19. Pilihan

49.7K 5.2K 434
                                    

.
.
.
.
.

Semalaman aku menahan sakit karena luka yang Sheila buat di kedua lengan dan kakiku. Iya, terakhir kali Sheila membuat luka di kakiku. Aku masih bersyukur karena Sheila tidak melukai perutku.

Aku menghela nafas panjang saat melihat Sheila memasuki gudang ini. Ia membawa nampan yang berisi makanan di tangannya, "Makan," Katanya sambil meletakan nampan di depanku.

"Nggak mau. Gue cuma mau lo lepasin gue," Aku menolaknya mentah-mentah.

Sheila menarik daguku, "Lo keras kepala ya! Lo nggak kasian sama anak lo yang ada di perut? Dia butuh makan dan minum tau nggak?!" Bentak Sheila, "Sekarang lo makan. Ya anggap aja ini makanan terakhir buat lo dan anak lo."

Aku tetap menggeleng. Aku takut jika Sheila memberikan racun di makanan yang ia berikan untukku.

"Kenapa? Lo takut makanannya gue racun?" Sheila tertawa remeh, "Gue nggak naro racun di situ. Gue nggak bakal bunuh lo dengan cara ngeracunin lo. Jadi sekarang lo makan."

"Gue nggak mau dasar nenek lampir!"

"Jiae!" Sheila mengeluarkan pistol dan menodongkannya tepat di depan perutku, "Lo mau nurut sama gue, atau lo mati sekarang?"

Aku menangis. Aku butuh seseorang untuk menyelamatkanku dari iblis berwujud manusia seperti Sheila, "Oke, gue makan! Tapi lepasin tali ini."

Aku pikir ini kesempatanku untuk kabur dari Sheila. Jika Sheila melepaskan ikatan di tanganku, kemungkinan besar aku bisa melepas ikatan di kakiku juga.

"Sekarang lo makan," Titah Sheila setelah melepas ikatan di tanganku.

Aku menggeleng, "Gue masih nggak mau makan kalau ada lo di sini," Kalau Sheila masih di sini, aku tidak bisa membuka tali yang berada di kakiku.

"Lo kira gue bodoh? Gue tau lo mau coba kabur kan?" Tebak Sheila.

"Gue janji nggak akan kabur Shei. Lagipula tangan sama kaki gue sakit, lo liat kan, tangan gue berdarah-darah gini?"

Sheila memperhatikanku. Sepertinya ia mulai percaya dengan apa yang aku katakan, "Gue nggak akan pergi. Gue bakal tetap di sini. Tapi gue bakal membelakangi lo," Nenek lampir ini ternyata baik juga.

"Makasih udah mau nurutin kemauan terkahir gue sebelum gue meninggal," Aku bicara seperti ini agar Sheila percaya padaku. Lagipula aku tidak sudi jika harus mati di tangan orang jahat sepertinya.

Sheila hanya membalasku dengan tatapan sinisnya, kemudian ia berbalik membelakangiku.

KESEMPATAN!

Dengan perlahan aku membuka ikatan di kakiku. Setelah berhasil, aku mengambil pisau yang berada di samping piring makanku.

"LEPASIN GUE SEKARANG SHEILA!" Ujarku sambil menyodorkan pisau pada Sheila.

"Jia! Lo apa apaan?! Lo janji sama gue kalau lo nggak bakal kabur kan?!"

Aku memajukan langkahku ke arah Sheila, "Janji? Jangan harap gue nepatin janji sama manusia persilangan iblis kayak lo! Sekarang lo kasih gue kunci gudang ini atau lo gue---," Aku tidak bisa melanjutkan kata-kataku. Mana mungkin aku membunuh Sheila?

"Atau apa?" Sheila tiba-tiba mengeluarkan pistol dari belakangnya, "Atau lo mau mati lebih dulu?"

"Kesabaran gue udah habis buat lo ya Ji! Hari ini lo dan anak lo gue pastiin bakal mati!" Sheila menarik pelatuk pistolnya. Aku yang ketakutan hanya bisa menutup mataku dan memegangi perut besarku.

"Maafin Bunda...dan selamat tinggal Mas Jaehyun," Kemudian suara tembakan terdengar jelas ditelingaku.

BRUK

Nikah ; Jung Jaehyun [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang