35

2.7K 396 47
                                        

"Bagaimana keadaan Jimin?"

"Dia sudah tertidur nyonya."

Boa mengangguk puas pada pelayan yang membawa nampan bekas makan siang Jimin.

Makan siang itu terlihat bersih, sangat langka jika Jimin mau makan di saat seperti ini. Biasanya anak tirinya itu menolak untuk makan, bahkan Jimin sudah dua hari tidak makan apapun.

Mungkin karna kelaparan jadi ia menghabiskan makanannya yang sekarang. Baguslah, obat tidur dosis tinggi yang ia campurkan pada sup Jimin sudah habis tidak tersisa di mangkuknya.

Pelayan itu juga mengatakan jika Jimin sudah terlelap. Sepertinya obatnya sangat ampuh jadi Jimin langsung tertidur.

Ah sudahlah, itu tidak penting. Yang penting sekarang ia harus mencari berkas penting pengalihan harta warisan Yunho.

Ia harus mengurusnya agar bisa memiliki semua kekayaan Yunho dan segera mengusir Jimin dari rumah ini.

Rencananya yang pertama sudah terlaksana dengan lancar, Chanyeol pasti sekarang tengah sekarat.

Ia menyewa polisi gadungan dan membayar mereka untuk menyiksa Chanyeol ramai-ramai di gudang bekas yang ia tau jika tidak akan ada yang tau.

Buktinya selama beberapa hari Chanyeol tidak kembali dan polisi-polisi suruhannya itu tidak memberikan informasi apapun.

Jadi mungkin Chanyeol sudah mati? Baguslah, bagiannya makin banyak jika pemuda itu mati.

Jika hanya mengalami luka juga Boa akan langsung membunuhnya agar semua bagian harta Chanyeol menjadi miliknya dan kedua anaknya.

Dan untuk Jimin, ia akan menyiksa anaknya itu sampai ia mau menandatangani surat penyerahan hartanya.

Semua rencana sudah aman dan lancar. Eunha dan Yeri juga sudah menjalani hari mereka seperti biasa. Bahkan Yeri hari ini ada perjalanan ke luar kota di sekolah.

Jimin sendiri masih tidak mau sekolah, anak itu masih bersedih. Tapi Boa bersyukur atas hal itu, Jimin jadi tidak berdaya sekarang.

Dengan bersenandung kecil, kakinya melangkah ke arah ruangan Yunho. Mencari dokumen penting dimana semua harta Yunho tersimpan disana.

Brak!

"KWON BOA! KELUAR KAU WANITA JAHANAM!"

Boa terkejut setengah mati saat baru saja membuka laci meja kerja Yunho, ia mendengar suara gebrakan pintu dan teriakan lantang dari arah pintu depan.

Tapi tunggu.. Ia tau suara siapa ini..

Secepat kilat ia beranjak pergi dan keluar ruangan Yunho, sedetik kemudian ia membulatkan matanya melihat siapa yang datang.

"C-chanyeol?! Kenapa kau ada disini?!"

Chanyeol terlihat menyeringai saat Boa sudah ada di depannya, ia menoleh kebelakang sekilas dan makin menyeringai saat melihat Boa.

"Kau benar-benar ular yang sangat bodoh. Ular yang hanya bisa melilit mangsa dan membiarkannya tergeletak tanpa tau mangsa itu sudah mati atau belum. Kau tidak melakukan apapun pada mangsa itu, benar kan? " Boa menelan ludah kasar mendengar perkataan Chanyeol, ia menatap dua polisi yang ia bayar untuk mengurung Chanyeol di gudang ada disana.

Tengah menunduk dengan muka yang babak belur, darah terlihat mengalir di lengan dan leher mereka. Bahkan salah satu dari mereka menangis mencoba menahan darah yang keluar dari lubang besar di paha karna terkena tusukan pisau. Lebih gilanya, pisau itu masih tertancap di pahanya!

Ya Tuhan.. Apa ini?!

"Kau mengirim beberapa polisi gemuk yang lamban saat aku hajar mereka. Harusnya kau lebih berpikir jauh jika polisi yang kau butuhkan adalah berbadan tentara, bukan berbadan ban." Chanyeol tertawa sinis melihat Boa yang mundur perlahan saat ia mendekat. Ibu tirinya itu ketakutan.

"Hei Nyonya Kwon, kau masuk perangkapku dan Jimin. Mari kita balikan neraka ini. Siapkan mentalmu karna adikku akan segera menyiksamu dengan neraka dunia di tangannya." Setelah mengatakan itu, yang Boa ingat hanyalah seseorang memukul keras kepalanya dari belakang, sekilas ia melihat ke arah tangga.

Menatap mata dingin dan tatapan kosong membawa pisau besar di tangannya.

Jimin..

Sosok manis itu menyeringai kejam dan berlari ke arahnya dengan pisau yang terangkat ke atas, namun sebelum Jimin mendekatinya ia sudah tidak sadarkan diri.

I'm Not A Cinderella [KookMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang