Jimin terengah dengan nafas yang memberu kasar, kakinya masih ia paksakan untuk berlari ke arah rumah sakit.
"Jimin, cepat ke rumah sakit. Daddy sudah pergi meninggalkan kita..."
"Fuck!" Jimin mengumpat kasar dengan air mata yang mengalir deras di pipinya. Perkataan Chanyeol padanya di telpon sungguh membuatnya tidak percaya sama sekali.
Ia tadi masih belajar di sekolah, namun Chanyeol menelponnya berkali-kali dan mengirimi beberapa pesan penting.
Semua isinya sama, Chanyeol menyuruh Jimin ke rumah sakit karna ada hal penting tentang Yunho. Tanpa pikir panjang, Jimin segera keluar kelas.
Ia menelpon Chanyeol dan informasi yang Jimin dapatkan dari Chanyeol membuatnya terguncang hebat. Tadi ia tidak sempat menemukan taxi, jadi ia nekat berlari ke rumah sakit yang cukup jauh dengan sekolahnya.
Saat ia sudah berada di loby rumah sakit, ia segera menuju ruangan ayahnya yang berada di lantai 3. Tidak mau berlama-lama menunggu lift, ia berlari menaiki tangga darurat untuk ke lantai 3.
Jantungnya berdegup dengan cepat, keringat bercucuran dari tubuhnya. Nafasnya sesak dan air mata terus menuruni pipi mulusnya.
Brak.
Jimin kembali berlari setelah membuka dengan tidak sabar pintu tangga darurat dan langsung menambah kecepatan larinya ke ruangan nomor 1289. Tempat dimana ayahnya di rawat, semakin dekat dengan ruangan itu, nafas Jimin makin sesak dan ia sulit berkata-kata.
Brak.
Lagi-lagi Jimin membuka kasar pintu yang menghalanginya untuk menemui sang ayah. Dan pemandangan yang di lihatnya di dalam ruangan itu adalah ayahnya yang sudah terbaring kaku dengan alat bantu pasien yang sudag terlepas semua dari tubuhnya.
Di dalam ada Chanyeol yang menangis beserta Boa yang meraung memeluk Yunho.
Jimin yang masih dalam keadaan acak-acakan ambruk di awang pintu. Ia duduk dan mengusap wajahnya dengan kasar, tangisannya terdengar menyesakan dan sesekali akan terisak dengan kencang."
"DADDYYY!!!!" teriaknya dengan suara sangat serak, Jimin memukuli dadanya tang terasa sangat sesak. Ia meraung memamggil ayahnya terus menerus, tidak menghiraukan lelahnya berlari sangat jauh untuk sampai kesini.
Tak lama ia bisa merasakan pelukan erat yang sangat ia kenali. Chanyeol memeluknya begitu erat sampai Jimin menangis makin kencang, ia memukuli tubuh Chanyeol dengan kuat melampiaskan ketidak terimaannya.
"Daddyy!!!!" Teriak Jimin kembali sambil mendorong kasar badan Chanyeol. Setelahnya ia berdiri dan menghampiri tubuh sang ayah.
"Minggir kau jalang!" Tanpa di duga ia melepas paksa pelukan Boa dan mendorong ibu tirinya itu ke lantai. Setelahnya ia memeluk Yunho dengan erat, berkali-kali ia mencoba meneriaki Yunho untuk bangun.
Dalam otaknya Jimin berpikir jika ini semua hanyalah mimpi buruk yang selalu ia takutkan. Ia tidak mau kehilangan Yunho setelah ia sudah kehilangan Jaejoong.
Ia tidak mau kehilangan keduanya, mungkin ia memang membenci Yunho. Namun Yunho masihlah ayahnya yang sangat ia sayangi, mau bagaimanapun ia tidak pernah bisa menghilangkan rasa sayangnya pada Yunho. Sebesar apapun ia membenci Yunho, itu tidak bisa mengalahkan sebesar apa ia mencintai sosok ayahnya.
Chanyeol yang melihatnya ikut menangis kembali, sama halnya dengan Jimin. Chanyeol begitu mencintai Yunho, walau Yunho sempat meninggalkan mereka untuk wanita lain. Yunho masihlah sosok pahlawan untuknya.
Chanyeol memijat pelipisnya sambil menunduk menahan tangisnya, ia masih shock dengan kejadian ini. Ia tadi sedang bekerja di caffee tempat teman baiknya di Seoul.
Dan Boa menelponnya memberitahu jika Yunho pergi meninggalkan mereka. Chanyeol langsung ijin pulang terlebih dahulu dan pergi ke rumah sakit dengan terburu-buru.
"Hiks hiks Sayang huhuhu." Chanyeol sedikit melirik pada Boa yang masih duduk di lantai karna di dorong Jimin dan terlihat menunduk dalam sambil menangis.
Deg
Chanyeol mengerutkan keningnya saat tanpa di sangka ia melihat Boa menyeringai sambil menangis disana. Ada perasaan aneh saat ia melihat senyuman ibu tirinya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Cinderella [KookMin]
Fiksi PenggemarAku bukanlah Cinderella yang dengan mudahnya di tindas oleh ibu dan 2 kaka tirinya. Justru... akulah yang akan menindas mereka Melihat mereka membayar penderitaanku itu menyenangkan Melihat mereka memohon di bawah kakiku itu membahagiakan Melihat me...