"Dan yang ini ruang gurunya," Jimin mengangguk paham saat pria tampan di sebelahnya menunjukan ruangan bertulisan khusus untuk guru.
Ia lalu menoleh menatap Jungkook yang balik menatapnya dengan lembut.
"Terima kasih Jungkook-ssi," ucapnya sambil menunduk dan tersenyum malu-malu pada Jungkook.
Jungkook menggaruk tengkuknya disana, ia lalu tersenyum dan menunduk sopan pada Jimin.
"Sama-sama Jimin-ssi," ucapnya dengan nada yang sedikit canggung.
Matanya masih tak lepas dari sosok di depannya ini, sosok yang terlihat manis dan menawan memikat hatinya di hitungan ke tiga mata mereka bertemu.
"Um.. Aku harus masuk ke dalam ruang guru, daddyku sepertinya sudah di dalam," ucap Jimin sambil menunjuk pintu ruangan di belakangnya.
Jungkook sedikit tersentak disana, ia lalu mengangguk canggung dan tersenyum.
"Baiklah Jimin-ssi," ucapnya lalu menunduk dan membiarkan Jimin berbalik untuk masuk ke dalam ruang guru.
Matanya masih menatapi punggung yang perlahan tertutup pintu berwarna putih itu.
Saat sudah yakin jika Jimin menghilang dari pandangannya, ia melangkah menjauhi ruang guru dengan tangan yang memegang dadanya.
"Kenapa detaknya cepat sekali..?" gumamnya dengan ekpresi bingung, namun ia menggeleng dan segera berjalan cepat menuju lantai dua.
Berniat untuk mengontrol ruang kelas karna 10 menit lagi kelas akan di mulai.
Saat Jungkook melewati kelas-kelas, ada beberapa anak yang masuk organisasi sekolah langsung ikut berpatroli.
Menyuruh semua murid untuk segera masuk kelas dan bersiap berlajar.
Sekolah dengan sistem pendidikan tingkat internasional ini memang menekankan peraturan untuk anak muridnya.
Masuk pukul setengah tujuh dan harus berada di kelas lima belas menit sebelum pelajaran di mulai.
Belum lagi jam belajar yang bisa sampai malam hari membuat muridnya sangat di siplin.
Sekolah elit yang hanya di isi oleh orang-orang yang benar berniat membuat bangsa bangga.
"Masuk semua ke kelas!" Jungkook memekik kencang di ujung lorong kelas dua. Membuat para adik kelasnya itu tersentak kaget dan segera masuk ke dalam kelas masing-masing.
Jungkook memang ketua pengurus sekolah yang benar-benar menuntut untuk murid sekolahnya bisa di siplin menaati aturan.
Banyak yang mengatakan jika peraturan ada untuk di langgar, dan pelanggar ada untuk ia basmi.
Itulah pekerjaannya.
"Jungkook sunbae!" Jungkook yang tadinya akan naik ke lantai dua bersama anak buahnya menoleh ke samping.
Yeri disana, berjalan dari arah taman sekolah dan tersenyum lebar padanya.
Jungkook hanya bisa tersenyum sopan dan akan melangkah menuju lantai dua. Namun suara teriakan Yeri menghentikan lagi langkahnya.
"Tunggu Sunbae!" Yeri terlihat segera berlari disana, rambutnya terbang karna angin dan senyumannya tak luntur.
"Ya? Ada apa?" tanyanya sopan sambil menatap gadis cantik yang selalu menyapa dan mengajaknya mengobrol ini.
"Umm.. Ah, aku hanya ingin memberikan ini sunbae, tolong di baca ya," ucapnya manis sambil menyodorkan sepucuk surat berwarna pink dengan hati berwarna merah di tengahnya.
Klasik. Tentu saja itu adalah surat cinta.
"Terima kasih," Ucap Jungkook singkat sambil mengambil surat itu dan mengkode teman-temannya untuk kembali berpatroli.
Yeri memekik kencang dengan senang disana saat Jungkook sudah naik ke lantai dua.
Tempat kelas 3 sekaligus kelas Jungkook dan teman-temannya.
Yeri berbalik, menuju teman-temannya di ujung lorong, menunggunya untuk memberikan surat cinta untuk Jungkook.
"Dia menerimanya?" Yeri mengangguk semangat saat salah satu temannya bertanya, ia lalu berpelukan dengan kedua temannya dan kembali masuk ke kelas mereka.
"Jadi aku mulai masuk sekolah besok Daddy?" Yeri yang tadinya akan masuk ke kelas berhenti sebentar saat mendengar samar suara yang menurutnya so manis.
Ia mencari asal suara itu, dan ia melihat dua sosok yang sangat ia kenal.
Ayah dan adik tirinya ada disana, mereka bercanda dengan bahagianya.
Yeri meremas kuat kepalan tangannya lalu memalingkan wajahnya engan melihat keduanya.
"Sial. Tunggu saja nanti, tawa bahagia itu akan aku rasakan sebentar lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Cinderella [KookMin]
FanfictionAku bukanlah Cinderella yang dengan mudahnya di tindas oleh ibu dan 2 kaka tirinya. Justru... akulah yang akan menindas mereka Melihat mereka membayar penderitaanku itu menyenangkan Melihat mereka memohon di bawah kakiku itu membahagiakan Melihat me...