.
.
.
.
.Jaehyun meraba-raba kasurnya, ia tidak merasakan keberadaan Jiae di sebelahnya. Jaehyun kemudian mencari ponselnya yang ia letakan di atas nakas untuk melihat jam berapa sekarang.
Masih jam 3 pagi.
Tapi kemana istrinya pergi?
"Hueek-Hueek," Jaehyun mendengar suara dari dalam kamar mandi. Tidak salah lagi, itu pasti Jiae yang tengah memuntahkan isi perutnya. Karena beberapa hari ini Jiae selalu terbangun hanya untuk muntah.
Dengan segera Jaehyun berlari ke kamar mandi dan menghampiri istrinya.
Tangan Jaehyun bergerak memijit tengkuk Jiae begitu ia sampai di belakangnya. Membuat wanita itu sedikit terkejut karena kedatangan Jaehyun yang tiba-tiba, "Ih ngagetin tau nggak?!"
"Mual lagi?"
Jiae membersihkan mulut dan bekas muntahannya terlebih dahulu sebelum menjawab Jaehyun, "Iya. Perut saya mual banget. Bawaannya pengen muntah terus, tapi yang keluar cuma cairan doang."
Jaehyun kemudian membopong tubuh Jiae dan menidurkannya di kasur, "Biar saya ambilkan air hangat untukmu."
Jiae menahan lengan Jaehyun yang akan pergi ke dapur, "Nggak usah Mas. Mas Jaehyun tidur aja, besok pagi kan harus kerja."
Jaehyun menggeleng, "Besok pagi saya tidak akan kerja. Saya akan menemani kamu di sini."
"Saya nggak papa kali Mas. Ini mah biasa dialamin sama ibu hamil. Mas Jaehyun kerja---,"
"Tidak mau. Saya akan tetap menemanimu di sini," Sela Mas Jaehyun cepat.
******
Sepertinya janin yang berada di dalam perutku ini sangat rewel. Bayangkan saja, dari jam 3 pagi, sampai jam 7, aku masih bulak balik kamar mandi karena merasa mual. Untung saja Mas Jaehyun tidak berangkat ke kantor.
Mas Jaehyun tengah memijit kepalaku yang pening sekarang, "Kita ke rumah sakit saja Ji, mualmu itu semakin parah."
Aku menggeleng, "Nggak mau kemana-mana. Saya mau di apartement aja."
"Sama Mas Jaehyun," Lanjutku. Jangan salah paham, anakku yang meminta agar Mas Jaehyun tidak jauh-jauh dariku.
Mas Jaehyun tidak meresponku. Ia terlalu sibuk memijitku.
"Jia?" Panggil Mas Jaehyun setelah beberapa menit kami saling diam. Aku yang sudah menutup mata karena merasa nyaman dengan pijitan Mas Jaehyun, kembali membuka mata saat ia memanggilku.
"Kenapa?"
"Saya tahu ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya. Tapi rasa penasaran saya tidak bisa ditahan lebih lama lagi," Jelasnya, "Saya ingin bertanya tentang Sheila."
Aku menghela nafas, lalu menyingkirkan tangan Mas Jaehyun yang berada di pundakku, "Kenapa nggak tanya sama Sheilanya aja langsung?" Tanyaku, "Sebenernya saya udah malas buat ikut campur dalam hal yang berkaitan dengan Sheila."
Jaehyun tahu jika Jiae tidak menyukai Sheila. Jadi laki-laki itu tidak mau memaksa Jiae untuk bercerita. Takutnya jika Jaehyun memaksa, Jiae bisa stress dibuatnya. Dan Jaehyun tidak mau itu terjadi.
"Yasudah kalau kamu tidak mau cerita. Saya akan ke dapur untuk memasak bubur."
Jiae mengangguk. Ia berdoa dalam hati semoga Jaehyun segera tahu kebenaran tentang Sheila secepatnya. Bukannya Jiae tidak ingin cerita. Ia malah sangat ingin menceritakannya pada Jaehyun. Tapi di sisi lain ia takut jika Jaehyun tidak akan percaya dengan apa yang dia katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah ; Jung Jaehyun [END✔]
Fanfiction[15+][Sudah terbit di nayya_publishing]"Pekerjaannya tidak sulit. Kamu cukup menjadi istri saya saja. Bagaimana?" -Jung Jaehyun High rank #6 in Jaehyun (12/6/2019) #4 in NCT (13/6/2019) #7 in Taeyong (20/6/2019) ...