36

2.4K 387 38
                                    

Warn! Ayangnim, mulai dari part ini bakal banyak adegan darah darahan sama sikap psikopat castnya bakalan aku keluarin.
Jadi kalo yang ga kuat jangan di baca aja ya.

Happy read sayangku!






.

.

.



Jimin tersenyum kecil dengan tangan yang memainkan jarum-jarum kecil di lantai. Ada puluhan jarum berwarna-warni disana, ia berjongkok dan memisahkan jarum sesuai dengan warnanya.

Bibirnya maju beberapa senti dan pipinya ia kembungkan karna merasa bosan. Mata sipitnya ia lirikan ke sisi kanan dimana ada seseorang tengah duduk dengan sebatang rokok di bibirnya.

"Hyung! Aku bosan!" Rengek Jimin sambil mempoutkan bibirnya lucu, ia menggoyangkan badannya ke kanan dan kiri dengan gemas.

Chanyeol —sang hyung— terkekeh geli. Ia mematikan rokoknya lalu berjalan ke arah Jimin dan berjongkok di depan adik manisnya ini.

"Sabar hm? Eunha masih belum bisa di bawa. Masa kau mau main duluan tanpa dia eoh?" Jimin merengek lagi, ia kembali memainkan jarum-jarum di lantai dan membiarkan Chanyeol mengelusi rambutnya.

"Tapi Yeri sudah ada kan Hyung?" Tanya Jimin lagi dengan tangan yang menusukan ujung jarum yang tajam pada lantai.

"Ya tentu, ia mudah sekali aku tipu jadi kurasa ia akan datang."

"Kalau begitu kenapa Eunha tidak datang? Ya ampun dia kan suka padamu."

Chanyeol tergelak mendengar perkataan adiknya, ia mengacak rambut Jimin

"Ya dan karna itu dia akan terlambat kesini. Aku meminta anak buahku untuk memperkosanya sebelum di bawa kesini." Jimin menaikan alisnya, ia berdiri mengikuti Chanyeol yang perlahan melangkah ke arah pintu, ia mengikuti langkah Chanyeol keluar dari ruangan yang mereka tempati tadi.

"Eh? Hyung kejam sekali eoh?" Ujar Jimin sambil memeluk Chanyeol dari belakang. Langkah sang kakak melambat, Chanyeol terkekeh sambil mengelusi lengan Jimin yang melingkar di perutnya.

"Lebih kejam kau lah, sudah tau aku di bawa polisi gadungan tapi kau hanya diam."

"Ish, aku kan hanya mendramatisir keadaan dan menjadi sosok yang menyedihkan agar banyak yang berpihak pada kita hyung!"

"Kau ini, aku kakakmu Jim."

"Yaa~ aku tau, tapi aku tau hyung tidak akan kalah juga dengan polisi gendut itu."

Chanyeol terkekeh sambil menggeleng-geleng tidak percaya dengan kelakuan adiknya ini.

Memang benar jika mereka sadar jika polisi yang datang saat acara pemakaman ayah mereka adalah palsu. Terlihat dari raut wajah dan seragam yang tidak seperti polisi kebanyakan. Seakan-akan memang memakai baju polisi seadanya yang di jual di pasaran.

Jimin juga malah mengikuti alur permainan ibu tiri mereka, harusnya kan Jimin fokus pada rencana awal.

Rencana awal dimana seharusnya malam setelah pemakaman sang ayah, Chanyeol akan membawa paksa ibu dan kedua adik tirinya untuk bermain bersama Jimin.

Di malam itu juga rencananya mereka akan membuat Boa mengaku jika ialah dalang dari kematian Yunho.

Chanyeol tidak bodoh, ia sudah tau hal semacam ini akan terjadi. Jadi ia memasang kamera tersembunyi di dekat ranjang ayahnya. Rekaman itu memutar Boa dan kedua anaknya tengah menyabotase kematian Yunho.

Yeri mencabut infusnya, Eunha membocorkan cairan infusan dan Boa menekan bantal di atas wajah Yunho. Mereka melakukannya sambil tertawa-tawa dan merasa bangga.

Sial.

Mereka bertiga iblis.

Namun iblis yang baru saja tumbuh.

Jika seperti itu bukankan mereka sebaiknya bertemu dengan iblis yang sesungguhnya?

Biarkan mereka bertemu dengan Park Jimin si iblis kecil jelmaan dari neraka. Chanyeol yakin jika adiknya ini sudah memikirkan siksaan paling kejam untuk ketiganya karna rasa benci dan dendam yang terpendam dalam dirinya meronta keluar.

Cklek

"Ini kamarnya Boa ya?" Chanyeol mengangguk saat Jimin bertanya padanya. Mereka sekarang berada di ruangan gelap dengan satu lilin ditengah ruangan.

Di dekat lilin itu juga ada seorang wanita yang terbaring dengan tangan dan kaki terikat kencang. Matanya di tutup kain dan bibirnya di tutup lakban hitam.

"Owh, cantik sekali Mommy tiri kita ini." Jimin berjalan ke arah wanita itu, ia menarik kuat rambut hitam itu dan meludahi wajah yang masih tidak sadarkan diri itu.

"Kau jalang brengsek. Beraninya mengusik keluargaku, bajingan!" Pekik Jimin sambil membenturkan kepala ibu tirinya ke lantai sampai bunyi duagh terdengar kencang dari sana.

Namun ia malah tertawa, tangannya menepuk keras pipi Boa sampai memerah.

"Sialan, aku merasa geli karna melihat kalian sangat idiot. Rencana kalian tidak bagus sekali untuk membuat aku tersiksa." Ucap Jimin sambil menarik lagi rambut ibu tirinya ini.

Chanyeol yang melihatnya hanya terdiam, ia menyilangkan tangannya ke depan dada. Membiarkan adiknya pemanasan agar nantinya jiwa psikopat Jimin merasa puas sudah membalaskan dendamnya.

"Ugh.. Mmhh.." Chanyeol menaikan alisnya saat tadi sempat mendengar erangan kecil dari Boa. Ia berjalan mendekati ibu tirinya itu lalu berjongkok di sebelah Jimin.

"Dia sadar hyung." Gumam Jimin sambil menatap Boa dengan dingin. Tangannya melayangkan satu tamparan kuat yang mana membuat wanita itu memekik kesakitan di balik lakbannya.

Jimin tertawa lantang namun air mata menuruni pipinya. Ia tidak bisa menjelaskan perasaannya saat ini. Entah ia sedang bahagia atau sedih sekarang, semuanya campur aduk dan membuat Jimin kebingungan.

Namun kenapa rasanya sangat puas? Ia seperti malaikat maut yang akan mencabut nyawa seseorang.

Jimin suka itu.

"Selamat datang di neraka ku Kwon Boa." Bisiknya sangat kecil hingga yang bisa mendengarnya hanya dirinya sendiri.






.

.

.

Di sisi lain.

"Kau yakin ini tempat Jimin berada sekarang?"

"Ya Tuan, saya sudah melacak keberadaan Jimin dan ia disini sekarang."

"... Tempat terbengkalai ini? Ini sudah cocok di sebut dengan rumah hantu kau tau?!"

"Maafkan saya Tuan.. Tapi benar disini posisinya.."

"Hahh.. Baiklah.."

"Mau saya antar ke dalam Tuan?"

"Tidak, kau disini saja. Aku akan mencari Jimin sendiri."

"Baik Tuan Jungkook."

I'm Not A Cinderella [KookMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang