28. Ayo Main!

40.3K 4K 599
                                    


Maaf ya kalau updatenya rada lama. Soalnya asem lagi ukk :)
.
.
.
.
.

Semakin hari Jaehyun semakin kehilangan berat badannya. Wajahnya tidak secubby dulu, tulang-tulang pipinya kini terlihat lebih jelas. Ada alasan mengapa Jaehyun seperti ini. Semenjak ia melakukan kemo, Jaehyun sering sekali mengalami muntah dan tidak nafsu makan yang mengakibatkan bobot tubuh laki-laki itu menurun.

Jaehyun juga sudah meliburkan diri dari kantor. Ia menyerahkan dan mempercayakan pekerjaannya pada Doyoung dan Rose.

Melihat kondisi Jaehyun yang seperti ini tentu membuat Jiae sedih. Tapi sebisa mungkin ia tidak menunjukannya pada Jaehyun.

"Kamu capek ya ngurus aku?" Jiae yang tengah merapihkan bekas makan Jaehyun di kamar, menoleh begitu mendengar suara sang suami, "Maaf ya Ji," Sambung Jaehyun.

Jiae mengangkat kedua sudut bibirnya. Ia menghampiri Jaehyun yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang setelah makan, "Engga capek kok. Kamu kan suami aku. Udah tugas aku," Balas Jiae dengan tenang.

Jaehyun menunduk. Entah kenapa setiap kali melihat wajah Jiae membuatnya merasa bersalah, "Kamu lagi hamil. Seharusnya aku yang jagain kamu. Bukan malah kamu yang jagain aku."

Jiae mengangkat wajah Jaehyun dengan kedua tangannya. Ia mengecup bibir suaminya sekilas, "Nggak apa-apa. Jangan ngerasa bersalah gitu. Lagian aku masih bisa jaga diri sendiri. Mas fokus aja sama kesehatan Mas Jaehyun. Jangan pikirin aku," Jiae mengusap pipi Jaehyun dengan lembut, "Kemo ketiga bakal di lakuin minggu depan, jangan pusingin hal-hal yang nggak perlu. Oke?"

Jaehyun menghela nafasnya, "Sorry..."

"Minta maaf mulu aku marah nih," Ancam Jiae. Karena hampir setiap hari wanita itu mendengar kata maaf keluar dari mulut Jaehyun.

Jaehyun terkekeh pelan, "Kamu hari ini nggak ngidam?" Jaehyun tahu jika sudah seminggu belakangan ini Jiae selalu mengidam. Tapi istrinya tidak pernah bilang pada Jaehyun kalau ia menginginkan sesuatu. Jaehyun tahu kalau Jiae mengidam saja karena tidak sengaja melihat pesan yang dikirimkan Jiae pada Rose dan mengatakan kalau ia sedang ingin memakan cheese cake dua hari yang lalu.

"Mas tau aku ngidam?"

Jaehyun mengangguk, "Aku nggak sengaja baca pesan kamu sama Rose. Kenapa kamu nggak keluar aja buat beli cheese cake?"

"Mana bisa aku ninggalin Mas Jaehyun di rumah sendirian. Nggak inget dua hari yang lalu Mas Jae muntah-muntah? Dari pada suami aku kenapa-napa, mending aku relain ngidam aku nggak terpenuhi."

Jaehyun mengangkat kedua sudut bibirnya, "Hamil kali ini kamu lebih dewasa ya," Katanya sambil terkekeh, "Beda banget waktu hamil Jichan. Aku sampe harus ke Amazon buat ngambil ikan."

Bibir Jiae mengerucut, "Ya tapikan nggak jadi ke Amazonnya."

"BUNA AYO MAIN!" Jichan masuk ke dalam kamar orang tuanya sambil membawa 2 buah pistol air.

"Astaga, jangan di bawa ke kamar. Basah," Jiae buru-buru mengambil pistol-pistolan tersebut dan meletakannya di depan pintu kamar.

"Kok di taruh di luar? Ayo main sama Jichan Bun," Rengeknya.

"Udah siang sayang, Jichan bobo di kamar ya?"

"Enggak mau! Mau main di taman sama Buna!" Kekeuhnya.

Jiae menghela nafas. Ia ingin menemani Jichan bermain di taman. Sudah lama juga ia tidak keluar apartement karena mengurus Jaehyun. Tapi di sisi lain ia tidak bisa meninggalkan Jaehyun dalam kondisi seperti ini, "Ayah lagi sakit. Nggak bisa ditinggal sendiri. Kalau engga Jichan main sendiri aja ya di depan tv?"

"Bosen. Jichan mau main sama Buna..."

"Ayahnya lagi sakit Bang."

"Pokoknya main!"

"Jichan!" Bentak Jiae akhirnya. Kepalanya pusing mendengar rengekan anaknya terus, "Masuk kamar."

Melihat Jiae yang membentak dirinya, membuat nyali Jichan menciut. Tanpa aba-aba lagi anak itu berlari memasuki kamarnya.

Jaehyun yang melihat itu menyuruh Jiae untuk menenangkan dirinya. Jaehyun paham kenapa Jiae bisa membentak Jichan seperti ini. Di samping ia lelah karena mengurus dirinya sendiri, Jiae juga harus mengurus Jaehyun dan Jichan. Belum lagi hormon ibu hamil yang tidak stabil membuat Jiae mudah emosi.

Jiae mengusap wajahnya kasar, "Aku nggak niat bentak dia. Serius deh," Katanya merasa bersalah.

"Iya. Aku paham," Jaehyun membawa Jiae ke dalam pelukannya dan mengusap punggung wanitanya, "Tenangin diri kamu dulu ya, nanti kalau udah bener-bener tenang, temuin Jichan. Minta maaf sama dia."

"Dan kalau bisa kamu penuhi aja keinginan Jichan buat main sama kamu di taman," Jiae mendongak mendengar perkataan suaminya.

"Terus kamu gimana? Sendirian di apart---,"

"Nggak apa-apa. Aku bisa ditinggal sendiri," Sela Jaehyun.

Sejujurnya ia tidak tega melihat wajah Jichan yang hampir menangis tadi. Terlihat sekali dari mata Jichan kalau ia benar-benar ingin bermain di luar apartement. Memang, untuk anak seukuran Jichan cukup membosankan jika berada di tempat yang sama dalam waktu lama.

Setelah merasa tenang, Jiae memberanikan diri untuk masuk kamar putranya.

Begitu masuk, Jiae melihat Jichan tengah bermain robot-robotan sendirian diatas kasur.

"Chan," Panggil Jiae. Ia duduk di samping Jichan, "Maafin Buna."

Jichan masih pura-pura sibuk dengan robotnya.

"Buna nggak sengaja ngomelin kamu. Maaf ya?"

Jichan melepaskan robotnya lalu menatap Jiae dengan tatapan menyedihkan, "Iya," Balasnya.

"Jichan mau main kan? Ayo Buna temenin."

Jichan menggeleng, "Main di sini aja. Kasian Ayah lagi sakit."

"Ha?"

Jichan tersenyum, "Maafin Jichan ya Bun karena nakal tadi."

Jiae semakin merasa bersalah karena sudah mengomeli anaknya. Ia segera memeluk Jichan dan menciuminya berulang kali, "Anak baik. Buna makin sayang. Kamu nggak salah kok, Buna yang salah."

"Jichan juga sayang Buna, Ayah, sama Jena."

































Jaehyun yang mengintip dari celah pintu kamar Jichan, tersenyum melihat bagaimana istri dan anaknya sudah baikan, "Nggak masalah kalau Tuhan ngambil nyawa gue sekarang, asal mereka berdua bisa bahagia terus kayak gini."

Nikah ; Jung Jaehyun [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang