"Apa maksudmu dengan membunuh Mommyku?" Jimin perlahan berdiri dari duduknya saat Yunho dan Boa selesai bertengkar.
Mereka saling memalingkan wajah dengan nafas yang memberu kasar, sedangkan Jimin memandang keduanya dengan bingung.
Boa yang tadinya masih merasa emosi seketika terdiam mendengar pertanyaan Jimin. Ia menoleh dengan refleks pada Jimin yang menatapnya meminta penjelasan.
"A-ano.. Emmm.. Yun bicara!" Bukannya menjawab, Boa malah menyenggol lengan Yunho yang ikut terdiam di tempatnya.
"Jiminie, Boa hanya asal bicara ia tak bermak-
"Tidak. Aku mendengar sendiri jika ia membunuh Mommy."
Jimin terlihat sudah menangis, pikiran buruk tentang kebenaran yang baru ia dengar terasa menyakitkan.
"Bukan, bukan. Maksud Boa, itu hanya perumpamaan jika-
"JANGAN BERTELE-TELE! KATAKAN YANG SEJUJURNYA!"
Yunho total terdiam saat Jimin berteriak kencang padanya. Semuanya jadi kacau, Boa mengatakan hal yang seharusnya tidak ia katakan.
Jimin mulai merasakan kesal yang menumpuk dalam hatinya. Ia merasa kepalanya akan pecah saat ini juga, semua terasa salah dan ia tidak suka keadaan begini.
"Daddy akan mencarikanmu mainan disini hm? Sekarang Jiminie ke kamar ya?" Jimin menggeleng tegas dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya. Ia menangis tanpa suara, matanya menatap Yunho dengan tatapan kecewa yang kentara.
"Jawab saja! Apa susahnya!" Ucapnya dengan nada yang bergetar hebat dengan sesekali tersedat karna menahan tangisan.
Semua kemungkinan buruk yang ayahnya lakukan masih berkeliaran di otaknya. Tapi ia tidak akan percaya jika ayahnya melakukan hal buruk pada istrinya sendiri.
Yunho terlihat menghela nafas disana, ia mengusap wajahnya dengan helaan nafas yang keluar terdengar kasar.
"Baiklah, daddy akan menceritakan sedikit kesalah pahaman ini."
"Aku tak mau daddy menceritakan setengahnya, aku mau daddy menceritakan semuanya!"
"Jiminie.. Daddy tidak mau kau membenc-
"Aku bahkan sudah membenci kalian! Aku benci semuanya!"
"Bukan, bukan. Daddy takut jika kau akan membenci Mommy nanti."
Jimin mengerjap saat Yunho mengatakan hal di luar pikirannya. Ia tak mengerti apa yang ayahnya maksud.
"Aku tak akan pernah membenci Mommy."
"Kau pasti akan membencinya, jika aku mengatakan sifat asli ibumu itu."
Tatapan Jimin kembali pada Boa, menatap penuh bingung pada ibu tirinya itu.
"Tau apa kau tentang Mommyku!"
"Dia adalah orang yang membuat Daddymu ini menderita bertahun-tahun!"
"Dan kau juga adalah alasan Mommyku menderita!"
"Dasar anak jal-
"BOA! JIMIN! SUDAH!"
Jimin yang tadinya sudah akan melangkah mendekati Boa refleks menghentikan langkahnya saat ayahnya berteriak kencang.
"Daddy.." Perlahan Jimin melengkungkan bibirnya ke bawah, merengek dan sedetik kemudian ia menangis kencang sambil berjongkok di depan Yunho.
"Daddy tidak sayang aku lagi." Jimin merengek sambil mendongkak dan menangis kembali. Jimin terus menerus mengatakan hal yang sama di selingi isakan.
Sang Daddy langsung panik, ia lalu ikut berjongkok memeluk Jimin dengan erat, ia mengelusi punggung anaknya dengan lembut.
"Maaf, maafkan daddy. Daddy sayang Jiminie lebih dari siapapun." Ucapnya masih dengan nada lembut, mencoba menenangkan Jimin.
Namun bukannya berhenti, Jimin malah makin menangis kencang.
Yunho semakin panik, ia mengecupi rambut Jimin dengan lembut, mencoba menenangkan anak manisnya.
"Daddy lebih sayang aku?" Tanya Jimin sambil balik memeluk daddynya. Masih menangis dan meremasi baju daddynya.
"Ya, daddy sangat sayang Jimin."
"L-lebih dari siapapun?"
Jimin pelahan membuka matanya dan menatap Boa yang hanya diam dengan amarah yang siap meledak. Entah apa yang ibu tirinya itu pikirkan, tapi terlihat jika Boa sangat kesal dengan kelakuannya.
"Ya, daddy sayang sekali Jiminie lebih dari siapapun dan apapun." Jimin menyeringai disana, dengan isakan yang masih terdengar asli.
Tapi kedua tangannya sedikit terangkat dengan jari tengahnya mengacung dan lidahnya menjulur mengejek ke arah ibu tirinya.
Dan Boa hanya bisa membulatkan matanya tak percaya melihat kelakuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Cinderella [KookMin]
FanfictionAku bukanlah Cinderella yang dengan mudahnya di tindas oleh ibu dan 2 kaka tirinya. Justru... akulah yang akan menindas mereka Melihat mereka membayar penderitaanku itu menyenangkan Melihat mereka memohon di bawah kakiku itu membahagiakan Melihat me...