
"Aku, temennya Lay, Mbak. Mantannya. Aku hamil .."
"Loh, sama aku juga hamil, aku hamil anaknya Lay." potong Dara. Lay dan Jennie terkejut. "Apa kamu juga hamil anaknya Lay? Tapi maaf yaa Mbak, aku nggak bakal ngasih Lay ke kamu," lanjut Dara.
"Nggak, Mbak. Aku bukan hamil anak Lay. Bapak dari anak ini nggak tanggung jawab. Dulu aku ninggalin Lay demi cowok ini. Sekarang, aku ngrasa Lay cowok yang baik, dan pasti mau tanggung jawab buat aku." tutur Jennie.
"Loh? Kok enak banget kamu, Mbak?!"
"Sayang, kamu udah putus sama dia berapa lama?" tanya Dara pada Lay. "Dua taun lebih," jawab Lay.
"HAHAHAHA, mbak mbaaak sampeyan ini lucu yaa. Wes ya Mbak, daripada kamu tak laporin polisi gara-gara perbuatan tidak menyenangkan, mending pergi dari sini. Apapun yang ada hubungannya sama Lay, termasuk Laynya sendiri, itu juga berhubungan sama aku." Lay yang dari tadi menyaksikan kemarahan Dara tersenyum senang karena Dara masih mempercayainya.
Setelah Jennie pergi, Lay langsung memeluk Dara seerat mungkin, "Makasih yaa sayang kamu masih percaya sama aku,"
"Denger yaa, Mas. Aku nggak mau kamu peluk-peluk cewek lain apalagi yang nggak aku kenal. Dan inget kalau ada apa-apa cerita." tutur Dara.
"Iya sayang, aku janji." Lay mengecup pipi Dara berkali-kali hingga Dara risih.