Warn! part ini mengandung hal yang bahaya untuk yang ga suka darah-darahan dan adegan gore lainnya
Los Angeles 12 October 2018
23:21Jleb Jleb Jleb
"Daddy dan Mommy tidak akan bersama lagi,"
Jleb
"ARRGHH! AMPUNI AKU TUAN!"
Jleb jleb
"Daddy akan bercerai dengan Mommy, Jiminie mau ikut siapa?"
Jleb Jleb Jleb
"AKHHH! MAAFKAN AKU! HIKS HIKS AMPUN TUAN! TUAN HIKS! AMPUN!!—
Jleb
Sreek
—AAHKK! OHOK! HNGRRGG!!!"
Jimin terus menarik kebawah pisau yang ia tancapkan pada leher putih itu sekuat tenaga.
Ekpresinya dingin dan datar, namun telinganya mendengar semua huruf demi huruf yang di ucapkan sang daddy.
Yunho duduk di depan Jimin yang kini tengah melampiaskan emosinya disana. Jimin menduduki perut seorang pria kurus dan tengah bermain disana dengan sebuah pisau daging di tangannya.
Wajah dan bajunya terlihat kotor dengan darah yang menggumpal banyak.
"Daddy akan menikah lagi nanti,"
Jimin makin menekan pisaunya jauh ke dalam tenggorokan mainannya kali ini. Mainan yang di bawakan sang daddy untuk pelampiasan emosinya.
Cuih!
Jimin meludah ke arah wajah yang terlihat menegang itu, mainannya tengah meregang nyawa disana. Ajalnya sudah berada di depan mata.
Jimin menegakan duduknya lalu mengangkat tinggi pisaunya di depan sang mainan yang kini hanya bisa pasrah menerima ajalnya di rengut seorang di atasnya.
"Kita akan ke Korea jika Jimin ikut daddy,"
JLEB
Crot Crot Crot
Jimin memejamkan matanya saat darah keluar dari tenggorokan dan mulut mainannya mengenai wajah manisnya.
Jimin makin mendalamkan tusukannya tepat di jantung pria itu dengan kuat. Menekan sangat dalam sampai gagang pisaunya juga ikut masuk dan ia bisa merasakan ujung runcing pisaunya menyentuh lantai.
Jimin mendongkak menatap sang daddy, ia tersenyum polos dengan mata yang menatap sang ayah kosong.
Yunho meronggoh saku celananya dan memberikan sapu tangan bersih pada Jimin. Jimin menerimanya masih dengan senyuman manis dan tatapan kosongnya.
"Kurang Dad..," ujarnya lalu mengelap sekitaran bibir dan lehernya yang terkena darah.
Yunho berdehem lalu bangkit dari duduknya, ia berjalan ke arah lemari yang terdapat di ruangan sempit dan remang-remang itu.
Bruk
"HMMHH!! UGH!! UHHH! MMHH!! MMHH!!"
Jimin menoleh saat mendengar suara terjatuh dan eraman suara tertahan dari arah ayahnya.
Ia bisa melihat seorang wanita cantik yang tangannya di ikat dan bibirnya di lakban.
Jimin mendongkak menatap sang ayah yang kini tersenyum lembut padanya.
"Dia sedang—
Jimin menunduk kembali pada sang wanita disana, ia memiringkan kepalanya lalu bangkit berjalan kearah sang ayah.
Wanita itu menangis disana, tangan dan kakinya terlihat mengeluarkan banyak darah disana. Eramannya terlihat pasrah dan tatapannya seperti meminta ampun pada Jimin.
—Hamil?" ujarnya lalu berjongkok di depan wanita itu, sang wanita makin menjerit tertahan di balik lakban itu.
Ia menjerit-jerit melihat seseorang meregang nyawa dengan mengenaskan di tengah ruangan pengap ini.
"Ya.. Dia hamil," ucap Yunho lalu berjalan santai ke arah kursi yang tadinya ia duduki.
Jimin menatap sang wanita dengan tatapan hangat, namun wanita itu terlihat ketakutan saat menatap Jimin.
"Poor girl..," Jimin hanya tersenyum lalu mengelusi rambut coklat wanita cantik itu dengan lembut dan tatapan hangatnya. Memberikan sang wanita kelegaan sesaat dalam hidupnya.
Dan sedetik kemudian Jimin berdiri dan memasang kembali tatapan kosongnya dengan senyuman manisnya.
"Ikut denganku, Bitch,"
"HANGHH!!"
Wanita itu terdengar menjerit kuat saat Jimin menarik rambutnya kuat dan menariknya yang meronta hebat.
Jimin terus mengusurnya mengelilingi ruangan persegi pengap itu, langkahnya kadang cepat dan lambat membuat punggung sang wanita terasa panas dan perih.
Ia hanya bisa menangis dan berteriak tertahan disana di perlakukan seperti itu oleh Jimin.
"Hmm.. Pakai apa ya? Gergaji? Pisau? Kapak? Uhh.. ah! bagaimana jika aku pakai cutter berkarat ini?" Jimin menggenggam erat cutter yang besar itu lalu menunjukannya pada sang wanita.
Ia menempelkan ujung cutter itu di atas lakban yang menutupi bibir sang wanita lalu menusuki lakbannya sampai darah mengalir di sela-sela tusukannya.
"MMHH!! AAAGHH! MMHH!! UHHH UHHH!! UHMM!!" Jimin menusuki wanita itu sambil tetap menarik sang wanita ke hadapan sang daddy. Tak peduli dengan teriakan dan tangisannya disana.
Bruk
Ia lalu melemparkan wanita itu di sebelah pria yang menjadi teman bermainnya tadi lalu duduk di sebelah sang wanita.
"Lanjutkan daddy, aku akan dengarkan daddy sambil bermain," ujarnya lalu menunduk ke arah sang wanita itu.
Menempelkan cutternya disana dan mulai menyayati pipi wanita itu. Cukup sulit karna cutternya berkarat.
Tapi itu cukup menyenangkan menurut Jimin, semakin sulit bermain ia akan sangat menyukainya.
Yunho menghela nafasnya lalu menyenderkan punggungnya pada kursi dan menyilangkan tangannya di depan dada.
"Daddy berencana akan menikahinya setelah bercerai dengan Mommy," Jimin mendengar dengan seksama perkataan sang ayah.
Ia menusuki pelan pipi wanita itu sampai mencapai lehernya. Darah mulai banyak mengotori lantai tempatnya duduk dan sang wanita juga pria tadi.
"AKHHH!! MMHHH!! HNGGG!! UHHGGGHHH!!"
"Orang yang akan daddy nikahi sudah mempunyai dua anak sayang,"
Jleb Jleb Jleb Jleb
"AAAGHHH!! HNGHH UHHH!!!"
"Terima kasih di hari ulang tahunku, kau memberi banyak kejutan dad, aku akan membuat kejutan balik untukmu dengan jawabanku nanti," Yunho yang sedari tadi menatapi anaknya tersenyum kecil lalu menunduk dengan pelipis yang ia pijati.
"Daddy menunggu hal itu sayang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Cinderella [KookMin]
FanfictionAku bukanlah Cinderella yang dengan mudahnya di tindas oleh ibu dan 2 kaka tirinya. Justru... akulah yang akan menindas mereka Melihat mereka membayar penderitaanku itu menyenangkan Melihat mereka memohon di bawah kakiku itu membahagiakan Melihat me...