9

3.5K 507 26
                                    

"Nanti hyung akan menjemputmu ya sayang," Jimin mengangguk sambil melepas helmnya di sisi motor Chanyeol.

"Daddy mungkin sedang perjalanan kesini, kau mau hyung temani?" tanya Chanyeol sambil mengambil helm yang Jimin berikan padanya.

Jimin menggeleng lalu tersenyum manis "Tidak perlu hyung, sana hyung pergi temui teman hyung itu," ucapnya sambil membenarkan tasnya.

Chanyeol terkekeh lalu mengacak rambut Jimin gemas. Ia lalu membuka helmnya dan menarik Jimin mendekat.

"Hyung mencintaimu, jaga dirimu okay? Jangan sampai membuat masalah," Jimin tersenyum lalu mengangguk paham.

Ia selalu senang jika Chanyeol mulai berlaku manis padanya, Chanyeol memang tidak main-main menunjukan rasa sayangnya pada sang adik.

Chanyeol hanya mempunyai Jimin di dunia ini, jadi ia akan melindungi dan menyayangi Jimin dengan sepenuh hatinya, seperti yang di pesankan oleh sang ibu padanya.

Ia harus bisa menjaga Jimin dari apapun yang ingin menyakiti adiknya, dan ia juga harus bisa menahan Jimin untuk tidak menyakiti orang lain.

"Yasudah, hyung pergi ya," ucapnya sambil memakai kembali helmnya. Jimin mengangguk lalu melambaikan tangannya pada Chanyeol.

Saat Chanyeol sudah jauh, ia berbalik dan menyadari banyak orang menatapnya di gerbang sekolah.

Seketika ia merasa gugup, ia lalu berjalan ke sisi gerbang sekolah, menunggu sang ayah datang.

Banyak yang menatapnya dengan penasaran dan penuh puja, itu tentu saja membuatnya merasa malu.

"Ayo cepat masuk semuanya! Gerbang akan di tutup!" Jimin yang tadinya menunduk memperhatikan sepatunya karna malu mulai mendongkakan kepalanya.

Ia sekarang melihat murid-murid itu berlarian ke dalam sekolah dengan terburu-buru.

Jimin melihat ada seorang pemuda tampan dengan tanda ketua murid kepengurusan sekolah berdiri dengan gagah di samping gerbang.

"Cepat cepat cepat cepat!!" ucapnya dengan lantang membuat para murid itu berlarian makin cepat ke gerbang sekolah.

Jimin lalu menunduk melihat jam tangannya, sekarang masih pukul tujuh kurang lima belas menit. Ia lalu mengangguk paham, sekolahnya sangat disiplin ternyata, ia harus datang pagi jika begini.

"Hey kau!" Jimin sedikit tersentak saat masih melihat ke jam tangannya, ia mendengar suara bass tak jauh darinya.

Pemuda yang tadinya berada di samping gerbang dan menyuruh para murid untuk memasuki sekolah kini menatap ke arahnya dengan penasaran.

Ia mengerjap lalu menunjuk dirinya sendiri dengan tatapan polos dan bingung.

"A-aku?" tanyanya memastikan jika pemuda yang tadinya masih mengurus para murid itu memanggilnya.

Pemuda itu mengangguk lalu menghampiri Jimin dengan sedikit berlari.

"Sedang apa disini sendiri?" tanyanya ramah dengan senyuman tampan miliknya, Jimin sampai merona malu melihatnya.

"Umm.. Aku sedang menunggu Daddy," ucapnya polos sambil mengerjap lalu tersenyum lebar sampai matanya membentuk eyesmile menawan.

Pemuda di depannya mengaruk tengkuknya canggung lalu berdehem pelan.

"Ada keperluan apa kesini?" tanyanya ramah sambil tetap tersenyum.

"Aku akan mendaftar sekolah disini," ucapnya dengan masih menampilkan senyuman indahnya.

Pemuda itu mengangguk paham, pantas saja mukanya sangat asing untuknya.

Ia pikir itu adalah murid yang hendak membolos, sebagai ketua kepengurusan ia harus cepat tanggap hal seperti ini.

Tin tin tin

Jimin yang tadinya masih memperhatikan wajah tampan pemuda di depannya menoleh ke samping. Mobil sang ayah sudah berada di depannya saat ini.

"Daddy!" panggilnya dengan riang dan meloncatkan badannya sedikit yang mana membuat pemuda di sampingnya kegemasan.

Yunho tersenyum lalu menurunkan kaca mobilnya untuk melihat Jimin.

"Maaf daddy sedikit terlambat, tadi macet, Jiminie mau masuk ke mobil tidak?" Ucapnya sambil tersenyum lalu menoleh pada sisi Jimin dengan alis yang terangkat.

Seorang pemuda tampan dengan pakaian rapi dan terlihat gagah tengah berdiri disana.

Pemuda yang berdiri di sebelah Jimin itu refleks menunduk sopan pada Yunho.

"Selamat pagi pak, saya ketua kepengurusan murid disini," Yunho mengangguk lalu tersenyum balik.

"Selamat pagi juga, terima kasih sudah menemani Jiminieku ya," ucapnya yang di balas kekehan sopan pemuda itu.

"Sama-sama pak," ucapnya dengan sopan pada Yunho.

"Jiminie mau jalan kaki saja masuk ke sekolahnya dad," Yunho menoleh lagi ke arah Jimin saat anak kesayangannya itu berujar dengan riang disana, ia tersenyum sambil mengangguk paham pada Jimin.

Jimin sepertinya tertarik pada sekolah ini, baguslah jika begitu. Jika Jimin menyukai sekolah ini ia tak perlu susah mencarikan sekolah lainnya.

"Jungkook sunbae?" Jimin yang tadinya masih tersenyum pada Yunho menoleh saat kaca mobil belakang terbuka dan Yeri ada disana.

Yeri terlihat terkejut disana, wajahnya memerah dan terlihat tersipu melihat pemuda di sebelah Jimin.

"Ah.. Hallo," sapa pemuda di sisi Jimin yang di panggil Jungkook oleh Yeri tadi.

Yeri terlihat senang disana, ia membuka pintu mobil dan berdiri di sebelah Jimin.

"P-pagi sunbae," ucapnya dengan wajah yang merona, Jimin yang berada di tengah mereka menatap Yeri bingung.

Tapi Jimin menyadari sesuatu, ia menyeringai dalam hati namun tetap menampilkan senyuman menawannya.

"Pagi kembali, kau tidak masuk sekolah? Lihat gerbang akan di tutup," ucap Jungkook—sang pemuda— sambil menunjuk gerbang yang akan di tutup.

Yeri membulatkan matanya lalu menatap Yunho.

"Appa! Aku masuk dulu ya! Bye~!" Yunho terkekeh saat melihat Yeri berlarian bersama murid-murid yang terlambat lainnya.

Padahal Yeri bisa masuk mobilnya lagi dan masuk dengan tenang bersamanya nanti.

"Daddy tunggu di dalam ya," Jimin mengangguk lalu tersenyum pada sang ayah yang sudah memasuki kawasan sekolah dengan mobilnya.

"Hey um.. Mau aku antar?" Jimin yang tadinya akan berjalan memasuki sekolah menoleh lagi pada pemuda di sampingnya.

Jimin tersenyum puas dalam hati, dengan sengaja ia menampilkan senyuman termanis yang ia punya pada sang pemuda.

"Tentu saja Jungkook-ssi, sangat boleh,"

I'm Not A Cinderella [KookMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang