2. Penawaran

130K 9.8K 983
                                    

Tetap voment ya gaes walau ini direvisi😊

.
.
.
.
.

Aku menghela nafas kasar sesaat setelah turun dari taksi yang aku tumpangi. Bukannya langsung pulang kerumah, aku lebih memilih turun di pinggiran jembatan untuk menikmati angin malam.

Hari ini cukup melelahkan bagiku. Kenapa? Karena sudah hampir dua puluh kantor aku datangi hanya untuk melamar kerja. Tapi semuanya tidak ada yang mau menerimaku. Mereka memberikan alasan yang beragam untuk menolakku.

Padahal aku ini jago untuk melakukan apa saja, dari mulai matematika, IPA, apalagi pelajaran PKN. Aku ini lulusan sarjana hukum tau?

Aku berjalan di pinggiran jembatan sembari menjinjing tas, dan high heels. Aku sudah lelah menggunakan high heels, jadi aku melepaskannya dan lebih memilih nyeker.

Saat sedang asik menikmati desiran angin malam, mataku dibuat membelalak karena melihat seorang laki-laki yang sedang berusaha menaiki pagar pembatas jembatan. Tunggu! Apa dia sedang mencoba bunuh diri?

BUNUH DIRI ?!

Dengan segera aku berlari dan menghampiri laki-laki itu, "EH PAK PAK! TURUN! BAHAYA NAIK NAIK!" Pekikku panik.

Laki-laki itu menatapku sekilas lalu kembali mencoba untuk menaiki pagar, "Wah nggak waras nih orang," Gumamku.

Aku melemparkan high heelsku kearahnya, "Turun astaga! Nanti kalau Bapak jatuh ke bawah gimana?! Nanti saya dikira bunuh Bapak lagi!"

Laki-laki itu berdecak, "Kepala saya sakit!" Omelnya karena lemparanku tadi mengenai kepalanya.

"Baru dilempar high hells aja udah kesakitan. Gimana kalau Bapak dilemparin batu panas yang ada di neraka, rasanya lebih sakit tau?! Udah, mending Bapak turun ya?" Kataku baik-baik. Aku menjulurkan tanganku untuk membantunya turun. Tapi laki-laki itu hanya menatapku dengan wajah datarnya.

"Ih! Bandel banget si di suruh turun?!" Kesabaranku sudah habis untuk bicara baik-baik dengan laki-laki ini. Jadi, mau tidak mau aku menarik jas yang ia kenakan. Sampai akhirnya ia terjatuh di pelukanku. Asekk, lumayankan dapat pelukan hangat setelah seharian mencari kerja.

Tidak! Tidak!

Aku malah kesakitan karena terjatuh akibat menahan tubuh laki-laki itu, "Pak bangun Pak, punggung saya sakit," Ringisku.

Laki-laki itu langsung bangun dari atasku, "Kamu kenapa narik saya sih?"

Dih! Seharusnya dia bersyukur karena ada orang cantik dan baik sepertiku yang mau menolongnya dari kesesatan, maksudnya bunuh diri.

Aku menjulurkan tanganku kearahnya, "Bangunin dulu, badan saya sakit."

Pria itu mendengus lalu membantuku untuk berdiri.

"Saya cuma mau menyelamatkan Bapak dari api neraka. Bapak tau kan bunuh diri itu dosa?" Tanyaku. Laki-laki itu tidak menjawab.

Fix! Sepertinya dia memang tidak waras.

Aku mengibas ngibaskan tanganku di depan wajahnya, "Situ lagi banyak masalah ya?"

"Sok tahu," Jawabnya dingin.

Aku menghela nafas, "Nih ya Pak, seberat apapun masalah kita, kita nggak boleh lari dari masalah itu. Kalau bisa sih kita harus menyelesaikannya dengan cara baik baik, bukan dengan cara bunuh diri gini. Itu namanya pengecut tau nggak?"

"Kamu itu siapa sih? Kenapa sok tahu?" Tanyanya ketus padaku.

"Dih sensian banget kayak anak perawan butuh belaian," Aku mengulurkan tanganku kearahnya, "Saya Jiae, Lee Jiae. Biasa dipanggil Jia, Pak."

"Tidak tanya."

Aku mengerutkan kening, "Loh, tadi kan Bapak nanya saya siapa. Ya saya jawab dong."

"Berisik," Ucapnya lalu meninggalkanku begitu saja.

"PAK! KALAU BUTUH TENAGA KERJA, SEBUT NAMA SAYA TIGA KALI YA ? SAYA LAGI BUTUH KERJAAN NIH!" Teriakku. Ya meskipun aku tidak yakin dia punya lowongan pekerjaan. Lihat saja penampilannya, kacau, kemeja yang compang-camping. Tapi siapa tahu kan? Jangan menilai orang dari covernya saja hehe.

Aku membalikan badanku dan berjalan berlawanan dengan laki-laki tadi, "Walau nggak dapet kerjaan, setidaknya gue masih bisa nolong orang. Emang hebat lo Jia!" Aku merasa bangga dengan diriku.

"Tunggu!" Langkahku terhenti ketika mendengar suara laki-laki tadi.

Aku mengernyitkan dahi saat melihat laki-laki itu berjalan kearahku, "Kenapa lagi Pak?" Tanyaku, "Oh, mau bilang makasih ya karena sudah menyelamatkan situ? Nggak papa Pak, itu emang udah tugas saya, membantu sesam----,"

"Kamu bisa diam dulu tidak sih?" Potongnya cepat. Laki-laki itu terlihat frustasi, "Saya bukan mau makasih. Jadi jangan kepedean."

"Terus Bapak mau apa?"

"Kamu sedang butuh pekerjaan?" Tanyanya.

Aku mengangguk, "Kenapa? Bapak mau kasih saya pekerjaan? Emangnya bisa?"

Laki-laki itu menghela nafas, "Kamu terlalu banyak bicara. Saya tidak jadi memberi kamu pekerjaan." Ujarnya lalu meninggalkanku.

Dengan segera aku menahan lengannya, "Eh Pak jangan ambekan kayak anak perawan gitu ah! Emang mulut saya nih kebiasaan," Kataku sambil memukul pelan bibirku, "Jadi Bapak mau saya kerja di tempat Bapak?"

Laki-laki itu mengangguk, "Kamu mau?"

Aku berpikir sebentar, "Kalau gajinya gede ya saya maulah. Plus, kerjaannya jangan susah susah."

"Tidak sulit. Kamu cukup jadi istri saya saja. Bagaimana?"








Lanjot?

Nikah ; Jung Jaehyun [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang