21. Battle

52.5K 5.3K 1K
                                    

.
.
.
.
.

Jichan dan Jiae sudah di perbolehkan pulang oleh dokter. Perkembangan Jichan juga sangat bagus, berat badannya terus bertambah semenjak Jiae memberinya ASI.

"Mau makan apa sayang? Biar aku masakin," Tanya Jaehyun setelah merapihkan barang-barang Jichan dan Jiae yang sempat dibawa ke rumah sakit. Jiae memang cukup lama berada di rumah sakit, ia baru di perbolehkan pulang saat kondisinya benar-benar sudah membaik.

"Cream soup kamu yang terbaik, jadi masakin ya Mas?"

Jaehyun tersenyum seraya mengangguk. Ia pergi ke dapur, meninggalkan Jiae yang tengah menyusui Jichan.

Jiae tersenyum melihat bagaimana antusiasnya Jichan setiap kali diberikan ASI, "Lucu banget sih. Untung kamu nggak kayak Ayah kalau lagi nyusu, brutal nan kasar."

Jiae masih tidak menyangka jika dirinya sudah resmi menjadi seorang ibu. Menurutnya ini semua seperti mimpi. Jiae kira dirinya akan mati di tangan Sheila, tapi Tuhan berkehendak lain. Tuhan masih menginginkan Jaehyun dan Jiae untuk hidup bahagia bersama anak mereka.

Selesai menyusui Jichan, Jiae meletakan bayi mungil itu di dalam boxnya. Lalu ia keluar untuk menemui Jaehyun. Dilihatnya Jaehyun tengah merapihkan meja makan, "Kangen masakan kamu deh. Di rumah sakit makanannya gaenak," Ujar Jiae sembari duduk di kursi meja makan.

"Kalau gitu sekarang kamu makan ya, nih udah aku masakin," Jaehyun menyodorkan satu mangkuk cream soup ke arah Jiae. Lalu ia duduk berhadapan dengan istrinya.

Mereka berdua makan dengan keadaan tenang. Hanya suara dentingan sendok yang terdengar.

Lima belas menit kemudian mereka selesai makan. Jaehyun dan Jiae memutuskan untuk bersantai sebentar di sofa ruang tengah.

"Keinginan Mas Jaehyun untuk punya anak laki-laki udah terkabul. Berarti Mas Jaehyun resmi dong milikin perusahaan Ayah sepenuhnya," Jiae ingat tujuan utama Jaehyun menikahinya dulu.

Jaehyun hanya membalasnya dengan senyuman simpul.

"Tapi apa Mas Jaehyun benar-benar mau ngeluarin Doyoung dari perusahaan?"

Jaehyun mencubit hidung Jiae gemas, "Baru lahiran udah banyak tanya ya."

"Ih sakit," Keluh Jiae.

Jaehyun terkekeh, "Setelah aku pikir-pikir, Doyoung harus jadi bagian dari perusahaan. Dia orangnya kompeten. Dan aku juga berniat buat bagi dua perusahaan itu."

Hati Jiae lega. Ternyata suaminya memang sudah benar-benar berubah.

Jiae memeluk Jaehyun dari samping, "Jadi sayang."

"Ini berkat kamu Ji. Karena kamu, aku sama Doyoung bisa baikan. Makasih ya karena udah datang dan mukul aku pake high heels kamu waktu itu. Coba kalau enggak, mungkin aku masih di permainkan sama Sheila sampai sekarang, dan hubungan aku sama Doyoung juga pasti nggak akan pernah akur."

"Itu namanya kebetulan yang membawa kebahagiaan Mas."

Jaehyun tersenyum lalu mengecup bibir Jiae sekilas, "Makasih juga udah ngelahirin anak seganteng Jichan."

"Nggak bakal ganteng kalau Ayahnya bukan kamu."

Jaehyun terkekeh, "Oh iya, aku mau minta maaf sama kamu."

"Maaf lagi? Buat apa?"

"Maaf karena nggak bisa nepatin janji aku buat nemenin kamu lahiran."

"Nggak semua janji harus di tepatin Mas. Yang penting aku, kamu, sama Jichan udah bahagia sekarang," Jiae tersenyum menatap manik mata suaminya. Ia dengan berani mencium Jaehyun lebih dulu.

Nikah ; Jung Jaehyun [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang